*10🌻

1.7K 242 12
                                    

.
.
.
.
.

Karma menghela nafas. Ia benar benar lelah dan bosan sekali. Bermain main dengan para guru Tadi. Dan ia sudah sempat mempermainkan Asano. Tapi ia
pergi begitu saja dan karma sama sekali tidak dapat menemukan nya. Karma duduk di atas kursi taman itu. Menaruh kedua tangannya malas ke masing masing bagian atas kursi itu. Kedua matanya menatap ke arah langit. Dengan kedua kaki saling berlipat santai.

"Karma"

Karma sedikit membulatkan kedua matanya saat mendengar suara itu. Ia melirik ke arah kanan asal suara itu. Asano menatapnya dengan tatapan marah seperti biasa. Asano duduk di sebelah karma, sama sekali tidak disangka. Biasanya Asano akan berusaha menghindari karma dan sekarang ia malah mendekati nya duluan dan duduk di dekatnya pula. Karma menatap dengan raut aneh.

"Asano?. Apa kau baik baik saja?" Dengan tidak sopan nya karma bertanya seperti itu. Dengan raut aneh pula. Seolah olah ia sudah melakukan sesuatu yang aneh. Suasana hatinya yang tadinya sudah berusaha keras ia kembali kan. Kini malah kembali memanas mendengar perkataan maklhuk tidak peka itu.

"Berisik!. Memang kenapa aku gak boleh duduk disini?" Sinis Asano. Ia menatap tajam ke arah karma. Karma mengubah posisi duduk. Dan mengaruk tengkuknya sedikit bingung. Ia bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa pula ia senang dengan kedatangan Asano?.

"Ya tidak salah juga sih~. Aku cuman heran aja. Kenapa kau tadi tiba tiba menghilang?", Karma melirik ke arah Asano. Asano mendadak langsung menjadi gugup. Ia langsung kehilangan kata kata. Ia otomatis mengalihkan tatapannya ke arah depan. Karma menaikkan satu alisnya. Asano menghindari nya lagi. Kenapa?. Ada yang aneh?.

"Ya..yah...aku--" Asano memainkan kedua tangannya di atas pahanya. Gugup dan gemetar. "--aku cuman gak mau ketemu karma" lanjut Asano tidak jelas. Karma lagi lagi merasa aneh. Ia menatap dengan sangat tidak peka nya.

Dasar tidak peka!. Padahal ia pergi karena karma tiba-tiba datang apalagi sedekat itu!!. Ugh, menyebalkan!!. Karma menatap heran. Kemudian angin mulai berhembus. Asano mengigil. Karma menghela nafas. Ia melepaskan jaket yang ia pakai sedari tadi. Dan memasangkan itu pada punggung Asano. Asano terdiam. Tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

"Kau akan kedinginan nanti" seru karma pelan. Tepat di telinganya. Asano menahan nafasnya sontak. Pipinya memerah. Kenapa karma selalu membuatnya hilang akal seperti ini???. Ia merasa bodoh setiap kali di dekat karma. Karma mengetahui itu. Ia melirik dari ujung matanya. Asano...ia imut sekali...kenapa ya?.

Karma menjauh dari sana. Merentangkan kedua tangannya di sana. Angin berhembus kencang. Asano hanya diam disana. Tidak berkata apapun. Meraih kedua ujung jaket itu. Kedua pipinya memerah pelan. Kenapa...ia melakukan ini?. Memalukan saja!. Tapi, Asano diam diam senang akan hal ini. Ia menatap ke arah karma. Apa ia tidak kedinginan?. Ini kan jaket nya. Ah karma lagi lagi membuatnya berharap. Ia memiringkan kepalanya sedikit merengut canggung.

Akh, mendadak bibirnya Kelu saat hendak berbicara. Ia mengatupkan kedua bibirnya lagi. Menunduk dalam dalam. Asano adalah seorang yang sangatlah pendiam. Sama seperti Kageyama. Ia hanya berbicara saat membicarakan sesuatu yang menurutnya penting. Disaat seperti ini ia selalu tidak bisa mengatakan apapun. Setiap ia ingin karma mengetahui dirinya. Selalu seperti ini. Ia tidak akan bisa mencapai karma senpai.

"Hei Asano~. Apa kau malu ketika bertemu denganku?" Seru karma. Asano membelalakan kedua matanya. Jantungnya nyaris berhenti. "Ke-kenapa?" Seru Asano gugup. Karma melirik lagi. Betul. Ini sudah terjadi sejak hari itu. Ia merasa Asano mulai bertingkah aneh. Meksipun ia mencoba menutupi nya dengan baik. Bahkan tadi ia lari begitu saja. Seperti... Asano sedang menyembunyikan sesuatu padanya. Sesuatu yang berhubungan dengan dirinya.

