Ketika [name] memutuskan untuk kembali ke rumahsakit, satu pesan muncul pada ponselnya.


From : Karma


Aku berada di apartemenmu.



"Nani kore? " Kaget dan bahagia dalam satu waktu, [name] tersenyum dan memaki secara bersamaan. Tak lagi cemas, dengan semangat empatlima [name] segera pulang ke apartemennnya. Ini pun sudah pukul tujuh malam, dan tugas [name] di rumahsakit pun sudah selesai harusnya.


Menekan pin pintu apartemen, setelah bunyi klik terdengar dengan semangat [name] memasuki apartemennya. Mencari sosok surai merah yang telah dirindukannya, namun ternyata dissana lampu belum dinyalakan. [name] jadi curiga jika Karma berbohong, apalagi tak ada tanda - tanda kehidupan disana.




"BOOO!"




"WAAAAAAA!!!!" [name] berteriak sampai kepalanya mencium tembok.


"Yaampun Karma-kun!!"


"Hahahahahhaha mukamu terlihat bodoh sekali saat kaget ahahahahhahaha." Karma Akabane tertawa sangat puas pemirsa.


"Pekerjaan saja seorang birokrat, tinggi badan saja yang makin tinggi, kenapa usil nya tetap?" Omel [name].


"Oh jadi kau ingin keusilanku juga bertambah?"


"Tidak begitu yaampun Karma-kun!!"


Groooowl~


Demo cacing di perut [name] sampai ke telinga Karma. Dengan pekanya Karma segera menyalakan lampu kemudian beranjak ke dapur. "Kau pasti lapar."


[name] hanya bisa membalas dengan cengiran. Lagipula dia benar - benar sibuk dan cemas sampai lupa makan. Ingat kan, janji mereka berdua adalah makan siang bersama tapi acaranya batal dan kini sudah malam. Bisa saja agendanya jadi makan malam bersama sebenarnya.


"Kau memang seorang dokter, kau memang yang menolong dan membantu orang - orang untuk tetap sehat, tapi kau harus menjaga kesehatanmu juga [name]." Nasehat Karma yang kini tengah asyik memasak dengan apron ungu kesayangan [name].


"Tadi hanya mendesak saja, aku juga sebenarnya benar - benar di ujung tandu, aku belum berpengalaman melakukan operasi dan tadi dengan nekat aku melakukannya."


"Berhasil tapi kan?" Tanya Karma.


"Iya, dan kau tahu Karma-kun, siapa pasien yang aku operasi?" [name] balik bertanya dengan suara rendah nan serius.


"Hm tidak, mungkin teman kita semasa SMP atau SMA kah? Atau pejabat kah?" Tebak Karma.


[name] memang terkagum terlebih dahulu pada tebakan Karma sebelum akhirnya membalas, "Gakushuu-kun. Gakushuu kecelakaan terkena tembakan di dada dan bahu."


Karma menjeda acara memasak omeletnya, "Apa?"

"Entah apa yang terjadi, tapi aku merasa sedih dan bangga bersamaan ketika harus mengoperasinya. Aku sedih karena rupanya Gakushuu dalam bahaya dan bangga karena aku bisa menolongnya sebagai dokter dan teman."

"Teman kan?" Tanya Karma memastikan.


"Ahaha iya, dia temanmu juga kan?"


"Bukan tuh." Jawab Karma sambil menyajikan dua piring omelet di meja makan.


Keduanya sudah siap untuk makan malam, sudah memegangi sumpit juga.

"Ittadakimasu!"

Belum juga satu suapan tiba di mulut [name]. Ponsel [name] terus berbunyi pertanda ada panggilan penting. Terpaksa menjeda aktivitasnya, [name] mengangkat terlebih dahulu telepon itu.

○ RIVAL (Karma x Reader x Asano)Where stories live. Discover now