Chapter 06: Perjanjian

694 141 25
                                    

Mitsuri tertegun dengan mulut yang terbuka kecil. Ia diam cukup lama, masih tak percaya. Ia menepuk pipinya sendiri, memastikan ini bukan mimpi tidur siangnya.

Habisnya, ini Obanai.

Masa Obanai sampe kebawa mimpi?

"Kaki lo udah baikan?" kata Obanai dari pagar melihat Mitsuri yang bisa berjalan mendekat.

"Lo ngapain?" tanya Mitsuri masih tak percaya.

"Gue merasa bersalah." jawab Obanai jujur.

Mitsuri berhenti di pagar, belum dibuka. Ia melihat parcel buah Obanai yang super lengkap. Emang Mitsuri pasien rumah sakit apa?

"Masuk." kata Mitsuri membuka gerbang. 

Obanai menurut. Ia masuk dan mengikuti Mitsuri sampai ke teras, lalu duduk bersampingan dengan meja kayu bulat di tengah mereka. 

"Nih, nanti dimakan." kata Obanai meletakkan parcel di meja.

"Ini bener-bener elo, kan? Lo gak kerasukan?" 

"Ck, apa sih, Mit. Gue tulus, gue ngerasa bersalah kemaren."

Mitsuri mengernyit, masih curiga. 

"Gue gak bermaksud dorong lo kemaren. Maaf."

Mitsuri tak langsung menjawab, masih ada curiga. Sampai raut wajah Mitsuri perlahan berubah kesal. Ya kesal, orang bercanda dibalas pake tenaga. Kan nyebelin. Apalagi mengingat pendarahan di hidungnya kemarin sulit berhenti.

"Gak."

Obanai tertegun, matanya mulai sayu. Ya memang Obanai sadar kalau ia sudah keterlaluan kemarin. Tidak mungkin dapat maaf semudah itu, apalagi orang tua Mitsuri pasti marah.

"Gue—"

"Lo mau gue maafin?"

Obanai terdiam sejenak, lalu mengangguk cepat dengan polosnya.

Mitsuri pun tersenyum jahil. "Kalo gitu, mulai besok gue berangkat ke sekolah, lo harus bareng sama gue."

"Oke."

"Hah? Gitu doang?" 

"Lah, mau gimana?" Obanai balik bertanya. "Gue ke sekolah naik motor, jadi lo bonceng gue. Gitu, kan?"

Mitsuri terdiam. Oke, sekarang Mitsuri mulai bingung Obanai ini cowok dari spesies apa. Tapi melihat sorot matanya, sepertinya memang Obanai serius dan merasa sangat bersalah. "Ya udah, ntar kalo kaki gue udah sembuh, gue chat lo."

"Iya," Obanai merogoh ponselnya. "Nih nomor gue, save dulu."

"HP gue di kamar, males naik. Lo aja yang save."

Obanai mengangguk singkat. Mitsuri pun menyebutkan nomor telepon lengkap. Sambil matanya memperhatikan wajah Obanai yang selalu memakai masker.

"Lo sakit? Kenapa selalu pake masker?" tanya Mitsuri.

"Hm? Gue alergi debu. Dari kecil udah gini." jawab Obanai santai.

Mitsuri mengangguk tanda mengerti. Bukan hal baru sebenarnya bagi Mitsuri. Dulu teman SMPnya juga ada yang alergi debu, walau tidak separah Obanai. 

Obanai merunduk, fokus menyimpan kontak Mitsuri. Sementara Mitsuri memperhatikan bulu mata Obanai yang botak. Sial, kalau di film roman remaja cowoknya punya bulu mata yang lentik. Di novel yang Mitsuri baca juga kebanyakan begitu. Kenapa realitanya berbeda?

"Kenapa?"

Mitsuri tersentak kaget saat Obanai tiba-tiba menoleh. Seketika Mitsuri langsung mundur, otaknya membeku menyadari jarak mereka sangat dekat tadi.

That Boy | Obamitsu✔️Where stories live. Discover now