Chapter 9

4.8K 352 11
                                    

Natalie's P.O.V

Mataku memperhatikan tiap orang yang berlalu lalang tepat di hadapanku. Rata-rata dari mereka menjemput kerabat atau sanak saudara mereka. Dan mereka terlihat bahagia, tidak seperti aku yang duduk di atas koperku sendiri sambil menopang dagu. Sungguh menunggu Nathan mencari taksi adalah hal yang paling membosankan. Aku yakin ditengah jalan Nathan berhenti untuk menggoda gadis cantik di sini.

Bicara tentang saudara, aku jadi teringat dengan Cameron. Sudah sekitar dua bulan aku tidak berjumpa lagi dengannya. Dia sedang sibuk dengan perusahaan ayahku, sama sekali tidak ada waktu untuk menjengukku. Dan aku juga sedang sibuk dengan pekerjaanku, sama sekali tak ada waktu untuk menghubunginya. Jadi kita impas.

Ingin sekali rasanya untuk menghubunginya, dan bercerita tentang minggu-minggu terakhirku di sini, terutama tentang Shawn. Dia belum mengetahui kalau aku bertemu lagi dengan Shawn dan dia juga tidak tahu kalau sekarang aku berada di Arizona. Tak bisa kubayangkan wajahnya seperti apa setelah mendengar dua kabar yang mengejutkan itu. Nanti aku akan mencoba menghubunginya di hotel, aku harap dia sedang tidak sibuk.

Kali ini perhatianku teralihkan kepada seorang wanita yang berlari dengan kencang ke arah pintu kedatangan. Apa yang terjadi dengannya? Apakah dia ketinggalan barang bawaannya atau apa?

Ternyata semua perkiraanku salah. Dia berlari dan memeluk seorang laki-laki dengan pakaian militer yang membalut badannya yang tegap. Wanita itu memeluknya dengan erat, seakan tak akan melepaskannya. Sedangkan laki-laki itu hanya tertawa dan mengangkat perempuan itu, dia mencium bibir perempuan itu dengan lembut. Semua pandangan mengarah ke arah mereka dengan senyuman, namun mereka seakan tidak peduli dengan sekeliling mereka seakan dunia ini hanya milik mereka berdua.

Salah satu sudut bibirku terangkat melihat mereka. Aku yakin mereka sudah lama tidak berjumpa. Dadaku tiba-tiba terasa sesak. Mengapa aku tidak seperti itu ketika aku berjumpa dengan Shawn?

Oh, jangan begitu berharap kau bukan siapa-siapanya lagi, Natalie. Jangan harapkan kau akan mendapat kecupan lembut darinya atau bahkan sebuah pelukan singkat pun.

Aku mengeratkan jaket hitam milik Shawn yang ku kenakan. Entah mengapa aku merasa harus membawanya. Mungkin nanti tanpa sengaja aku akan bertemu dengannya lagi, lalu akau akan mengembalikan jaketnya. Mungkin.

"Hei, aku sudah menemukan taksinya. Ayo kita berangkat," ucap Nathan, membuyarkan lamunanku.

"Lama sekali sih, mencari taksi saja," gerutuku sambil merapihkan bawaanku.

Nathan mengendus kesal, "Kau kira mendapatkan taksi di bandara se ramai ini gampang?" dan dia langsung berjalan meninggalkanku sendiri yang masih repot dengan bawaanku. Ku rasa dia layak mendapatkan tepukan heboh oleh seisi bandara ini karena meninggalkan wanita yang kesulitan membawa barang bawaannya. Dasar laki-laki.

.

Aku menyesap teh hangat yang disediakan hotel mewah ini. Kopi di sini tak terlalu enak, aku sudah menyicipi kopi milik Nathan dan kopi itu sangatlah pahit. Jadi sebagai penggantinya, aku memilih teh untuk melepaskan kepenatanku. Di depanku sudah berbagai kertas bertebaran. Itu semua rencana kita untuk pekerjaan kali ini.

Baru saja aku menempelkan bokongku di kursi empuk ini, Nathan sudah menyuapiku dengan ribuan hal yang harus ku lakukan nanti. Bagi telingaku ia terdengar seperti kumur-kumur

Kami sudah duduk di sini selama satu jam. Dan selama itu juga aku tidak mendengarkan semua ocehannya. Seharusnya aku sudah berleha-leha di atas kasur yang empuk di kamar hotelku dengan segelas soda sambil menonton serial televisi kesukaanku, tapi yang ada aku malah terperangkap di kursi siksaan ini sambil mendengar celotehan Nathan yang tak ada ujungnya.

Again | s.m✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang