Mereka mencoba menghibur Laura karena sudah mengetahui bahwa hubungannya telah berakhir. Banyak sekali umpatan atau sumpah serapah yang keluar dari mulut temannya. Bahkan mereka melarang keras Laura untuk balik kepadanya.

Seolah pucuk dicinta ulam pun tiba, yang diomongin datang. Memasuki kantin bersama seorang cowo tinggi kekar yang merangkulnya. Parasnya lumayan, tapi terlihat seram.

Sekilas mereka semua menatap apa yang Laura tatap, setelah itu Bianca mencoba mengalihkan pandangan Laura padanya.

"Udahlah, ra. Gak usah diliat lagi" ucap Bianca yang disampingnya.

Laura mencoba untuk tak melihatnya. Tapi, tak bisa. Pandangan Laura terus jatuh kepada Rayhan yang dikerubuni banyak cewek, dan salah satunya adalah Anatasya. Bahkan ia melihat, Anatasya duduk dipangkuan Rayhan, memang menjijikan.

Secepat itukah?

Teman disebelahnya pun tak kalah dengan Rayhan. Ia malah menyambut cewek cewek degan senang hati. Ah, polusi mata.

"Ih, apaan sih. Centil centil banget. Udah gitu tuh cowok kaya om senang om bayar. Rayhan aneh banget sekarang" umpat Calissta tanpa embel embel ka pada Rayhan.

Daren dan yang lainnya pun menatapnya juga dengan penuh curiga, "Lo tau dia siapa?" tanya Daren kepada kedua temannya.

Kedua temannya menggeleng, "Itu dia yang tukeran tempat sama lo kan? Tapi kayaknya gue jarang liat dia dikelas" balas Rafael.

"Apa karena kita sering bolos jadi gak ngenalin dia?" sambung Ricchard.

"Mungkin juga sih, keliatannya dia jarang banget jadi sorotan gitu."

"Ditambah dia keliatan bandel. Gue rasa dia sering bolos makanya kita jarang liat" lanjut Rafael

"Tapi kok— tingkahnya kaya berandalan?" lanjut Agatha dengan tatapan terus menatap Rayhan dan temannyaa yang membelakanginya.

Mereka mengangguk setuju, "Iya, gue setuju. Mukanya serem banget" sambung Calissta.

"Lo semua gak tau dia siapa?" tanya Laura kepada ketiga cowok itu, dan mereka menggeleng.

"Gue curiga, muka mukanya kaya muka buronan bukan sih?" ujar Bianca. Mereka semua mengangguk setuju.

Pasalnya, tadi mereka lihat ada bekas luka jaitan di pipi kiri nya.

Laura menjadi takut Rayhan akan terjerumus ke hal yang tidak ia inginkan. Untuk memastikan sesuatu, harus ada yang ia cari.

"Hmm—

Mereka mulai menyimak Laura yang berdehem seperti itu. Laura kini menatap ketiga cowok dihadapannya.

"Kalian, bisa cari tau dia? Gue— takut aja Rayhan dimanfaatin atau apa" ucapnya.

Calissta menghembuskan nafasnya kesal, "Yaelah ra. Masih aja mikirin dia. Lo gak liat sekarang dia udah move on dari lo? Dengan tanpa dosanya dia kaya gitu tapi lo masih aja—

"Bukan soal gue sama dia Call. Soal diri dia sendiri. Gue gak mau Rayhan terjerumus ke hal yang gak baik. Seperti kalian bilang bukan? Itu cowok kaya muka muka buronan atau berandalan? Kalian gak takut? Setidaknya, dia masih bisa kita anggep sebagai teman" potong Laura.

"Tapi apa itu penting? Rayhan aja udah gak mikirin lo atau—

"Mikirin gue atau enggaknya belakangan Call. Yang penting keselamatan Rayhan. Gue takut dia kenapa napa. Apa salah nya sih emang? Biar gimanapun juga, dia masih temen pacar pacar lo"

Laura kini menatap ketiga cowok itu, meminta persetujuan. Tapi Laura melihat, mereka ragu. "Kalo kalian gak mau, biar gue aja"

Saat Laura hendak bangun dari tempatnya, tapi ditahan oleh Daren, "Biar gimanapun juga, dia tetep teman kita" ucap Daren membuat Laura tersenyum.

LAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang