Bella tertohok saat melihat amplop putih dengan tulisan 'Surat pengunduran diri'. Ia tak akan menahannya untuk terus bekerja disini. Apalagi dengan keadaan dirinya sangat memungkinkan itu ada baiknya untuk berhenti saja, pikirnya.

Ia lalu memeluk erat tubuh gadis itu dengan erat bersamaan airmata yang menetes di matanya "Gea, mungkin ini yang terbaik. Sering main kesini ya!"

Gea membalas pelukan itu dengan lembut. "Aku pergi dulu." Lalu ia melepas pelukannya dan mulai melangkah meninggalkan caffe.

"Aku akan merindukanmu,Ge!"

Bella menatap Gea yang semakin jauh dari caffe. Tanpa di sadari seorang pria yang melipat kedua lengan di dadanya berada di tepat dibelakang tubuhnya. Saat berbalik, Betapa terkejut nya gadis itu.

"Alay banget sih lo!"

"Kalo lo bukan yang punya caffe, udah abis ya lo!" Ucap Bella dengan nada tingginya. Untung saja tak ada pengunjung saat itu.

Birazzka melihat amplop digenggaman Bella dan mengambil surat itu. Ia melangkah pergi meninggal Bella. Itu membuat Bella sangat jengkel karena tingkah konyolnya itu.

***

Gea kini berjalan di pinggir jalan kota dengan santai. Ia menghembuskan nafasnya beberapa kali dan menutup mata dengan lemas.

Saat berjalan, terasa getaran dari benda pipihnya. Lengannya merogoh saku rok dan mengambil ponselnya. Terlihat notifikasi panggilan suara dari tantenya. Ia menekan tombol hijau dan menempelkan ponsel di telinganya.

"Sudah satu minggu, kamu sungguh pikun Gea?!"

Gea menjauhkan ponsel dari telinganya saat mendengar suara teriakan keras dari ponselnya itu. Wajahnya mengerut bingung saat Emeli berteriak dengan keras.

"Malam ini, tante tidak mau tau. Kamu harus WAJIB datang!"

Tutt tuuttt.

Panggilan itu terputus dengan sepihak tanpa mendengarkan sepatah katapun dari mulut Gea.

Kini, sembari berjalan ia mengangkat kepalanya keatas langit senja. Ia berjalan sembari menutup matanya. Wajahnya yang mungil itu membuat kesan menggemaskan ketika ia tersenyum dan menutup matanya itu.

Tanpa ia sadari di depannya kini ada sebuah lingkaran jalan rusak. Bruk! Gadis itu terjatuh di pinggiran jalanan sepi itu. Tak ada luka di sekitar kakinya, Namun hanya lebam berwarna ungu tepat di bagian lututnya.

Ia mencoba berdiri sebisa mungkin , Tetapi ia kembali terjatuh karena kakinya tak mampu menahan tubuhnya.

Gadis itu kini menunduk menyerah. Tak lama, ada seseorang yang mengulurkan lengannya kepadanya. Kepala gadis menegadah keatas, Betapa terkejutnya gadis itu.

Pria yang memakai topi hitam itu menatap Gea dengan dalam. Hal itu membuat gadis itu merasakan sesuatu yang hangat pada dirinya. Rasanya ia ingin seperti ini lebih lama.

"Ayo berdiri!" Ucap Birazzka yang masih setia memberikan ukuran tangannya.

Gea menatap Birazzka yang berada di hadapannya. Ia terpaksa menerima uluran itu. Genggaman lengan Pria itu sangat kuat.

Sebuah kepingan masalalu terlintas saat genggaman kuat dilengannya ini. Desiran darah terasa sangat aneh didalam tubuhnya.

Gea, Gadis kecil dengan rambut diikat kuda. Ia berlari lari sembari tertawa dengan memeluk bonekanya.

Gadis itu tak menyadari dihadapannya terdapat batu besar. Dengan waktu singjat ia terjatuh dengan keras. Gadis kecil itu menangis sembari meniup lututnya yang tergores.

Never Gone [On going]Kde žijí příběhy. Začni objevovat