15 || Because of Jihoon.

1.1K 127 18
                                    

Pria itu berdiri menghadap jendela besar di ruangannya, sedaritadi ia mendesis kesal atas kejadian tadi. Tangannya bahkan masih mengepal di balik saku celananya, ia menghela nafasnya. Kenapa Tuhan harus menghadirkan mereka kembali, setelah ia bebas dari orang-orang itu?

Ceklek~

"Soonyoung-ah!" Seru seseorang dari arah belakang, Soonyoung membalikkan tubuhnya, dan mendapati Jihoon yang berjalan ke arahnya setelah menutup kembali pintu ruangannya.

"K-kau tidak bilang jika kau--"

"Itu tidak penting. Apa kau baik-baik saja?" Tanya Jihoon begitu mendekat ke arah Soonyoung, dan jangan lupakan tatapan khawatirnya itu.

"Eum..."Soonyoung mengangguk kecil.

"Ani, kau menutupinya kan?" Tanya Jihoon tiba-tiba, Soonyoung menyernyitkan keningnya bingung.

"Aku tadi tak sengaja berpapasan dengan appa dan eomma. Aku menyapa mereka, tapi wajah appa menunjukkan bahwa ia sedang kesal. Lalu, ia pergi melewatiku, setelah itu eomma bilang untuk pergi menemui mu dan menenangkan mu. Apa ada masalah yang terjadi?" Tanya Jihoon penasaran, setelah memberikan penjelasan pada Soonyoung.

Pria itu menghela nafasnya, lalu mengangguk kecil. "Ya, karena Seungyoun..."

"Kenapa?"

"Anak itu mengadu, aku muak menghadapinya. Apa perlu aku mengusirnya sekarang?"

"Jangan gila, dia adikmu." Cegah Jihoon sambil menatap Soonyoung. Tunggu, Jihoon membela Seungyoun?

"Kau membelanya juga, sama seperti kedua orangtua ku?" Tanya Soonyoung dengan nada suaranya yang sedikit meninggi, tatapannya tajam seolah kesal dengan ucapan Jihoon yang bermaksud hanya ingin mencegahnya itu.

"Ani--"

"Ya, kau membelanya!" Bentak Soonyoung.

"Soon-ah~"

"Kau sama saja seperti mereka, kau tidak tahu bagaimana mana aku. Kau--

"Soonyoung tenangkan dirimu!! Dengarkan aku sebentar, jika kau bicara terus bagaimana aku bisa menjelaskannya padamu?!" Sela Jihoon kesal. Setelah itu, ia menarik tangan Soonyoung untuk duduk di sofa yang ada di ruang kerja pria tersebut.

Soonyoung mendudukkan dirinya disana, sambil menghela nafasnya berat. Mengalihkan pandangannya ke objek lain, sehingga tak bersitatap dengan Jihoon. Namun, Jihoon malah menarik dagunya hingga kini mereka saling bertatapan.

"Jangan mencelaku dulu, hm?" Ujar Jihoon, ia menghela nafasnya, lalu meraih tangan Soonyoung untuk di genggamannya.

"Sampai kapan kau akan membenci Seungyoun?" Tanya Jihoon. Pria itu membuang mukanya.

"Aku tidak tau..." Jawabnya singkat.

"Huh, Soonyoung...kau boleh membenci Seungyoun, tapi kau tidak boleh selamanya membencinya. Mau bagaimana pun, dia itu adikmu..." Ujar Jihoon, mencoba memberi pengertian secara perlahan dan hati-hati.

"Kau boleh malah dengan kedua orangtua mu yang mungkin egois, tapi kau tidak bisa menjadikan Seungyoun sebagai korbannya juga. Kau paham maksudku, hm?" Soonyoung terdiam, tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya.

"Soonyoung...kedua orangtua mu memang tak memberikan perhatian, pengertian dan kasih sayang padamu.... Tapi, aku akan menggantikan posisi mereka untuk memberikanmu itu semua, tapi berjanjilah untuk perlahan mulai memaafkan mereka...aku tau itu sulit, tapi aku akan membantumu, ya?" Jihoon tersenyum kearah Soonyoung. Senyumannya sangat manis dan menenangkan hati Soonyoung yang sempat panas, terbakar karena emosi.

