21. It Hurts

2.9K 329 37
                                    

REVISI MY STEP BROTHER
HOPE YOU LIKE IT!

Mohon maaf jika masih ada typo☞☜

®MyStepBrother

Jisung dengan setia menemani Chenle berkeliling di halaman rumah sakit, udara di sini memang sedikit sejuk.

Sewaktu Chenle terbangun, Jisung tidak bisa melepas dirinya. Bahkan untuk ke toilet saja, Chenle harus ikut. Mungkin pengaruh bayi kali ya.

"Ji, kau tau tidak? Apa yang aku alami saat aku tertidur selama itu?" Jisung hanya memberi gelengan.

Jisung duduk di depan kursi roda yang Chenle duduki, mereka tengah memandangi satu sama lain. Melepaskan rindu yang hampir mematikan mereka.

"Tidak, coba ceritakan padaku Le," ucap Jisung.

"Jadi, a— ku bertemu dengan anak kita," gumam Chenle dengan pelan, Jisung saja tidak mendengarnya.

"Apa? Berbicaralah yang jelas."

"Tidak ada."

"Baiklah, mungkin kau butuh waktu untuk membicarakan ini."

Suasana mereka menjadi hening dan canggung, mereka hanya saling memandangi saja. Tanpa berniat untuk membicarakan hal lainnya. Cukup untuk melepas rindu saja.

Jisung mulai mengelus telapak tangan Chenle yang sedari tadi ia genggam. Tangannya masih sama seperti dulu, namun sepertinya bertambah lemak?

Chenle memang semenjak kehamilannya, ia menjadi bertambah gemuk. Apalagi di bagian pipinya, pipinya seperti bakpao dengan semburat merah.

Membuat Jisung yang melihatnya gemas sekali, ingin mengigit pipi itu, tapi ia urungkan niatnya. Karena Chenle akan menjadi harimau yang galaknya kebangetan.

Jisung bergidik ngeri saat membayangkan Chenle menjadi harimau galak, ia tidak sanggup untuk dicakar-cakar oleh Chenle. Tapi jika harimaunya semenggemaskan Chenle tak masalah lah. Apalagi jika Chenle dengan rela mengangkang di hadapannya. Uhh surga dunia.
































Plakk ...





Jisung kembali pada kenyataan, di depannya ada seseorang yang menatapnya tajam, baru saja di bayangkan seberapa gemasnya dia, eh malah maungna kaluar. Jadi, ga jadi mau bilang gemes teh. Da soalna serem pisan si Chenle mun ngambek teh.

"Sakit hum," ucap Jisung dengan sedikit aegyo. Membuat Chenle muntah saat melihatnya.

"Mikirin apa sih kamu Ji?"

"Ga mikirin apa-apa kok," ucap Jisung dengan senyum manis di bibirnya.

"Kalau ga mikirin apa-apa, itu kenapa berdiri?" Tanya Chenle sambil menunjuk gundukan yang membesar diantara selangkangan Jisung. Jisung langsung menundukkan kepalanya.

Ngapain tegang njim, nyusahin lu." Bathin Jisung.

Chenle hanya mampu menyembunyikan semburat merah dipipinya. Karena tidak sengaja melihat itu.

"Ke kamar kamu yuk Le, udah sore ini." Chenle hanya mengangguk saja.

Jisung mendorong roda kursinya Chenle dengan sepenuh hatinya.



































































































FIN~






































Setelah sampai di ruangan Chenle di rawat, terlihat Jeno berdiri di samping ranjang tempat Chenle untuk berbaring.

"Ngapain kau kesini?" Tanya Jeno

"Le, kita keluar aja ya ga usah di sini. Ga guna kalau ada orang macam itu." Jisung mendorong kembali kursi rodanya Chenle untuk menjauh dari ruangan laknat itu. Jeno hanya menatap kepergian mereka.

"Gue kan udah bilang kalau Jisung bakalan ngehindarin elu Jen." Seseorang muncul di balik toilet yang berada di ruangan itu.

"Dia anak gue Mark, Chenle juga anak gue. Mana bisa gue terima gitu aja."

"Gue yakin, Jisung pasti udah dewasa untuk menyelesaikan masalahnya. Lagi pula mereka saling mencintai Jen, kalau elu liat mata mereka, matanya memancarkan keindahan untuk jatuh cinta Jen.

Renjun juga pasti merasakan apa yang gue bilang. Elu ga boleh egois Jen, setidaknya biarkan mereka bersama."

Jeno menghela napasnya, benar kata Mark, dirinya harus membiarkan mereka bersama, tapi itu hanya otak Jeno saja yang bekerja, hatinya tentu jelas menolak itu.

"Elu tau sendiri watak seorang Jisung, kalau udah frustasi kaya gimana. Kalau elu masih nentang hubungan mereka, gue yakin Jisung ga bakalan ada di dunia ini lagi besoknya." Ucapan Mark membuat Jeno tersadar, bagaimanapun Jeno hampir pernah kehilangan anak semata wayangnya itu.

Saat dirinya menceraikan sang istri tercinta. Jisung benar-benar terpukul waktu itu, bahkan Jisung tidak keluar kamar selama satu bulan, tenang saja, di kamar Jisung tersedia kulkas kecil untuk menampung beberapa makanan dan minuman. Bahkan Jisung kerjaannya tidur terus waktu mengurung diri di kamar.

"Baiklah, gue bakalan ngelepas dia untuk menikahi Chenle. Namun dengan syarat." Mark menghela napasnya sebentar. Dirinya langsung menganggukkan kepalanya.

Renjun yang mendengar itu lalu memeluk sang suami. Renjun sedari tadi ada di balik pintu ruangan Chenle, dia mendengarkan semuanya.

Walau Jeno terlihat marah pada Jisung, utnuk hatinya Jeno tidak marah. Dirinya hanya menyesal, karena tidak menjaga anaknya dengan baik. Malah menghamili orang.

"Jun, maafin aku ya," ucap Jeno sambil mengelus pucuk kepala Renjun, Renjun makin mengeratkan pelukannya.

"Ampun dah, ga anak, ga bapak. Bikin gue kesel mulu. Dunia milik berdua." Jeno terkekeh mendengar penuturan Mark, Renjun semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang suami.

"Hyung, bisakah kau pergi? Aku ingin berduaan dengan Jeno." Ucapan Renjun terdengar malu-malu.

"Ya ya yaa, gue pergi Jen, jangan lupa apa yang gue omongin harus masuk ke dalam hati, jangan keluar di telinga kiri." Jeno memberikan hormatnya kepada Mark.

"Iya Mark, makasih."






























TBC!
Lagi semangat nyelesaiin buku ini (╥﹏╥)
Besok lagi yaa🌚

Yang ninuniu nya mau di update ga? 🌚🔞 Ngehehe




Revisi: 161220

My Step Brother || S2 Discontinue Where stories live. Discover now