"Aku minta maaf," bisik Natalie. Setelah itu dia mendorongku.

Dan aku sadar, aku sudah terjatuh ke jurang itu. Jantungku berdegub amat cepat, deri nafasku tak teratur. Aku menatap Natalie yang masih di atas sana. Aku bisa melihat dengan jelas bibirnya mengucapkan kata 'aku mencintaimu' dengan wajahnya yang sedih. Ini semua tak bisa ku mengerti. Mengapa dia menjatuhkanku?

Aku mencoba meraih apapun yang bisa ku raih. Namun terlambat aku sudah terjatuh lebih dalam.

.

Shawn membuka matanya perlahan. Dia seakan terjatuh kembali ke dalam tubuhnya. Semuanya masih amat terasa amat jelas; jantungnya yang berdegub cepat, angin damai dari alam mimpinya, padang rumput yang hijau itu, dan Natalie.

"Akhirnya kau bangun," kata seseorang dari sebelah kirinya. Shawn berharap itu wanita yang diharapkannya berada di sampingnya. Tapi salah besar, ternyata itu Lauren.

Shawn mengerjapkan matanya beberapa kali. Lauren membantunya untuk bangkit dan membantunya untuk minum seteguk air. Airnya terasa segar mengalir di kerongkongannya.

Mulut Shawn membisikkan sesuatu, tapi suaranya terlalu kecil. Sehingga teman-temannya tak dapat memdengarnya.

"Kau bisa mengulanginya, Shawn?" Tanya Lauren.

"Natalie," kata Shawn lebih keras. Kali ini iya yakin mereka bisa mendengarnya. "Di mana dia?"

Seketika itu juga teman-temannya terdiam. Mereka melirik ke arah satu sama lain. Lauren menundukkan kepalanya dan menggigit bibir bawahnya.

"Di mana dia?" ulang Shawn. Dia memandang teman-temannya satu persatu, namun tetap tak ada yang menjawab. Dia menatap ke arah Lauren dengan penuh permohonan. "Lauren, tolong jawab aku di mana dia."

Lauren menghembuskan nafasnya. "Dia... Dia... Dia sedang istirahat."

Shawn bernafas lega setelah mendengarnya.

Natalie baik-baik saja, tak ada yang perlu kau khawatirkan, batin Shawn.

"Di mana dia?" Tanya Shawn.

"Dia ada di rumah sakit ini juga," jawan Lauren.

"Boleh aku menemuinya?" pinta Shawn.

Kali ini Lauren melirik ke arah teman-teman di belakangnya yang tengah berdiri mengelilingi kasur Shawn. Mimik wajahnya langsung berubah menjadi amat sedih.

"Kau tak bisa," jawab Normani.

Shawn mencoba mencerna kata-kata yang baru saja di terimanya.

"Tentu saja aku bisa!" Kata Shawn penuh keyakinan sambil mencoba bangkit dari tempatnya. Namun sayang perutnya terasa amat sakit. Terlalu sakit. Dia terasa sesuatu yang menekan perutnya dengan amat keras. Dia meringis kesakitan. Lauren langsung membantunya untuk kembali ke posisi awalnya.

"Jangan terlalu banyak gerak, jahitan di perutmu belum kering," kata Lauren. Shawn baru ingat sekarang kalau kemarin sesuatu yang buruk menimpa mobil yang ditumpanginya dan Camila.

"Aku hanya ingin menemuinya! Aku janji tidak akan membuatnya menangis lagi kalau aku bertemu dengannya," bentak Shawn.

"Kau tidak bisa, Shawn. Kami minta maaf," kata Normani.

"Apa ini karena luka bodoh ini?! Kalian tidak perlu mengkhawatirnya! Aku bisa menahan rasa sakit dari luka ini!"

"Bukan, bukan karena itu Shawn," jawab Ally.

"Lalu karena apa?! Mengapa kalian berprilaku aneh seperti ini sih? Aku hanya ingin menemuinya. Menemuinya. Dia hanya sedang istirahatkan? Mengapa kalian melarangku untuk menemuinya?" Tanya Shawn. Dia benar-benar bingung dengan prilaku mereka yang melarang keras Shawn untuk bertemu dengan Natalie.

Again | s.m✔️Where stories live. Discover now