Chapter 04: Insiden Kutukan Han Seojin

871 182 52
                                    

Shinobu melompat kecil begitu tiba di depan kamar Mitsuri. Cewek itu membuka pintu dengan mata sembab, hidung merah, membuat dua gadis itu diam saling menatap. "Lu kenapa?"

"Han Seojin jahat banget, gue benci." jawab Mitsuri mengadu.

Shinobu yang mendengarnya pun menghela napas pendek. "Kan gue bilang jangan rewatch Sky Castle. Nonton True Beauty aja, ada yang namanya Seojun, ganteng." kata Shinobu berjalan masuk ke kamar Mitsuri, mendahului.

"Seojun siapanya Seojin?" Mitsuri menutup pintu, kemudian duduk di kasur bersama Shinobu dan mulai menonton dari layar laptop.

"Sepupu beda bapak beda ibu kali," sahut Shinobu asal. "Mana gue tau. Lu kira gue buyutnya apa?"

"Siapa tau dibikin satu universe sama sutradaranya," balas Mitsuri tak berdosa. "Eh tau nggak, gue baca kemaren Lee Minho—"

"MITSURI!! TURUN SEBENTAR SINI, DEK!"

Mitsuri sontak merapatkan bibir, tak jadi melanjutkan. Ia melempar tatap dengan Shinobu. Ada senyum puas di bibir cewek itu, membuat Mitsuri mendecak tak suka.

"Bantuin nyokap lu bikin kastengel sana," kata Shinobu menendang bokong Mitsuri pelan agar cewek itu segera pergi. 

Mitsuri sontak melempar bantal ke Shinobu. Namun Shinobu hanya terkekeh pelan karena detik berikutnya ia sudah menguasai laptop. Mitsuri turun ke bawah dengan lantai berderap. Cewek itu mengarah ke ruang tamu dimana suara ibunya berasal.

Tapi kemudian, Mitsuri membeku.

Melihat Ibu Iguro, warga pindahan dari Surabaya itu duduk di ruang tengah. Di pangkuannya ada dua toples kastengel buatan Mamah. Dan di sampingnya, ada anaknya, Obanai Iguro.

Rambut dikuncir asal, baju berantakan, dan celana pendek rumahan.

"MAMAH IH!!!" Mitsuri langsung balik kanan bubar jalan.

Mitsuri berlari sekuat tenaga masuk ke kamarnya. Ia membanting pintu cukup keras, membuat Shinobu tersentak kaget. 

"Kenapa lag—"

"Sumpah, kayaknya gue dikutuk Han Seojin!"


- ⚘ -


Hari Senin, pidato, panas. Sudah pasti upacara, tidak mungkin konser Fiersa Bersari. Sudah hampir seperempat jam, Bu Cattleya masih asik di podium mencerocos soal kedisiplinan sampai kebersihan. Mungkin satu jam lagi baru guru BK itu selesai setelah membicarakan markas besar Ultraman di Madura.

Bishamon yang berdiri di barisan paling depan sudah ada firasat tidak enak. Mitsuri yang berdiri di belakangnya sudah menghela napas berkali-kali. Napas yang sangat dalam, lebih dalam dari cintamu pada doi.

"Mit, lo—" Bisha berhenti bicara saat Mitsuri oleng. Ia dengan sigap memegangi teman kelasnya itu. "Udah mundur aja, lo nggak bakal kuat."

Beberapa siswa di sekitar Mitsuri pun mulai bergumam. Ada yang memanggil petugas PMR, Bisha pun menuntun Mitsuri sampai tengah barisan. Selanjutnya, ia sudah dipapah oleh petugas yang berpiket.

Mitsuri dituntun sampai ke aula. Setiap hari Senin memang ada posko kecil yang di sana untuk meminimalisir siswa yang ke UKS. Takutnya, kalau semua ke UKS, tidak ada lagi bangsal untuk yang pingsan.

"Diminum dulu, Dek," kata Izumi Nase, angkatan 20, menyodorkan minuman ajaib bernama teh. "Kamu belum sarapan? Pucet gitu mukanya."

"Iya, Kak. Tadi hampir telat, jadi ga keburu sarapan." kata Mitsuri menerima gelas itu, kemudian meneguknya perlahan.

Izumi hanya mengangguk-angguk. Tidak perlu menasihati lagi, toh orang yang namanya terlambat itu insiden. Izumi hanya menyuruh Mitsuri untuk bergabung dengan siswa yang lain untuk setidaknya mengisi perut terlebih dulu. 

Mitsuri menurut saja. Ia mendekat ke arah anggota PMR yang sedang membagikan roti. Ada sekantung penuh roti coklat dan sebuah kardus berisi air mineral gelas.

Sampai akhirnya, "lah? Orang kayak lo bisa sakit juga?"

Kalimat itu, yang terucap refleks saat melihat Obanai dengan wajah pucat. Sedang mengantri roti juga. Obanai hanya menatap Mitsuri dingin.

"Lo kira gue Limbad?" kata Obanai menusuk.

"Mirip sih, sama-sama jamet." kata Mitsuri jujur. Melihat ekspresi Obanai yang berubah, Mitsuri pun segera meralat. "Kalo gak mau Limbad, Limgood aja."

"Bawel, gembel."

Mitsuri mendelik seketika. "Bilang apa lo?"

"Gembel. Kaos Hello Kitty. Mau apa lo?" 

Obanai dan Mitsuri saling bertatap sengit. Mitsuri sudah meracau sendiri dalam hati. Kan yang seharusnya marah itu Mitsuri karena Obanai bertamu seenaknya kemarin. Kok malah cowok ini yang jadi landak betina?

"Sopan kah begitu?" balas Mitsuri ingin lebih galak.

"Sopan, so fun." 

Mitsuri maju selangkah, menginjak satu sepatu Obanai. Obanai pun maju, menarik rambut Mitsuri yang terkepang dua. Keduanya bertatapan sengit, tidak ada yang mau mengalah. Sampai petugas PMR pun berdeham, melerai mereka.

"Kalo udah sehat langsung masuk ke barisan lagi ya, Dek."

Mitsuri merapatkan bibir. Mendadak salah tingkah. Ia segera mengambil roti dan segelas air mineral. Bersama Obanai, dua remaja itu pun menjauh dari antrian.

"Lo ngikutin gue?" tanya Obanai menaikkan satu alis.

"Heh kata siapa?"

"Kata gue. Lo nggak denger? Udah gembel, budeg lagi."

Mitsuri marah. Saking marahnya sampai ia hanya bisa tertegun melihat kelakuan cowok di depannya ini yang berbanding jauh terbalik dengan penampilan ibunya. Kasihan Ibu Iguro yang kalem, pasti kesulitan ia punya anak seperti iblis begini.




Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ps: votenya ga sampe setengah, males ah

Ps: votenya ga sampe setengah, males ah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
That Boy | Obamitsu✔️Where stories live. Discover now