Chapter 6

4.9K 396 9
                                    

Author's P.O.V

Shawn mengusap telapak tangannya yang terasa dingin. Bibirnya sesekali bergerak menggumamkan lagu kesukaannya. Sembari menunggu, ia memperhatikan sekitaran ruangan yang di tempatinya. Manager-nya menyuruh untuk menunggu di ruangan itu sebelum memulai wawancaranya di AwsomenessTV.

Shawn juga sudah bertemu dengan Joe yang sempat menghubungi managernya tempo hari lalu. Joe berkata padanya bahwa ia akan diwawancarai oleh bawahannya yang bernama Natalie.

Sontak Shawn terdiam dikala nama itu disebut. Nama itu mengingatkannya pada seorang gadis yang pernah dicintainya. Gadis cantik, pintar, dan selalu bisa membuat harinya lebih baik. Gadis spesial yang tak dapat dilupakannya. Mungkin Tuhan berkehendak tak akan pernah mempertemukan mereka lagi. Namun sebesit harapan itu datang dikala Joe menyebutkan nama Natalie.

Kenangan demi kenangan mulai terulang di kepalanya. Rasa rindu makin mendekapnya dengan erat. Tapi perasaan sesak itu juga tak ingin melepaskannya begitu saja. Tiap kali ia mengingat Natalie, tiap kali itu pula dadanya terasa sesak.

Sepeninggalan Natalie ke Boston, Shawn terus bertanya pada dirinya sendiri; Apakah ia akan bahagia dengan Matthew?

Apakah ia akan tersenyum bahagia dengan lelaki itu sedangkan ia menangis menyesali perbuatannya?

Shawn selalu meyakinkan dirinya jika Natalie sudah bahagia tanpanya. Setidaknya hidup gadis itu lebih baik tanpa kehadirannya yang hana merecoki hubungan Natalie dan Matthew. Namun meski begitu ia tetap berharap diberikan satu kali saja kesempatan untuk bertemu lagi dengannya.

Ada asalan dibalik nomor telfon barunya yang dirahasiakan. Tak ada satupun yang tahu nomor barunya, bahkan Nash pun tak diberitahu. Ia hanya ingin melupakan masa lalunya dan melanjutkan hidup dengan tenang. Namun ekspektasinya tak terjadi. Ia malah terjebak di masa lalu yang seharusnya dilupakan.

"Kau sudah siap, Shawn?" suara itu membuat Shawn terbangun dari lamunannya. Ia mendongak dan menemukan manager-nya yang sudah berdiri di depannya. Baiklah, ia akan kembali ke rutinitas barunya. Tak ia sangka menjadi seorang selebritis membuatnya sulit sekali mendapat waktu santai.

Shawn bangkit dan mengekori managernya dari belakang menuju ruangan lainnya.

Dua buah kursi empuk berwarna merah dihadapkan ke arah kamera. Ruangan itu nyaris sama besar seperti ruangan tempat ia menunggu tadi, tak begitu luas namun terasa nyaman. Beberapa lukisan kecil dipaku di dinding putih. Di pojok ruangan terdapat sebuah tanaman hias yang memberikan kesan segar.

Seorang gadis duduk di kursi itu, membelakanginya. Gadis itu terlalu sibuk membaca pertanyaan yang baru diberikan Joe satu jam yang lalu. Saking sibuknya ia tak menyadari keberadaan Shawn yang sudah berada di ruangan yang sama.

"Natalie, dia datang," gadis yang sedang membaca itu menahan napasnya. Jantungnya berdegub teramat cepat. Perlahan ia menolehkan kepalanya ke belakang. Tubugnya kaku memandang lelaki itu. Matanya memanas. Rasanya ingin sekali ia memeluk lelaki itu dengan erat. Namun apa daya, ia terlalu takut hanya sekedar untuk menyapanya. Ia takut Shawn benar-benar lupa dengannya atau bahkan lebih parahnya ia tak mengenali dirinya sekarang.

Natalie bangkit dari tempatnya dan berdiri tepat di hadapan Shawn. Ia masih tak percaya bisa dipertemukan lagi dengannya. Sekian lama ia menanti, akhirnya pertemuan ini terjadi. Kedua sudut bibirnya terangkat paksa.

Beda halnya dengan Natalie, Shawn terlihat biasa saja. Meskipun begitu ia merasa sesuatu yang familiar dari gadis yang berdiri di hadapannya. Ia tak begitu ambil pusing. Shawn mengulurkan tangannya dan tersenyum hangat.

Natalie tak mengerti mengapa Shawn terlihat biasa saja. Apa yang ia bayangkan itu memang terjadi? Shawn tak mengingatnya.

"Shawn Mendes," ia mengenalkan dirinya ketika Natalie menyambut jabatan tangannya. Ia terus menerus menyangkal jika gadis dihadapannya saat ini adalah Natalie yang selama ini dicarinya. Natalie yang dikenalnya benci dengan perhatian berlebih dan melihat gadis yang akan mewawancarainya pasti berani tampil di depan banyak orang membuatnya mengubur kembali harapannya.

Again | s.m✔️Where stories live. Discover now