Chapter 13: Curug Bidadari (1)

611 114 22
                                    

Melihat Obanai memang jadi keinginan Mitsuri. Tapi ketika melihat raut wajah Obanai saat tiba di rumah, Mitsuri hanya bisa berdoa dalam hati, semoga saja kali ini Obanai tidak mendiamkannya seperti waktu itu di jalan menuju ke lab komputer. 

Karena sama seperti kemarin, wajah tanpa senyum di wajah Obanai itu nampak tak suka Mitsuri ada di sini.

"Gue udah balik—"

"Oh iya, gue abis dari taman depan."

Mitsuri dan Obanai saling diam menatap. Mitsuri agak sakit hati karena Obanai memotong ucapannya. Sementara Obanai malu karena sudah gugup duluan, padahal Mitsuri tidak tanya dia dari mana.

"Oh. Iya," Mitsuri mengulum bibirnya. Kemudian tersenyum tipis, agak canggung dengan situasi begini. "Sama yang kemarin, ya?" sambung gadis itu, sengaja memancing.

"Hm?" Obanai mengangkat dua alisnya, lalu melirik ke ibunya. Bu Iguro nampak penasaran juga. Tapi memangnya siapa? Siapa yang kemarin? Oh, yang bersama Mitsuri di Arjuna terakhir? "Iya." jawab Obanai ringan, tak sadar raut wajah Mitsuri berubah.

Ya siapa yang gak sedih, yang Mitsuri maksud itu Chitoge. Tapi yang ada di pikiran Obanai malah Uzui. Mana di-iya-in lagi, kan goblok.

"Mau langsung punter? Gue anter gak?"

"Punter?" Mitsuri mengernyit, tak mengerti.

"Pulang..." Obanai menutupi wajahnya malu, sadar kalau dirinya sudah semakin kacau. "... pulang gue anter."

"Ohhh," Mitsuri mengangguk-angguk mengerti. Baru tahu ada singkatan seperti itu. 

"Lah, emang Mitsuri rumahnya di mana? Kan deket, to?" sahut heran Bu Iguro, lalu melirik pada Mitsuri. "Kamu nginep di rumah temenmu, Nok?"

"Oh, enggak kok, Tante."

"Ooo, cah gemblung!" ujar Bu Iguro mendorong Obanai pelan. 

Tapi Obanai tak merespons apapun dan hanya pasrah didorong oleh Bu Iguro. Sudah terlanjur malu, terlanjur kacau.

Mitsuri terkekeh canggung. "Ya udah ya, Tente. Saya pulang dulu,"

"Hati-hati, Nok." 

"Iya, Tante." Mitsuri mengangguk pelan. "Duluan, Nai." pamitnya pada Obanai, yang hanya dibalas anggukan pelan. Kemudian Mitsuri pulang dengan sendirinya.

Sementara itu, Obanai langsung masuk dan menepuk keningnya keras, sampai Bu Iguro yang melihat kelakuan anaknya itu pun heran.

"Kenapa sih, kamu?" Bu Iguro menginterogasi sambil bertolak pinggang di depan anaknya. "Yang kemarin siapa? Katanya udah dijodohin, terus bilang kamu mau move on!"

"Ih, Ibuk apa sih. Bukan yang itu." kilah Obanai, sebab ibunya tahu soal cewek blonde bernama Chitoge. Selain karena didesak rasa kepo, Bu Iguro juga sering mencari tahu sendiri.

"Oh, udah ganti? Ganti lagi cewekmu?"

"Bukan cewek, Buk. Orang temen cowok, kok." jawab Obanai menghela napasnya frustasi. Cowok itu berjongkok menyandar di tembok sambil mengusap wajahnya. "Aku juga udah gak mau suka-sukaan lagi sama cewek." sambung Obanai pelan.

"Hah? Terus mau sama cowok?" 

"Ibuk, apa sih." Obanai langsung mendongak.

"Ya kamu yang apa!"

Obanai menatap sinis pada ibunya. Lalu mendengus pendek dan masuk ke kamar. Bu Iguro hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan anaknya itu.

Sementara itu, Obanai di dalam menenggelamkan wajahnya di bantal. Ya, Obanai sudah tidak ingin suka siapa pun. Luka yang kemarin sudah cukup bagi Obanai. Cinta itu memuakkan, perempuan itu ribet.

Tapi Obanai tidak bisa berpaling dari fakta kalau Mitsuri menggemaskan baginya.


- ⚘ - 


"CURUG BIDADARI, I'M COMINGGG!!!"

Uzui tersentak kaget saat Shinobu berlari mendahuluinya ke arah curug dengan bersemangat. "Gak usah lari-lari, Shin!" katanya menegur. Tapi Shinobu tak mendengarkan dan duluan masuk ke curug.

"Ayo cepetan!" ajak Shinobu sambil mencipratkan air.

Obanai hanya diam melihat semua itu dari sisi curug yang lain. Seluruh perhatiannya ada pada gadis berambut merah muda kehijauan itu. Ia biasanya mengepang rambut, tapi kali ini rambut panjang itu tergerai ke bawah. Cantik sekali. 

Waduh, jangan ambyar sekarang.

"Shinta, gue banting ya lo. Berhenti gak!" ancam Uzui.

Tapi Shinobu malah tertawa puas. Cewek itu masih saja mencipratkan air ke arah Uzui. Uzui sih gak masalah, tapi yang ada di belakangnya itu lho, Mitsuri. Shinobu membuat jalan jadi licin.

"Heh kasian anaknya Pak Amit nih, beg—" Uzui tak melanjutkan kalimat saat Mitsuri tergelincir dan hampir hilang keseimbangan. Refleksnya pun langsung memegang tangan Mitsuri erat. "Eh, gapapa lo?"

"Iya. Bisa kok, bisa. Cuma agak licin aja," jawab Mitsuri.

"Kan, baru aja dibilangin. Shinto!" tegur Uzui yang langsung membuat Shinobu kicep seketika.

Obanai mengepalkan tangan, merasa terbakar melihat Uzui yang terus memegang tangan Mitsuri sampai masuk ke curug. Ya tahu sih, semua itu untuk mengamankan Mitsuri. Tapi, ah entah. Kesal saja melihatnya begitu dekat dengan Mitsuri.

"DOR!"

"Eh San, bangs—"

"Hayo, Mui. Di curug gak boleh ngomong kasar," 

Obanai melirik, memperhatikan Mui yang meronta-ronta saat hendak dimasukan ke air oleh Sanemi dan Rengoku. Sementara Gyomei hanya tertawa melihatnya sambil memotongi buah di pinggir, menemani para ibu-ibu ngerujak.

"REN GUE GAK BISA RENANG, SUMPAH! REN! SAN!"

"SATU, DUA, HO? HOREEE!" lempar Rengoku dan Sanemi.

Mui berteriak saat tubuhnya melayang masuk ke dalam air. Lalu hening seketika. Hanya ada punggung Mui mengapung ala gaya batu.




Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


A/n:  chapter depan masih quality time, enjoy ya wkwkwk~

That Boy | Obamitsu✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt