*3🌻

2.5K 326 60
                                    

.
.
.
.
.

Asano luar biasa jengkel Sekarang. Bagaimana tidak?. Ia sedang tenang tenang nya dan Oikawa menariknya begitu saja. Dan lagi apa yang ia bicarakan?. Sebagai ketua OSIS tentu saja ia akan berpergian kemanapun. Dan lagi siapa sih orang aneh ini?. Rasanya ia jadi teringat seseorang yang sama dengannya. Tidak ia jauh lebih dan lebih menjengkelkan.

Oikawa terus menarik Asano. Ia kesal dan jengkel sekali karena merasa Kageyama benar benar mempermainkannya. Apalagi, senyuman nya itu!. Bikin kesal aja!. Sembari itu, tanpa sengaja karma sedang asyik berjalan jalan dan ketika melihat adegan itu. Ia langsung berhenti, sembari masih mengulum permen nya. Ia menyeringai saat tau yang di tarik itu adalah rival sejatinya..Asano.

Karma mengurungkan niatnya untuk membeli makanan di kantin dan lebih memilih mendekati Asano. Oh itu Oikawa, ia baru sadar. Kenapa ya?. Dengan masih wajah jahil dan sedikit ide abstrak tentu saja ia mendekati Oikawa yang menarik Asano sekuat tenaga. Asano sudah memasang aura sangat seram Karena jengkel.

"Ara~ Oikawa~, kenapa kau menarik Asano?" Seru karma dengan nada khasnya. Ia menatap santai dan mengejek penuh arti ke arah Asano dan Oikawa bergantian. Mulutnya masih asyik mengunyah permen tangkai dan satu tangannya yang lain di masukkan ke saku celana. Ia menatap dengan santai dan sedikit mengejek, dan lagi lagi seragamnya berantakan.

Ia memang seenaknya. Oikawa akhirnya berhenti dan melepaskan Asano seketika. Asano tampak sudah jengkel sekali dan saat melihat karma kerutan di dahinya bertambah banyak membuat karma semakin terkekeh puas melihat reaksi Asano yang selalu seperti itu saat bertemu dengannya. Oikawa menunduk sedikit dan menyentuh kedua pahanya untuk menetralkan nafas.

"Huh!, Capek~" seru Oikawa lelah. Ia benar benar tampak kelelahan. Wajah tampannya mendadak menghilang. Tadi itu hanya untuk menjaga image. Ia memang mudah lelah dan saat lelah ia seperti ini. Karma menatap ke arah Oikawa dan terkekeh lagi. Ia menepuk kedua pundak Oikawa dengan santai dan diam diam menatap penuh ejekan ke arahnya. Dan hanya Asano yang tau itu. Karma benar benar cerdik.

"Jadi kenapa Oikawa?" Tanya karma lagi. Ia heran juga kenapa sosok ketua OSIS ini sampai di tarik tarik oleh temannya. Yah, karma dan Oikawa berteman. Selain Oikawa mudah di kelabui dan di kontrol. Ia mungkin mudah sekali percaya pada orang lain. Apalagi yang sering memujinya. Gampangan.

Tapi tentu saja bukan itu. Sebenarnya Oikawa cerdik dan sama pintarnya dengan karma. Ia hanya belum menemukan seseorang yang bisa membuat nya seperti itu. Ia playboy dan sering merasa tidak cocok. Dan ia akan berpacaran dengan yang lain. Tidak ada yang masalah dengan itu. Karena oikawa selalu terlihat tampan dan keren. Ia hanya belum bisa berkomitmen atau hanya mencoba coba saja.

Oikawa menggerutu. Lihat kan?. Ekspresi nya mudah sekali di baca. Oikawa menatap malas dan sedikit ngambek ke arah depan. Kemudian ia memeluk karma spontan. Hubungan seperti ini sudah biasa. Oikawa tidak masalah dengan itu. Ia malah sering melakukan nya. Itu salah satu yang membuat karma bisa menilai kalau Oikawa belum terlalu peduli dengan hal lain. Kecuali dua hal, wanita dan .... permainan olahraga.

.
.
.
.
.

"...itu loh.. Kageyama, kau tau kan?" Rengek Oikawa. Padahal di depannya ada Asano yang merupakan adik kelasnya. Ia memang benar benar tidak tau malu dan bodoh amat. Karma menepuk punggung Oikawa dengan tenang. Ia sudah biasa menghadapi temannya yang labil ini. Kadang semangat atau pula lesu seperti ini. Orangnya bisa dibilang mudah di tebak.

"Kageyama. Adik kelas kita yang katanya seram itu?" Tanya karma menyelipkan sedikit ejekan disana. Oikawa mengangguk. Ia masih sibuk ketakutan. Dan di lain pihak ia sudah memperhatikan Asano sedari tadi. Asano berusaha mengabaikan nya. Ia malas berhubungan dengan karma. Ia perlu penjelasan makanya tetap disini. Asano hanya berdiri dan membalikkan wajahnya ke arah lain dengan wajah sedikit kesal.

Reaksi asano itu. Benar benar.., selalu saja seperti itu. Karma jadi ingin tau bagaimana reaksi nya saat malu ya?. Eh, apa yang kau pikirkan karma. Tidak ini memang sudah wajar. Asano adalah rivalnya tentu ia ingin kalau rival nya itu menyerah atau apapun itu. Memasang wajah memelas atau bersedih. Itu akan menyenangkan. Ia suka melihat Asano kewalahan. Terutama didukung oleh posisinya sebagai kakak kelas.

