Chapter 4 : Atau Memang Itu Tidak Jelas.
______________________________________
Ruangan itu begitu sunyi sehingga satu-satunya suara yang bisa didengar adalah suara air yang mengalir ke lantai yang menabrak ubin. Ini adalah suara familiar yang terjadi setiap hari. Tapi kali ini, ada ekspresi stres yang muncul di wajah Patapee. Mata gelap seorang pemuda yang terus menatap ke lantai sementara kedua tangannya memegang handuk dengan erat.
Khun Tul sudah mandi lama... Dia adalah pria yang tidak suka membuang waktu tapi sekarang dia sudah mandi hampir empat puluh menit dan itu membuat Hin merasa gugup.
Sejak pagi, bosnya menjadi terlalu pendiam. Semua orang mengira itu pasti karena kaget dari apa yang terjadi pada neneknya. Tapi bagi Hin, orang yang sudah bersama Tul sejak kecil, dia tahu lebih dari itu. Dan itu adalah sesuatu yang tidak dia inginkan terjadi. Oleh karena itu, sepanjang hari... pemuda Thailand murni itu mencoba untuk dekat dengan bosnya sepanjang waktu, mengamati setiap sikap atau tindakan yang tidak biasa karena dia takut sesuatu yang buruk akan terjadi.
[Bang! Gasp! Bang! Bang!! Bang!!Bang!]
"Khun Tul!!!"
Dan itu benar-benar terjadi.
Patapee menabrak pintu untuk masuk ke kamar mandi. Di bawah air dingin di kamar mandi yang dingin, ada tubuh telanjang pemuda blasteran itu berdiri. Terus meninju dinding berulang kali seolah-olah dia tidak merasakan sakit sama sekali meski darahnya sudah mengalir turun. Jika ini tidak dihentikan, buku-buku jari itu pasti akan patah.
Bang!
"Khun Tul! Cukup, Khun Tul!"
Hin segera meraih pergelangan tangan Tul, Hin tidak peduli dengan air dingin yang membuat bajunya basah dan akan menempel di tubuhnya. Dia hanya peduli pada pria yang sedang melukai dirinya sendiri itu.
Dan sebelum tinjuan sebelah kiri hendak menghantam dinding, Hin mampu meraihnya tepat waktu dan dia berteriak pada Tul mencoba mengembalikan Tul ke akal sehatnya.
"Khun Tul jangan lakukan itu!!"
"......."
Tapi yang ada hanya keheningan. Wajah tampan itu akhirnya mendongak menampakkan matanya... kosong dan tidak ada emosi di dalamnya. Itu seperti mata orang yang sudah mati.
"Khun Tul... jangan sakiti dirimu seperti ini."
"Aku akan melakukannya lagi!" Kata Tul dengan suara serak sementara tinjunya sedikit gemetar. Rasanya sangat dingin. Bukan dari air dingin yang mengalir, tapi datang dari dinginnya hati Tul. Dan ini membuat Hin menarik napas dalam-dalam lalu menatap mata tajam di depannya.
"Kenapa kau tidak berhenti, Khun Tul?"
"Berhentilah menyakiti orang lain. Karena aku tahu itu paling menyakitimu"
YOU ARE READING
BREATH (Terjemahan Indonesia)
RomanceTul Methanan selalu percaya bahwa hidup ini dimaksudkan untuk balas dendam. Dia akan mencuri harta sang nenek, akan membuat ibu tiri menundukkan kepalanya, dan satu-satunya yang dipercaya Tul untuk diperhatikan adalah Gonhin, pelayan yang hidup bers...