Canistopia - XIII

Start from the beginning
                                    

“Oh, astaga. Kau terdengar seperti kaum Stavatale,” cibir Chris sementara Matt terkekeh.

“Menurutmu apakah mulai sekarang gerbang menuju Canistopia bisa bebas dimasuki oleh wolf mana pun?”

Chris sejenak terdiam kemudian mengangguk. “Mungkin begitu.”

“Bukankah itu lebih berisiko. Kau tahu, ‘kan? Tidak semua wolf bersifat baik. Bagaimana kalau mereka membuat kekacauan di wilayah manusia?”

“Memang kau bukan manusia?” heran Chris.

Matt tersenyum lebar. “Manusia biasa maksudku.”

“Memang kau manusia super?”

“Astaga, Chris! Kenapa kau selalu menyambungkannya dengan kata-kata aneh seperti itu?” protes Matt.

“Memang perkataanku salah?”

“Ya! Ya! Christoper Cowell yang dingin keturunan Albaterra memang tidak pernah salah!”

Ck! Jaga ucapanmu,” omel Chris. “Kalau kau berkata seperti itu lagi, akan ku pukul kau.”

“Coba saja,” goda Matt. “Oh, Chris. Menurutmu bagaimana sikap Damien? Kurasa Mike benar-benar tersinggung sepanjang makan malam tadi.”

“Sean juga refleks melihatnya. Setelah makan malam pasti dia mengunjungi Mike di kamarnya,” pikir Chris.

“Wahh, ucapannya sangat telak. Kau tahu, ‘kan? Apa yang dikatakannya itu benar-benar kelemahan Mike. Maksudku, kemampuan yang Mike miliki.”

“Masa depan memang tidak pasti. Damien tidak salah, dan Mike? Dia tidak bisa mengelak itu.”

Matt memiringkan kepalanya bingung.  “Tapi Sean sendiri tidak pernah secara gamblang mengatakan kelemahan siapa pun. Meskipun dia berkata, ‘Hei! kesalahanmu ini! Kau lemah dalam melakukan ini!’ seperti itu, tetapi dia tidak pernah mengkritik kemampuan individu yang kita miliki.”

“Ya, dia hanya berkata, ‘kau terlalu lamban’, ‘kau terlalu lengah’, dan sejenisnya.” Chris setuju dengan perkataan Matt kali ini.

“Sulit sekali membuat mereka dekat,” keluh Matt.

“Fred dan Mike sudah bersama kita sejak kecil. Mungkin rasanya aneh saja, jadi sulit menyesuaikan.”

“Daves juga tidak bisa berbuat banyak.”

Biarkan saja selama mereka tidak macam-macam,” ucap Chris.

Sesaat setelah keduanya berbincang tak lama pintu terbuka lagi membuat Matt menoleh. “Oh, kau, newborn. Ada apa? Tidak tidur?”

“Tidak bisa tidur,” ucap Damien lalu menyadari bahwa Chris juga ada di sana. “Tepat sekali kalian di sini.”

“Ada apa?” tanya Chris.

“Aku ingin bertanya.”

Matt ternganga mendengar penuturan Damien. “Kau serius? Ini bahkan sudah malam.”

“Kalian pun masih berbincang di sini. Tidak bolehkah aku bergabung?”

Chris menoleh. “Kau mendengar percakapan kami?”

“Tidak. Memang kalian membicarakan apa?”

“Duduklah, duduklah! Apa lagi yang ingin kau tanyakan?” tanya Matt jengah.

Damien mengedik kemudian menurut. “Apakah besok kita tetap pergi? Ke Canistopia?”

“Ya. Kenapa?”

“Bagaimana denganmu, Chris? Kakimu tidak apa-apa? Bukankah mendaki itu perlu tenaga ekstra? Terlebih kekuatan kakimu itu.”

Chris menatap Damien datar. “Kenapa kau selalu memiliki deretan pertanyaan seperti itu, newborn?”

CanistopiaWhere stories live. Discover now