Oikawa tersedu sedu. Ia masih mengingat betapa seramnya kageyama tadi. Ia memang terlalu berlebihan. Memang sih Kageyama itu menyeramkan. Ia sempat merinding saat Kageyama melihat nya dengan wajah ketusnya. Seperti ada aura seram mengintimidasi di sekitarnya. Padahal, Kageyama hanya menatapnya saja. Atau ia sedang duduk di tempat lain tidak melakukan apapun.

.
.
.
.
.

Apalagi saat tersenyum. Karma merinding saat mengingat itu.
"Ck, sudah hentikan acara itu!. Jadi kenapa Oikawa senpai menarikku sampai kesini?" Seru jengkel Asano. Ia tidak bisa menunggu lebih lama untuk acara tidak berguna ini. Ia masih harus belajar dan ia tidak mau bertemu sosok menyebalkan ini.

Oikawa melepaskan pelukannya pada karma. Awalnya ia bingung menatap Asano. Wajahnya itu loh terlihat sekali semuanya. Sedangkan Asano sudah sangat kesal. Terutama karma yang menatapnya dengan seringai menjengkelkan itu. Sialan.

"Eh Asano???, Ah maafkan aku, kau pasti tidak suka ya?" Tanya Oikawa. Ia benar benar berlebihan. Jadi ia tidak sadar?. Apa karena Kageyama?. Ia juga tidak peduli sama sekali. Dengan kesal Asano berbalik, ia tidak mau lagi mendengarkan ocehan tidak berguna oikawa. Ia ingin melanjutkan pembelajaran yang sempat tertunda tadi. Sedangkan Oikawa sudah mati Matian meminta maaf kepada Asano. Yang sama sekali tidak digubris.

.
.
.
.
.

Srek!

Yah ia tau itu. "Lepaskan" tekan Asano. Biasanya orang orang yang mendengarkannya akan langsung menuruti perintahnya. Ia tegas. Tapi tidak bagi orang ini. Ia lebih menjengkelkan. Akabane karma. Nakal, jahil, tidak taat aturan dan seenaknya. Karma masih mengenggam tangannya dan tiba tiba malah menarik tubuhnya langsung hingga ia jatuh pada dadanya.

"Eh kau?!", Asano memandang karma marah. Tampak jelas raut merah di kedua pipinya. Ini memalukan, karma masih menyeringai jahil. Ia tersenyum tipis dan memeluk pinggang kecil Asano. Entah kenapa reaksi Asano manis sekali. Asano yang tubuhnya hanya sebahu dari tubuh besar karma sama sekali tidak bisa melawan.

Karma malah mengarahkan wajahnya ke arah ceruk leher Asano. Asano bisa merasa badan besar karma dan nafasnya yang dingin mengelitik lehernya. Ia tidak bisa bergerak. Karma menahan tubuhnya kuat. Ia dan karma berbeda dalam ukuran badan. Asano menatap kesal dan marah. Rona merah menghiasi kedua pipinya. Ini dekat!.

"Asano~"

"Engh...", Desah Asano tidak sadar. Karma menyeringai. Ia tau kalau tubuh Asano sensitif. Sengaja tentu saja. Salahkan, karma yang suka bermain main. Ia suka melihat reaksi Asano. Asano mengumpat berkaki kali saat suara itu keluar. Karma bisa merasakan tubuh sosok bersurai orange itu memanas. Karma menatap intens dan melepaskan nya kemudian tertawa lepas.

"Hahaha, kau ini. Malu ya?" Ejek karma. Asano memegang ceruk leher nya tadi. Masih terasa. Asano mengertakkan giginya saat melihat karma tertawa mengejek seperti biasa. Dengan kesal, Asano pergi dan karma yang masih menyeringai menatapnya. Ekspresi tadi. Kenapa ya..ia ingin melihat nya lagi dan lagi...?. Itu normal kan?.

.
.
.
.
.

Sementara itu Asano sudah memerah sampai ke telinga. Ia sudah menahan mati Matian tadi. Untung saja bisa. Ia memang kesal sih. Tapi.., Asano memegang bekas itu. Masih terasa. Tadi dirinya dan karma begitu dekat. Asano memerah, kali ini karena ia begitu mencintai karma, kakak kelasnya itu. Ia memang Bodoh.

Ia mencintai kakak kelas nakal itu. Mereka memang rival dan Asano tidak mau kalau kakak kelasnya itu sampai tau perasaan nya. Terutama tadi. Untung saja ia bisa bertingkah seperti biasa. Ia senang bisa di perhatikan oleh karma. Tapi, ia tidak ingin karma melihat hal memalukan ini darinya.

Ini sungguh memalukan. Asano menyembunyikan wajah manisnya yang memerah padam di balik salah satu tangannya. Untung saja ia masih bisa bertingkah biasa tadi . Dan saat ia berpisah ia tidak tahan lagi. Asano langsung mencari tempat kosong dan berdiam diri di balik dinding. Ia menatap kesal dan gugup ke depan. Ia benci perasaan ini. Kenapa pula ia bisa jatuh cinta pada karma?. Mungkin, itu karena ia selalu bersama dengannya. Entahlah.

.
.
.
.
.


Seniors!, Notice Me...Please? [OiKage, KaruAsa]Where stories live. Discover now