12. Anak atau Ibu

12.7K 1.2K 18
                                    

•°•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°•

Viano kasih nomor handphone Raja ke Nesta, dua hari setelah mereka makan bersama. Padahal dia sudah niat dalam hati, tidak akan punya urusan lagi dengan cewek yang baginya sableng itu. Cuma, mau bagaimana lagi. Si Raja, sepertinya senang karena punya teman baru.

Apalagi, teman barunya kali ini ada adalah sosok yang dicari selama ini. Dari dulu, Raja mau tahu, rasanya kalau ada perempuan dewasa yang bukan susternya, bisa menemani.

Bukan apa-apa, Viano memang tidak pernah memberitahu siapa mama kandung Raja. Kalau ditanya, selalu bilang Raja akan dikasih tahu kalau sudah dewasa.

Kelamaaan, menurut Raja. Sejak kawan-kawannya di Taman Kanak-kanak sering diantar mamanya, dari situ Raja mulai memikirkan figur seorang ibu. Sayangnya, Raja sama sekali tidak pernah melihat Viano bersama perempuan.

Yah, memang Viano pernah pergi bersama Lusi. Sayangnya, Raja tidak suka dengan perempuan yang mengaku teman lama Viano. Pasalnya, Lusi pernah memelotot pada Raja saat dia tidak sengaja menumpahkan air di gaunnya. Ditambah Viano yang tidak banyak bicara juga tidak bisa tersenyum lepas saat bersama Lusi, semakin membuat Raja sebal dengannya.

Nesta belum dianggap calon ibu, sih. Usianya yang masih sangat muda--dua puluh tahun--lebih menyenangkan kalau di anggap kakak. Namun, yang namanya takdir, siapa bisa menebak?

"Pak, si Raja memang beneran anak Bapak, ya?" Nesta sempat-sempatnya tanya, selagi menyimpan kontak Raja di ponselnya.

Viano yang lagi duduk di office chair-nya, cuma bisa mencebik kesal.

"Ya, maaf, Pak. 'Kan saya cuma tanya." Nesta memang tidak pernah punya beban meskipun Viano meradang.

"Jangan sok akrab dengan saya!" tegas Viano.

"Hah?" Mulut Nesta terbuka lebar. Ini makin yakin kalau Raja bukan anak kandung. Sifatnya bertolak belakang sama bapaknya. Itu bocah, udah manis, imut, baik, bikin gemes pula. Sedang bapaknya, bikin emosi terus.

"Jangan banyak tanya. Cukup simpan kontak Raja, nanti kamu chat dia kalau ada waktu."

"Oke, Pak!" Nesta manggut-manggut.

"Tapi inget, jangan chating sama anak saya pas jam pelajaran."

"Oke. Kalau gitu saya chat pas istirahat siang."

"Anak saya, sekolah sampai sore."

Nesta mendesah. "Berarti sore, Pak."

Arrogant vs Crazy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang