Part 40. Siapa dia?

70.5K 4.3K 68
                                    

Ceklek...

Pintu ruangan Nisa dibuka tanpa di ketok dulu. "Maaf mbak Nisa, Maya main nerobos masuk aja. Diluar ada yang ribut ribut, teriak pengen ketemu mbak Nisa katanya. Udah di cegah sama satpam tapi masih aja ngotot mau masuk." Terang Maya.

"Siapa? Kenapa gak disuru masuk aja?" Tanya Nisa pelan.

"Gatau mbak, ga disuru masuk karna tadi tiba tiba gaada angin, gaada badai ehh malah teriak teriak nggak jelas, kan takut ngapa ngapain mbak hehe." Ucap Maya cengengesan.

"Oh begitu yaudah kamu disini dulu jaga Kania mbak keluar liat siapa oke?" Ucap Nisa.

"Siap mbak." Ucap Maya.

"Kania mommy keluar dulu ya, diluar ada tamu Kania gak boleh keluar disini aja ya sama aunty Maya." Terang Nisa pada Kania. Dan Kania menjawab dengan anggukan.

"Mbak keluar dulu, tolong jagain Kania ya may." Ucap Nisa. Dijawab anggukan oleh Maya, kemudian Nisa keluar dari ruangannya untuk melihat siapa yang mencarinya.

"Maaf siapa ya? Ada yang bisa saya bantu?" Ucap Nisa saat sudah berada di belakang orang tadi. Orang tadi berdiri menghadap jendela yang membelakangi tempat Nisa berdiri.

"Kamu Nisa?" Tanya orang tadi.

"Iya ada perlu apa ya? Silahkan duduk." Ujar Nisa pada orang itu.

"Baiklah mari kita duduk setelah itu akan saya bicarakan masalah saya pada kamu." Ucap orang tadi.

"Masalah?" Tanya Nisa.

"Iya masalah yang kamu timbulkan terhadap anak saya." Ucap orang tadi. Kini mereka berdua sudah duduk di salah satu kursi di pojok ruangan yang menghadap ke jalan.

"Maaf sebelumnya ya. Saya tidak kenal ibu, saya juga tidak kenal anak ibu siapa. Nadi masalah saya apa?" Tanya Nisa.

"Kamu mau tau masalah kamu pada anak saya?" Ucap ibu tadi di jawab anggukan oleh Nisa.

"Kamu itu sudah mengahncurkan merebut calon suami anak saya." Ucap ibu tadi.

"Hah? Calon suami? Maaf ya ibu, saya tidak kenal anak ibu dan calon suaminya." Ucap Nisa.

"Kamu tidak kenal?" Tanya ibu tadi, Nisa mengangguk.

"Serkan. Calon suami anak saya adalah Serkan. Sekarang anak saya tengah mengandung anaknya Serkan, sudah delapan bulan kau tau? Anak saya sudah menjadi kekasih Serkan selama tiga tahun terakhir. Rencananya beberapa bulan yang lalu Serkan mau menikahi anak saya. Mereka sudah melakukan suatu hal yang tak pantas mereka lakukan. Anak saya hamil." Ucap ibu tadi.

"Anak ibu hamil? Serkan? Tiga tahun?" Ucap Nisa.

"Ya anak saya dan suami kamu sudah menjalin kasih selama tiga tahun, namun ntah kenapa Serkan membatalkan pernikahan ini secara tiba tiba. Anak saya hamil sudah memasuki bulan kedelapan. Dan bisa dipastikan itu anak Serkan." Ucap ibu tadi penuh keyakinan.

"Hah?" Nisa masih terbengong. "Ibu pasti berbohong deh, ga lucu lho bu hehe." Ucap Nisa berusaha bercanda namun air mata di pelupuk matanya menandakan ia tengah sedih.

"Saya tidak bercanda. Saya orang yang tidak suka berbohong. Prinsip saya sekali kamu berbohong maka dunia tak kan percaya." Ucap ibu tadi kali ini nadanya terdengar lebih serius.

Tess...

Tes...

Tess....

"Saya minta maaf sebelumnya sama kamu. Kami baru sempat mengurusi masalah ini karena baru beberapa hari yang lalu kami kembali kenegara ini. Oleh karena itu kami tidak hadir di acara pernikahan kalian." Ucap ibu tadi melanjutkan.

"Maaf ya anak ibu siapa? Mia?" Ujar Nisa.

"Siapa Mia? Anak saya Mauren Smith dan saya Laura Smith." Ucap Laura memperkenalkan diri.

