1. Yang bertopeng

Mulai dari awal
                                    

Wanita itu menoleh, "Eh, maaf ya gak sengaja." Sebelum Shaka menjawabnya, wanita itu sudah pergi duluan. Tentu saja Shaka mengenalinya. Siapa juga yang tidak tahu dengan Putri Sekolah SMA AGRA.

Sekolah ini membuat sistem pemilihan Putra dan Putri SMA Agra. Pemilihan ini adalah suatu hal paling iconic dan bergengsi di sekolah Agra. Mereka yang terpilih adalah yang terbaik seantero sekolah.

Hanya dua orang yang akan menjadi Putra Putri SMA Agra. Salah satunya ialah Sekar Alana Pandhita, wanita yang tadi tidak sengaja menabrak Shaka.

Putra dan Putri Sekolah Agra ini nantinya akan bekerja sama dengan pihak sekolah, baik itu guru maupun pengurus OSIS.

Sekilas, Shaka melihat wajah gadis itu pucat. Tadinya ia ingin bertanya, namun orang itu sudah pergi duluan. Maka Shaka putuskan untuk meneruskan perjalanannya menuju kelas tercinta.

ָ࣪ ۰ Amour ‹!

"Tuh orangnya baru dateng," sahut pria dengan tampang yang selalu menyebalkan. Shaka hanya menaikkan kedua alisnya.

"Dari tadi pada nyariin lo buat minta ajarin fisika," sahut pria satu lagi dengan pakaian yang selalu rapi. Shaka ber-oh ria.

"Kenapa gak sama kalian aja? Kalian kan juga belajar fisika?" tanya Shaka kepada mereka.

Bumi, cowok bertampang menyebalkan itu menempeleng kepala Shaka. "Lupa apa gimana sih? Kita 'kan anak IPA yang dongo sama hitung-hitungan, kecuali Aufa."

Sadam, pria berkulit sawo matang dan memiliki wajah manis pun menyetujui perkataan Bumi barusan.

"Halah, makanya kalo guru lagi jelasin tuh diperhatiin, bukan malah ngandelin gue buat dapet jawaban ujian," nasihat Shaka kepada dua temannya yang selalu mencoteknya saat ujian berlangsung, namun Bumi malah meledek ucapannya.

"Shak, cabut yuk ke kantin. Jam pertama kimia," ajak Sadam tak berdosa setelah dinasehati Shaka. Alih-alih mendapat persetujuan dari yang diajak, Sadam malah mendapat sebuah jitakan pedas dari Shaka.

"Yeee ... baru juga dibilang. Kalo lo berani cabut, gue laporin ke guru kimia sama ke BK," ancam Shaka. Ancaman itu tidak betulan, ia hanya menakut-nakuti kedua temannya itu yang takut bermasalah dengan guru. Buktinya, ke dua pria itu mengikuti Shaka masuk ke kelas meski tanpa semangat.

ָ࣪ ۰ Amour ‹!

Kantin. Selalu menjadi tempat yang ada dipikiran para pelajar sekolah ketika sudah mumet belajar di kelas. Dan bel istirahat selalu menjadi hal menggembirakan bagi mereka.

Pukul 9.30 adalah jam istirahat di sekolah Agra. Kantin pun sudah ramai dipenuhi murid-murid yang ingin mengisi perutnya dengan asupan nutrisi, tapi ada pula murid yang hanya ingin duduk di kantin tanpa memakan atau meminum apa pun.

Sadam dan Bumi selalu paling semangat mencari tempat duduk yang kosong untuk mereka tempati. Dan dengan semangatnya itu, akhirnya sekarang mereka bisa duduk sambil menunggu pesanan selesai dibuat.

Kedua bola mata coklat Shaka menangkap seorang gadis yang ia temui tadi di koridor tengah tertawa bersama dua wanita lainnya. Shaka sempat heran, karena tadi pagi wajah gadis itu memang seperti orang sakit, tapi sekarang? Sudah bisa tertawa lagi.

Aufa yang menyadari arah tatapan temannya itu, menyenggol Shaka, "Kenapa liatin Sekar kayak gitu?"

"Oh, eh, itu, tadi gue ketemu dia di koridor mukanya pucet gitu. Terus sekarang keliatan kayak gak kenapa-kenapa," jelas Shaka yang diangguki oleh Bumi.

Bumi dengan jahilnya memanggil Sekar. Tentu saja gadis itu menoleh mendapati namanya disebut. "Sekar sehat?" tanya Bumi.

Gadis pemilik mata sipit dan wajah cantik itu bertanya balik.  "Eh, iya sehat. Ada apa?" Bumi menunjuk Shaka.

Shaka melongo, "Loh, kenapa gue, anjir?" elaknya tidak terima.

Sekar bangkit dari duduknya dan menghampiri meja ke empat cowok itu, "Ada apa ya?" Shaka dan Bumi malah main salah-salahan.

Aufa yang tidak enak karena Sekar dikacangi pun menyahut, "Gak ada apa-apa kok. Maaf ya, temen gue lagi pada gesrek, soalnya pelajaran pertama kimia, hehe."

"Oh, oke." Sekar pun kembali ke tempatnya.

"Lo ngapain, anjir, manggil-manggil?" tanya Shaka sedikit berbisik.

Bumi menjawabnya dengan sedikit ngegas, "Lah elo tuh ngapain diliatin terus?"

"Ngeliatin doang, emang salah?"

Tentu saja Bumi membela dirinya sendiri, "Gue udah baik ya manggil si Sekar, biar kalo lo ada pertanyaan, lo tanyain."

"Ye, sok tau."

"Kalau bener, lo mau jajanin gue apa?" tantang Bumi kepada cowok itu.

"Jajanin buku fisika, kimia, matematika. Gimana?"

"Maaf, nggak dulu."

Aufa dan Sadam yang dari tadi hanya menjadi penonton dari perdebatan itu pun melempari Bumi dengan kacang.

‼️To be continued ‼️

Gimana chapter pertamanya?

Penasaran sama kisah Shaka selanjutnya?

Kalau kamu suka, jangan lupa tinggalkan jejak dan add AMOUR ke library kamu yaaa 🦋

N E X T ?

See yew babe 🦋

For more content n information,

follow @hwepiness on Instagram 💜

AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang