PB-57

84.4K 8.8K 1.4K
                                    

57. ABOUT RANGGA

HAY HAY!

MASIH NUNGGU?!

MALMING YA?! MASIH JOMBLO NGGAK NIH?

UDAH TAKEN SAMA DOI?

KALO BELUM, HAYUK SINI, MERAPAT....

YANG UDAH JUGA WAJIB MERAPAT!!!

RAMAIKANN!!

TIAP PARAGRAF ADA KOMEN, NANA DOUBLE UP!

ASLI GA TIPU!

SPAM!

VOTE!

KOMEN!

ENJOY READING GUYS 💗

***

Rangga kembali terbangun. Menatap Acha yang masih pulas didekapannya. Cantik, sangat cantik.

Perlahan, Rangga melepas pelukan mereka. Mengecup dahi Acha sekilas lalu memungut dan memakai kembali kaos yang tergeletak disofa.

Dengan cepat pria itu melompat turun dari balkon kamar. Berharap dalam hati agar gadisnya tak terbangun. Semoga saja Tuhan berpihak padanya kali ini.

Dirga. Hidup atau mati!

***

"Dia masih hidup," ujar Galang sambil menyodorkan handphonenya.

"Shit," umpat pria berkaos hitam setelah membaca sekilas pesan itu.

"Bawa dia kesini," ujar Rangga. Rangga yang sebenarnya.

Bukan Rangga yang childish atau manja. Polos? Bodoh? Kalian salah. Bagaimana kalian bisa menyebut seorang mafia seperti dia bodoh?

Oh apakah kalian sudah bosan mempunyai otak? Atau mungkin bosan mempunyai tangan? Hahaha Rangga orang yang tepat untuk itu.

"Tap-tapi Ngga--"

"GUE BILANG BAWA YA BAWA!"

PRANG!

Guci mahal disudut markas hancur begitu saja. Hanya dalam sekali tendangan.

"Perketat penjagaan disekitar Acha. Jangan sampe dia kenapa-napa"

"Dimana posisinya?" tanya Rangga dengan mata yang memerah menahan amarah.

"Bekas pabrik kabel deket rumah Arjuna"

"Kirim bom peringatan kesana. Jangan sampe dia mati ataupun kabur. Kalau itu terjadi, nyawa Arjuna yang bakal jadi ganti"

Arjuna meneguk ludahnya kasar. Hell! Kenapa pabrik itu harus berdekatan dengan rumahnya?! Ingatkan padanya untuk pindah rumah setelah ini!

"Waktu gue nggak banyak. Gue harus balik. Gue pinjem motor" ujarnya sebelum pergi. Rio yang peka langsung melempar kunci motornya.

"Thanks"

Diperjalanan pulang, Rangga terkekeh sendiri. Sungguh, beberapa saat lagi dirinya harus kembali memasang topeng. Yang sangat berkebalikan dengan sifat aslinya. Itu semua untuk Acha, hanya untuk Acha.

Jalanan lengang. Wajar saja, ini masih pukul 3 dini hari. Lima belas menit kemudian ia sampai. Rangga memarkirkan motor Rio ditempat berjaga milik satpam komplek.

Tak perduli akan hilang. Toh itu bukan motornya.

Rangga mengendap lagi. Menatap jendela balkon dari bawah, lalu dengan lihainya lelaki itu memanjat pohon yang akan membawanya ke tepian balkon.

Possessive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang