Chapter 18

3.2K 323 17
                                    

"Kau yakin akan baik-baik saja?" Natalie merangkul Camila yang wajahnya pucat pasi. Tubuhnya juga panas. Tengah malam saat di bus, suhu tubuhnya hingga mencapai angka 40. Seisi bus panik dengan keadaan Camila yang seperti itu karena jarang sekali Camila terjangkit penyakit seperti itu. Manajernya sudah memberi peringatan kepada Camila untuk tetap berada di hotel saja. Namun Camila bersikeras untuk ikut latihan dengan yang lain karena merasa tubuhnya sudah lebih baik.

Natalie, yang diberi tugas tambahan oleh manajer Fifth Harmony, mendampingi Camila menyusuri lorong yang mengarahkan mereka ke panggung di mana para anggota lainnya tengah berlatih vokal dan koreografi sebelum pertunjukkan nanti malam. Suara Dinah yang melantunkan bait lagu terbaru mereka teredam di lorong.

"Aku tidak apa-apa," ujar Camila sambil tersenyum tipis pada Natalie.

"Jangan memaksakan dirimu," Natalie mengingatkan untuk kesekian kalinya. Camila hanya menggeleng kecil. Pintu menuju panggung sudah di depan mata namun tubuh Camila tiba-tiba jatuh menghantam lantai.

.

Kedua tangannya terlipat di depan dada. Rambut cokelatnya ia cepol asal. Dengan penasaran, Natalie mengintip dari belakang punggung dokter yang tengah berbincang mengenai keadaan Camila yang terbaring lemah di atas ranjang.Camila menjawab semua pertanyaan sang dokter dengan lancar. Kesadarannya baru saja pulih.

Untung ada kru yang melintas saat Camila tumbang sehingga ia bisa langsung di bawa ke rumah sakit. Manajer Fifth Harmony sangat terkejut mendengar kabar dari Natalie dan sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.

"Bagaimana keadaannya, dok? Apa harus dirawat inap?" tanya Natalie saat dokter pamit pada Camila.

"Aku hanya perlu istirahat saja, Natalie," sahut Camila, "tenanglah, aku juga tidak betah tidur di sini lama-lama."

Di saat yang bersamaan pintu kamar terbuka memperlihatkan manajer Fifth Harmony dan Shawn yang masuk ke dalam kamar dengan terburu-buru. Sementara itu Brad memilih untuk menghentikan langkahnya di ambang pintu, menoleh kepada Natalie dan tersenyum kecil. Natalie membalas sekedarnya dan kembali memfokuskan pandangannya pada Camila.

Natalie merasakan dadanya begitu nyeri melihat pemandangan di depannya. Ia mencoba bernapas lebih baik namun terasa begitu sulit. Dirinya bagai terlempar lagi ke lembaran lama dalam hidupnya; saat ia terbaring lemah di ranjang rumah sakit dan lelaki itu berada di sampingnya, menanyakan keadaannya dengan wajah khawatir, mengelus tangannya dengan lembut.

"Tidak apa-apa, aku tadi pingsan. Tapi untungnya ada Natalie." Karena merasa namanya disebut Natalie berhenti memikirkan masa lalunya. Shawn hanya meliriknya cepat sebelum kembali sibuk memanjakan Camila.

"Pasti gara-gara belum makan ya? Kan sudah kubilang berapa kali harusnya-"

Camila menutup mulut Shawn. "Iya, bawel."

Shawn tak henti-hentinya mengelus punggung tangan Camila dan mendengarkan ocehan Camila. Persis seperti apa yang dia lakukan dulu.

Mengapa kau terus menyiksaku seperti ini, Shawn?

Natalie mengindahkan dokter yang pamit diri. Ia terlalu teralihkan oleh kemesraan pasangan di depannya. Pelupuk matanya mulai terasa aneh. Tidak, ia tidak boleh menangis di depan mereka. Segera ia melangkah keluar dari kamar dengan cepat.

Tanpa diketahui Natalie, Brad sedari tadi memperhatikan dan mencoba mengartikan apa yang telah dilihatnya. Saat Natalie melewatinya dan berjalan cepat di lorong rumah sakit, Brad mengejar dan memanggilnya berkali-kali. Tapi semua itu terasa percuma karena ia baru bisa menemukan Natalie saat ia tengah bersender di dinding bangunan rumah sakit dengan kedua mata yang terpejam.

Again | s.m✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang