Genre: Romance/Angst
[FOLLOW AUTHOR YA SEBELUM MEMBACA]
──────────────────────────────
"Konflik percintaan sepanjang masa."
Ketika yang dicari ada di hadapanmu...
Sebuah tragedi percintaan sepasang kekasih yang tidak berujung bahagia di akhir cerita...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Natya dihadapkan dengan masalah yang ada, tidak tahu mengapa, perasaannya mendadak tidak nyaman. Rasanya hati Natya bagai diremat dan ingin menangis di depan mereka semua.
Natya menghela napas sembari tersenyum.
Tangannya turun meluruh, menatap ember putih besar itu dalam-dalam. Natya penasaran, dia tidak tahu apa yang ada di dalam ember itu.
Membuka tutup embernya, terkejut saat melihat apa isinya.
Cat?
Natya paham betul jenis cat apa ini. Cat tembok. Cat tembok warna putih.
Hanum yang berdiri di sisi Natya tak kalah terkejutnya. Dengan segera dia menyingkirkan benda itu dari tangan Natya.
Dia meninju perut Arlen yang berada di belakangnya dengan kedua siku tangannya, kemudian menghampiri tiga cewek di pojok ruangan.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Giffa merebut ember itu dari tangan Hanum, dengan cepat dia tuangkan cat itu ke kepala Natya.
BYURRR!
Hanum dan Arlen diam di tempat, Vio juga sempat terkejut meski sebentar. Mereka kalah telak dari Giffa. Pada akhirnya Natya jatuh juga.
"RASAIN LO!"
Sekarang Giffa sudah puas. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari ini dalam hidupnya.
Natya memejam, mengepalkan kedua tangan di samping tubuhnya, menunduk ke bawah lantai. Rambut merah Natya sudah berlumuran cat putih dan bercampur tidak rata. Seragam sekolahnya tertutup warna putih sampai ke bawah sepatu. Lantai perpustakaan jadi penuh dengan cat tembok.
Semuanya diam tidak bersuara, hanya ada suara tetesan cairan dari tubuh Natya.
Sudah terlanjur.
Natya diam dengan posisi itu selama lima menit, setelah itu dia membuka matanya perlahan-lahan dan mendongak menatap ke depan dengan tajam. Dia juga mengeluarkan smirk yang tak biasa.
"Udah cukup." Natya menjeda ucapannya, mengambil napas panjang-panjang. "Awalnya mungkin lo nggak suka sama gue karena gue cupu, tapi lama kelamaan lo benci sama gue karena Gibran lebih deket ke gue daripada lo, sampe akhirnya gue jadian sama Gibran dan alasannya lo tau sendiri itu apa, sekarang lo bales dendam."
Senyuman Giffa yang semula lebar, seketika luntur.
"Siapa yang mau berpenampilan kayak gue? Siapa yang nakdirin gue jadi sahabat Gibran? Siapa yang maksa gue buat jadi pacar Gibran? Dan siapa yang mau nandingin lo?"