Tapi apa?. Ia merasa kalau Asano seperti itu akhir akhir ini. Ia selalu berwajah sangat manis seperti itu. Dan lagi lagi karma merasakan ada sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ia suka dengan raut Asano yang seperti itu. Jauh di dalam lubuk hatinya. Ia merasa...kalau ia mulai menyukai Asano. Tapi..apa itu semua hanyalah pikirannya?. Bagaimana dengan Asano?. Asano tidak mungkin seperti itu. Ia kan membencinya.

"Asano... bagaimana kalau kukatakan kalau kau itu... imut?" Seru karma. Ia melirik lagi ke sana. Sedikit membesarkan matanya saat melihat Asano sedang memandangnya dalam diam. Ia terpaku. Kedua pipinya memerah menatap terkejut ke arah karma. Kedua tangannya memegang kedua sisi jaket. Dan kedua pipinya memerah. Sama seperti waktu itu. Kali ini ia bisa melihatnya dengan jelas.

"A..apa yang kau katakan itu benar?, Kau..kau melihatku?" Seru Asano pelan. Ia melihat dengan kedua manik matanya menatap ragu ke arah manik mata merah karma. Asano meremas kasar dan gugup kedua sisi jaket merah karma. Karma suka warna merah. Ia tidak pernah menyerahkan atau meminjamkan barangnya kepada orang lain. Dan karma dengan mudahnya menyerahkan jaket itu kepadanya. Ia takut. Ia takut kalau perasaan ini akan semakin besar dan ia tidak akan bisa menahannya lagi.

.
.
.
.
.

Karma tertawa lirih. Asano merengut menatap karma yang seolah mengejeknya.

"Kenapa kau ketawa?!" Marah Asano. Karma terus tertawa keras, lalu menghapus air mata di ujung matanya karena keasyikan tertawa. Ia menatap ke arah Asano. Mengelus surai orangenya dan membuat Asano terdiam. Karma tersenyum tipis ke arah Asano. Dan mengubah elusan itu ke arah belakang kepala Asano dan menariknya hingga jatuh ke dadanya.

"Eh?. Ka-karma...lepaskan!" Seru Asano gugup. Tapi karma malah mengarahkan tangan kanannya itu mendorong kepala karma tenggelam di ceruk lehernya di samping tanpa membuat pergerakan sedikitpun. Asano tidak bisa bergerak. Asano gugup. Ia hanya bisa meremas kedua sisi jaket nya itu.

Menunduk menutupi wajahnya yang berada sangat dekat. Mereka duduk di kursi. Dan karma menariknya begitu saja untuk bersandar di samping kanannya. Menyeret tubuh kecilnya itu agar bersandar disana.Karma tetap diam disana. Tidak membuat pergerakan lagi. Asano gugup sekali. Ia berkali kali meremas sisi jaket itu.

"Kau tau asano~. Kau itu menyebalkan". Asano merengut kesal mendengar dengan jelas perkataan jujur karma. Apalagi ia mengatakannya dengan nada biasa yang sangat menyebalkan. Padahal ia sudah deg degan karena apa yang dilakukan karma tadi. Sampai sekarang juga, dasar karma memang sama sekali tidak peka!. Sialan!.

"Ya!. Lalu kenapa?!. Sudah lepaskan, memalukan tau!" Seru Asano kasar. Sudah hilang kegugupannya tadi. Ia menepis tangan karma dan berdiri dari sana. Tapi tangan karma menghentikannya. Ia menoleh sinis. "Lepaskan!" Seru Asano. Tapi karma tetap diam memegang tangannya sembari melihat Asano dengan tatapan serius dan intens.

"Asano... katakan kenapa kau merona saat melihat ku?" Seru karma. Ia menatap serius. Baru pertama kali karma seperti itu. Asano jadi gugup. Ia merona seketika. Dengan cepat ia menepis tangan karma dan lari begitu saja tanpa memberikan jawaban. Karma menatap kepergian Asano dalam diam. Tidak mengejarnya. ia menoleh ke arah samping. Seringainya muncul kembali. Tangan kiri nya memangku wajahnya. Wajahnya sedikit di miringkan. Tangan kanannya meraih kue yang ada di sana. Di sebelahnya.

"Eh~~. stundere" serunya menimang nimang kue yang terlihat sedikit berantakan itu. Ia sudah tau itu. Asano bilang tidak mau tapi ia memberikan nya diam diam. Tapi sepertinya Asano memiliki banyak sisi mengemaskan. Ia tidak sabar untuk melihatnya. Sisi manis dari ketua OSIS itu~♡.

.
.
.
.
.


Seniors!, Notice Me...Please? [OiKage, KaruAsa]Where stories live. Discover now