Jihoon mengelus punggung tangan Soonyoung. Pria itu menghela nafasnya, lalu mengangguk kecil, hingga membuat Jihoon melebarkan senyumannya.

•••

Seungyoun menatap takut ke arah kakaknya yang masih diam, sibuk mengurus berkas-berkasnya di atas meja kerjanya. Jihoon yang menyuruhnya kemari, untuk menemui kakaknya itu. Namun, hampir 15 menit lamanya setelah Seungyoun datang, kakaknya itu masih belum membuka suara, ataupun melirik ke arahnya sedikitpun.

"H-hyung...jika kau masih sibuk, a-aku akan--"

"Tetap disana, ada yang ingin ku bicarakan..." Perintah kakaknya adalah hal mutlak yang tak mungkin ia bantah, jika memang ia ingin keluar tanpa babak belur di wajahnya. Jadi, ia hanya menurut saja sambil menundukkan kepalanya.

Soonyoung mengenyampingkan sejenak segala pekerjaannya, menutup laptopnya. Lalu, bersandar di kursi kerjanya sambil melirik ke arah Seungyoun sekilas.

"Bagaimana tadi? Apa kau diberi kesempatan? Atau malah kau di DO?" Tanya Soonyoung.

Seungyoun melirik kakaknya, "eum...itu--"

"Bicaralah yang jelas, aku tidak akan memukulmu selagi kau tidak membuatku kesal" Sela Soonyoung sambil melempar tatapan sinis ke arah adiknya itu.

Seungyoun meneguk salivanya susah payah, lalu kembali menundukkan kepalanya, setelah menyadari tatapan mengerikan yang diberikan Soonyoung.

"A-aku masih diberi kesempatan terakhir, tapi...jika aku melanggarnya, aku akan dikeluarkan dari kampus secara tidak terhormat" Jelas Seungyoun.

"Baguslah... manfaatkan kesempatan yang kau punya, jangan kau sia-siakan. Jika sampai kau melakukan kesalahan, apalagi sampai dikeluarkan dari kampus...aku tidak segan mengusirmu dari rumah ku, dan mengirim mu dan kedua orangtua mu itu pulang ke Namyangju. Arraseo?" Seungyoun mengangguk kikuk. Dan, beranjak dari duduknya, hendak keluar dari ruang kerja Soonyoung.

"Ah, satu lagi... Hentikan sifat pengaduan mu itu. Jika bukan karena Jihoon menahan ku, aku mungkin akan memukulmu sekarang sangking kesalnya" Ujar Soonyoung dengan nada penuh kekesalan pada Seungyoun.

Pria yang 4 tahun lebih muda daripada Soonyoung itu, menatap yang lebih tua.

"Maaf hyung...aku tidak tau jika mereka akan marah padamu, maaf..." Soonyoung menghela nafasnya, lalu menyuruh Seungyoun untuk segera pergi dari ruangannya.

Seungyoun pun keluar dari ruang kerja kakaknya, ia terkejut karena tiba-tiba sosok Jihoon muncul entah mana.

"Ah, kamjagi! Noona~"

"Mianhae... bagaimana? Apa semuanya baik-baik saja?" Tanya Jihoon penasaran.

Seungyoun menghela nafasnya, lalu melukis senyum tipis di wajahnya.

"Ne, semuanya baik-baik saja. Aku sudah bilang pada Soonyoung hyung soal yang di kampus tadi pagi. Noona, terima kasih..." Ujar Seungyoun sambil menatap kakak iparnya bahagia.

"Ah, itu bukan apa-apa. Pokoknya, kalian harus segera berbaikan. Heum, ini sudah malam...besok kau masih kuliah kan? Pergilah tidur, Noona mau menemui Soonyoung dulu didalam..." Ujar Jihoon, Seungyoun pun mengangguk. Setelahnya, Jihoon melenggang masuk ke dalam ruang kerja suaminya.

Seungyoun masih ada disana, memerhatikan kakak iparnya yang masuk ke dalam ruang kerja kakaknya.

"Senjata yang bagus..." Gumamnya. Lalu, Seungyoun menyeringai.










Semoga suka ya^^
Dan, beberapa hari kedepan bakal ga up dulu, soalnya tugas lagi bener2 mumpuk bngt. Takutnya malah kececeran. Makasih, good night all😊❤️

GRENZE || Soonhoon GS✓Where stories live. Discover now