Pos 23

46.3K 8.4K 944
                                    

Di hari terakhir UAS, berhubung ini mata kuliah yang menurutku gampang dan aku suka banget, aku jadi malas belajar. Apalagi dosen mata kuliah ini baik banget dan murah nilai, membuatku semakin yakin kalau nilaiku akan tetap bagus tanpa perlu belajar keras sampai begadang segala.

Meski begitu, aku tetap mengirim chat pada Pak RT kesayanganku untuk meminta rangkuman materi. Setiap UAS begini, dia suka membuat rangkuman materi dari power point yang diberikan dosen, atau dari clue-clue yang diucapkan dosen ketika sedang menjelaskan.

Aku kagum dengan Adam yang rajin banget. Pantas saja diam-diam begitu, dia mendapatkan IP 3,7 selama dua semester berturut-turut. Tentu saja dia nggak cerita soal IP-nya. Aku mengintip akun website kampusnya diam-diam, saat meminjam ponselnya.

Sejak hari di mana aku datang ke rumah Adam untuk makan sate, aku merubah kontak Whatsapp Adam dengan nama Pak RT. Lalu mulai menerapkan panggilan itu padanya. Anehnya, dia nggak pernah bertanya kenapa aku memanggilnya dengan sebutan itu. Apa jangan-jangan, dia sadar kalau baju batiknya itu mirip dengan motif baju batik Pak RT di desa-desa? Pantas saja, setelah hari itu dia nggak pernah memakai batik itu lagi.

Aku : Pak RT, bagi rangkuman fistum

Pak RT : kan udah tak kirim semuanya kemarin

Aku : yang mana?

Kemudian dia mengutip foto-foto rangkumannya yang sudah dikirimkan minggu lalu. Ah, sial. Kenapa aku tidak mengeceknya dulu sebelum meminta?

Sebenarnya itu tadi hanya modusku supaya bisa chat dengan Adam. Sejak dua jam yang lalu aku pusing memikirkan topik supaya bisa chat dengan Adam. Kalau pun Adam mengirimkan rangkuman materinya, aku tetap nggak akan membacanya, dan terus mencecarnya dengan topik yang lain lagi.

Selama UAS ini, obrolan kami di chat hanya seputar materi kuliah, atau bercerita betapa sulitnya soal tadi pagi. Tentu saja meski Adam mengatakan soalnya susah, aku yakin dia tetap bisa mengerjakannya.

Belakangan ini Adam jadi sedikit lebih terbuka padaku, meski dia nggak menyatakan secara langsung bagaimana perasaannya. Aku merasa dengan kehadiran notifikasi Adam setiap hari di ponselku, sudah menandakan kalau dia menyambut baik perasaanku. Mungkin Adam memang bukan orang yang bisa mengucapkan cinta dengan gamblang seperti cowok-cowok lain.

Yang membuatku kesal adalah, selama UAS, aku tidak pernah bertemu Adam. Karena ruangan UAS diurutkan berdasarkan NIM. Satu kelas, dibagi menjadi dua ruangan. NIM-ku termasuk pada ruangan pertama, sedangkan Adam masuk di ruang kedua.

Seperti biasanya, begitu selesai UAS, aku nggak langsung pulang karena menunggu Vika dan Alesia, lalu merencakan makan siang bareng. Sedangkan Adam, selalu selesai pertama dan langsung pulang duluan. Sehingga ketika aku mengintip kelasnya, dia sudah tidak ada.

Sejak kemarin aku berusaha mencari alasan supaya bisa bertemu dengan dia. Tapi aku belum juga kepikiran alasan apa pun. Ditambah, dia juga terlihat nggak berniat untuk mengajakku bertemu. Apa dia memang nggak kangen aku?!

Masa harus aku terus melakukan pergerakan terlebih dahulu untuk mengajaknya bertemu?! Kapan Adam punya inisiatif untukku?! Apa dia nggak pernah kepikiran mau mengajakku jalan-jalan?! Rasanya aku ingin mengomelinya supaya dia lebih peka.

Aku sudah bertekad, kalau sampai nanti malam dia nggak mengirimiku chat juga, aku yang akan mengirim bom ke rumahnya.

Ingatanku kembali pada beberapa waktu lalu saat aku di rumah Adam. Setelah Adam bertanya, "Emang kamu sayang beneran?"

Aku nggak langsung menjawab. Orderan sate kami datang, dan dia bergegas keluar. Adam terlihat kesal karena orderan itu sudah kubayar memakai e-money. Aku heran kenapa sih, cowok-cowok nggak suka ditraktir?

MERBABY Where stories live. Discover now