Pos 4

52K 7.5K 311
                                    

Adam bohong. Sampai jam setengah lima pagi, tidak ada telepon masuk di ponselku. Justru Rangga yang meneleponku bertubi-tubi, dan berhasil mengusik tidurku.

Bukannya aku berharap untuk mendapatkam telepon dari Adam di pagi hari. Cuma kesal karena Adam dengan santainya bilang mau menelepon untuk membangunkanku. Lalu dia tidak meneleponku. Kalau sejak awal nggak serius mau telepon, harusnya dia nggak perlu bilang macam-macam.

Meski dongkol banget, aku bergegas siap-siap. Berhubung semalam aku sudah mengemasi barang-barang yang akan kubawa, sekarang aku hanya perlu memperbaiki penampilanku saja. Maksudku, mandi dan ganti baju.

Namun, baru selangkah aku masuk ke dalam kamar mandi, seluruh tubuhku meremang merasakan air yang begitu dingin. Ini masih jam setengah lima, dan aku nyaris tidak pernah mandi jam segini. Kalau pun pernah, berarti aku nggak ingat.

Biasanya setiap kali ada acara yang mengharuskanku untuk pergi sepagi ini, aku memilih untuk tidak mandi. Rasanya mencuci muka dengan facial wash dan sikat gigi sudah lebih dari cukup untuk memperbaiki penampilanku yang berantakan sehabis bangun tidur. Bahkan, untuk cuci muka saja, kadang aku masih kedinginan.

Setengah jam kemudian, aku sudah siap meninggalkan kos. Aku membawa satu ransel agak besar, juga sebuah paper bag sedang yang berisi makanan untuk mengisi perut sepanjang perjalanan menuju basecamp.

Rencananya kami akan naik motor sampai ke basecamp pendakian jalur Selo, Boyolali. Kalau tidak ada halangan, perjalanan kami akan ditempuh dalam waktu dua jam. Tapi aku yakin kalau itu akan lebih lambat, mengingat kami pergi bersama rombongan. Jadi kecepatan yang dipakai juga tidak boleh terlalu kencang, khawatir akan ada motor yang tertinggal jauh.

Butuh waktu lima belas menit untuk sampai di kontrakan Adam. Itu tergolong jauh, karena bagi teman-temanku, ukuran dekat itu kalau bisa ditempuh hanya dalam lima menit. Aku mengerutkan kening heran, ketika mendapati kontrakan Adam masih sepi. Padahal teman-temanku sudah ribut di grup kalau mau berangkat ke rumah Adam sejak setengah jam yang lalu. Aku sampai terburu-buru karena tidak mau membuat banyak orang menungguku.

Adam membukakan pagar setelah aku meneleponnya. Dia tidak mengatakan apa pun, dan langsung menutup teleponnya sepihak. Ketika pagar kontrakannya terbuka, aku cukup terkejut melihat penampilannya yang masih kusut, khas bangun tidur.

"Kamu baru bangun tidur?" tanyaku sementara dia mengambil alih motorku untuk dimasukkan ke dalam garasi kontrakannya.

Berhubung aku SMA di Semarang, penggunaan kata lo-gue terbilang jarang digunakan. Biasanya hanya dipakai oleh beberapa orang yang mengaku gaul abis. Sebagian besar teman-temanku biasa memakai bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Jawa sehari-hari. Ya, aku dan Adam asli Semarang. Karena terlanjur terbawa vibes SMA, aku dan Adam terbiasa berbicara santai menggunakan Bahasa aku-kamu kalau sedang berbicara berdua. Bukan karena ada maksud apa-apa. Hanya saja, sejak awal kami chatting memang sudah begitu. Aneh kan, kalau di chat bilangnya aku-kamu, lalu saat bertemu malah jadi lo-gue.

Di kampus, pemakaian kata lo-gue sudah menjadi Bahasa sehari-hari. Apalagi kebanyakan teman-temanku berasal dari Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Depok. Hampir setengah kelas, berasal dari Jakarta. Merekalah yang menularkan bahasa lo-gue pada kami semua, sehingga logat kami ikut-ikut terbawa juga.

"Di dalem ada Reno, lagi mandi." Ucapnya setelah memastikan motorku terparkir rapi. Dia mengambil paper bag yang masih menggantung di motorku, lalu mengintip isinya.

"Bawa makanan sebanyak ini buat apa?" Dia berjalan lebih dulu masuk ke dalam kontrakannya.

"Ya buat dimakanlah!"

MERBABY Where stories live. Discover now