Epilog

123 15 5
                                        

Jade begitu rapuh dan kehilangan, rasanya tidak ada lagi harapan untuk menjalani hidup, bahkan saat secercah harapan itu datang, yaitu seorang gadis dengan senyum yang manis.

Gadis itu... ternyata juga bukan jawaban, ia hanya menambah beban. Baik beban buat Jade, maupun beban bagi dirinya sendiri.

Tadinya, ia pikir ia telah menemukan satu orang yang tepat, di mana ia bisa melepaskan semua isi hati, isi kepala & apapun yang membuat ia terkungkung hingga detik ini, tetapi, Jade salah. 

Bahkan satu orang itu pun tidak lagi ingin melihat wajahnya.

Jade hanya ingin mengembalikan diary itu untuk kemudian benar-benar melupakan segalanya dan menganggap ia tidak pernah mengenal secercah harapan itu. 










...

Malam itu, dingin tidak menyurutkan niat pria itu untuk menghampiri Chase, ke rumahnya.

Ia menaiki bus terakhir, menuju area perumahan, kediaman keluarga Chase. 

Suasana malam yang sepi hanya menambah sedu sedan.

Semangat untuk melangkah tidak lagi terakit, Jade benar-benar lelah dan hanya ingin menyerah.

Saat kakinya merancak di jalan, ia dapat merasakan angin malam yang begitu dingin, menusuk tiap detail kulitnya, membuat raga ciut bagai celurut. 

Tapi, Jade tetap memeluk diary itu.










...

Ia ketuk pintu rumah Chase — gadis itu membuka pintu — menerima diary itu — dan menutup pintu rumahnya.

Alurnya benar-benar cuma seperti itu. Bagaimana mungkin ia bisa setega itu?

Jade menitikkan air matanya saat perlahan turun dan melangkah pergi dari rumah Chase.

Kakinya terasa berat, tapi langkahnya malah semakin cepat, hoodie hitamnya menudung dan ia hanya ingin pulang. 










...

Sesampainnya di pinggir jalan raya, pria itu melangkahkan kaki di atas trotoar.

Terdengar bunyi tapak kaki berlari mendekatinya, tapi Jade terlalu lemah untuk menoleh atau bergerak dari tunduknya.

Saat itu... sepasang tangan pun mendorong keras tubuhnya ke tengah jalan, saat sebuah mobil melaju kencang.























~~~

Di alam ini, masih Jade ingat...

Suara klakson sebuah mobil yang melaju kencang.

Deru angin malam yang berkumpul di sekujur tubuhnya saat terhempas.

Dan bunyi tubuhnya yang terhantam dan menembak jalan. 

Di alam ini, masih Jade ingat...

Rasa sakit.

Masih dapat ia rasakan betapa sulit ia bernapas dengan tiap remai yang menjalar di sekujur tubuhnya.

Waktu itu, ia pikir ia tengah merasakan sakit akibat luka yang ia dapatkan, ternyata tidak.

Yang ia rasakan adalah nyawa yang perlahan pergi, saat dingin perlahan ikut menyelimuti.

Di alam ini, masih Jade ingat...

Waktu itu, ia menghapus duka lara yang selama ini terukir. Ia menghapusnya dengan darah. 

Darah yang mengalir dari tiap jengkal luka, jejas dan kelukur di tubuhnya, yang pada akhirnya... menyatu dengan tanah.

Dan di alam ini, Jade sadar...

Secercah harapan yang ia pikir bukan jawaban itu, yang ia pikir bukan harapan itu, ternyata sudah membalaskan dendam dan kasam yang ia simpan, ia... Wanda yang ia kenal. 

Harapan itu menyelesaikan kisah ini dengan baik. Semuanya sudah berakhir.










• • •

NERD [END ✔️]Where stories live. Discover now