"Mauren Smith?" Tanya Nisa. Ibu tadi mengangguk. Nama itu tidak asing, ia seperti pernah mendengar nama itu.

Dejavu.

Ia berfikir sebentar hingga ia teringat, ia pernah melihat salah satu siaran televisi yang menyiarkan berita tentang Serkan. 'Tuan Serkananda Mahendra membatalkan acara pernikahanya dengan nona Mauren Smith anak dari pengusaha sukses Alenio Smith.' Ia ingat betul berita itu.

Berita yang disiarkan beberapa hari sebelum hari pernikahan mereka. "Apakah tidak ada cara lain?" Tanya Nisa. Laura menggeleng.

"Kami keluarga besar Smith hanya ingin cucu kami mempunyai seorang ayah saat ia melihat dunia." Ucap Laura.

"Kami tidak ingin harta dan kekuasaan Serkan. Kami mempunyai banyak uang jika hanya untuk merawat dan membesarkan anak itu. Tapi, kami ingin anak itu mempunyai dan diakui ayah biologisnya." Ucap Laura lagi.

"Tapi....." ucapan Nisa terhenti, Laura memotongnya.

"Kau takut dimadu bukan?" Ucapan Laura berhasil membuat Nisa mengalihkan pandangannya. Laura yersenyum hangat.

"Kau mau tau sebuah cerita?" Tanyanya lagi. Nisa mengangguk.

"Dulu ada seorang wanita muda yang tengah hamil anak pertama. Wanita itu sangat cantik seperti dirimu. Saat suatu hari ia tengah menjahit sebuah pakaian untuk anak yang tengah dikandungnya,suaminya datang dengan seorang wanita liar...." Laura menjeda perkataanya sebentar air matanya sudah menggenang.

"Sang suami mendekat ke arah wanita yang tengah menjahit tadi dengan merangkul pinggang si wanita liar. Lalu ia berkata 'aku ingin menikah denganya, kau mau merestui atau tidak aku akan tetap menikahinya.' Wanita yang tengah menjahit tadi terkejut....."

"Jarum menusuk tangan halusnya. Ia meringis sedikit. 'Apa? Menikah?' Tanya wanita yang sedang hamil sang suami mengangguk. 'Di dalam sini ada sebuah nyawa' ucap lelaki itu yang membuat si wanita semangkin sedih." Lagi lagi ia menjeda ucapanya, menghapus air mata yang sudah mengalir pelan.

"Sang istri mau bagaimana? Mau menolak? Tidak bisa. Mau menerima? Juga tidak rela. Hingga akhirnya hari pernikahan antara suaminya dan wanita liar tadi datang. Suaminya mengucapkan ijab kobul dengan lancar yang membuat semua orang meninttikkan air mata bahagia kecuali sang istri dan keluarga laki laki. Air mata yang mereka keluarkan bukanlah sebuah air mata kebahagiaan melainkan air mata kesedihan....."

"Kau mau tau sang istri siapa?" Tanya Laura. Nisa mengangguk.

"Wanita itu adalah aku." Ucap Laura, Nisa membelalakkan matanya.

"Ya wanita yang di madu dalam cerita itu adalah aku. Aku bukan wanita kuat saat itu aku mengajukan gugatan cerai namun negara ini mengeluarkan sebuah peraturan 'tidak boleh ada perceraian antara kedua insan manusia yang sudah mempunyai buah hati sampai sang anak berumur 18 tahun.' tidak masuk akan bukan?" Ucap Laura lagi sambil terkekeh pelan.

"Aku tau rasanya di madu Nisa. Namun, jika kau menyerahkan semuanya pada yang kuasa kau takkan mengeluh, percaya padaku." Ucap Laura menyemangati.

"Aku tak ada tujuan ingin merusak hubungan rumah tanggamu. Aku hanya ingin anak itu mempunyai dan diakui ayah biologisnya. Jadi, maukah kau membantuku Nisa?" Tanya Laura.

"Hmm? Membantu apa?" Tanya Nisa.

"Membantuku membujuk Serkan agar menikahi Mauren." Ucap Lauran.

Nisa terdiam mematung.

Ting...

Pintu toko kue itu terbuka menandakan ada tamu yang masuk.

"B E R S A M B U N G 🌚"

Hallo apa kabar?

Kok makin kesini makin kayak sinetron indosiar ya?

Sorry for typo.

See you next part guys.

Terpaksa Menikah (PROSES ..........)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang