PART 13

153 59 27
                                    

"Kak Zahra, bangun ...."

"Hng ... hng?" Zahra membuka matanya pelan. Terlihat sekarang ia telah berada di dalam rumah. Lebih tepatnya ia di dalam kamar.

"Kak Omar, kak Zahra udah sadar!" ucap Hana.

Omar segera memasuki kamar sembari membawa segelas air putih.

Zahra mengelus keningnya. "Ini, aku kenapa bisa di sini? Bukannya tadi aku ada di makam keluarga aku?" Zahra menatap Hana, Omar, dan Zaenab secara bergantian.

"Tadi kamu pingsan. Ada beberapa warga membawamu ke sini."

"Ohh." Zahra menutup matanya. Ia masih ingat dengan mimpinya. Bukan mimpi. Zahra dapat merasakannya. Pelukan mereka, elusan mereka ... terasa nyata.

"Kakak!" panggil Hana.

Zahra segera membuka matanya lalu menatap Hana.

"Ini diminum dulu."

Zahra menghela napasnya. Lalu ia duduk. Mengambil segelas air putih itu dari tangan Hana. Ia pun meminumnya sampai habis.

"Kakak tadi kenapa gak bawa Hana ke makam ibu dan lainnya?" tanya Hana dengan raut wajah yang sedih.

Zahra meletakkan segelas cangkir itu ke lantai. "Maafin Kakak, yah. Nanti besok kita ke sana lagi."

Hana mengangguk pelan.

Zahra melihat jam yang ada di dinding. Terlihat sudah jam setengah lima. Zahra harus salat asar. Ia segera berdiri. "Aku mau salat dulu."

Selesai salat asar. Kini Zahra berada di luar rumah bersama Hana, Omar, dan Zaenab. Mereka berempat terus berjalan kaki dan sesekali melihat pemandangan.

"Kita jalan-jalan ke mana, Kak?" tanya Hana.

"Gak tau, terusin aja dah," sahut Zahra.

Mereka berempat terus berjalan hingga sampailah di sebuah jalan perbatasan.

"Zahra!" kaget Omar. Zaenab juga begitu.

"Ada apa?" tanya Zahra.

"Di sini berbahaya, ayo cepat kita pulang!" tegas Omar.

"Emangnya ada apa? Cuman dinding penghalang doang, kok."

"Ho'oh," sahut Hana.

"Gak-gak! Ayo cepat!" Omar menarik tangan Zahra, mencoba untuk membawanya pergi dari tempat itu.

Zaenab juga menarik tangan Hana. Zahra dan Hana sama-sama memberontak.

"Apa, sih!" kesal Zahra, "gak bahaya juga tuh."

Omar memijit keningnya, pusing. "Ini perbatasan Gaza dan Israel."

Zahra dan Hana terkejut. Perbatasan?

"Tapi mana orang Israel?" tanya Hana pelan.

"Sudahlah, lupain. Ayo cepat kita pergi sebelum kita semua mati!" tegas Omar.

Zahra dan Hana mengangguk cepat. Lalu mereka semua lekas berlari meninggalkan tempat itu.

***

Kini mereka berempat sudah jauh dari tempat perbatasan. Mereka berhenti berlari karena kelelahan.

Kerudung ZahraWhere stories live. Discover now