Tapi ...

... apa yang orang tua dan pengalaman individu lain atas kehidupan dari lingkungan demikian agaknya mulai terpercik pada jalan keduanya.

Hidup susah dan sengsara, juga kebahagiaan adalah hal relatif yang berbeda-beda bagi setiap manusia. Namun satu fakta yang amat sulit dibantah adalah emosional.

Emosi di mana para remaja sejatinya belum siap menghadapi komitmen rumah tangga.

Maka pada akhirnya kesehatan mental lah yang dipertaruhkan.

Sebab, usia muda merupakan waktu di mana setiap individu masih mencari jati diri dan merasakan begitu cepat perubahan suasana hati yang belum stabil. 

Sebuah artikel menyatakan; apabila perempuan menikah di usia muda akan lebih rentan mengalami depresi, bahkan hingga bunuh diri dikarenakan meningkatnya beban ekonomi yang dipikirkan.

Belum lagi dikarenakan ketidakstabilan emosional dalam usia muda dapat dengan mudah menyebabkan perselisihan pendapat, adu mulut, salah paham juga kekerasan pada keharmonisan rumah tangga.

Jadi ... mana yang benar? Menikah muda memberikan kesengsaraan pada masa depan? Atau rasa bahagia dalam komitmen manis dan ideal?

Jawabannya? Kembali pada yang merasakan.




●●●

Sore itu Hansol baru pulang ke kosan setelah kerja. Dengan kefasihan bahasa Inggris dia bisa bantu-bantu tempat les gede; jadi semacem tangan kanan guru.

Di kos Seungkwan biasa masak sebelum Hansol balik, atau ngerelain harga dirinya diomongin ibu-ibu sekedar beli lawuk depan kosan. Tapi kali ini karena perutnya sakit dia gak sempet masak atau beli makanan untuk Sang suami.

Maka Hansol yang pulang dengan kondisi capek bin mumet ini lumayan kesel. Sebenernya, dia bukan tipikal lelaki yang gampang marah, dan hampir gak pernah juga bikin masalah walaupun Seungkwan kadang-kadang ngedumel sebab hal sepele. Yah, meski Seungkwan pun bukan jenis lelaki yang berani sama suami.

Nah, hari ini beda

Kayanya tadi ada banyak masalah di tempat les ampe muka Hansol keliatan mumet bener, entah apapun itu, dia jadi kesel karena pas pulang niat istrirahat dan makan malah gada apa-apa. Udah gitu lagi laper betul pula.

Tanpa sadar nadanya ninggi waktu tanya ke Seungkwan yang lagi rebahan nonton tv, agaknya hal tersebut bikin dia juga makin dongkol; "Ini kok gada apa-apa?!"

Seungkwan kaget. Jelas, orang suaminya hampir gak pernah marah.

Dia noleh dong, kini liatin Hansol yang lagi berdiri depan meja tempat biasa naruh makanan. Kemudian ucap alus; "Iya, mas. Perut aku sakit. Jadi gak sempet masak sama beli ke depan."

Bentar, ini kok Suara Hati Istri bet nuansanya? Awokawokawok.

"Ya orang mah bilang kalo gitu! Biar akunya bisa beli pas jalan pulang tadi!" Hansol sanggah.

Sejenak Seungkwan diem, "Paketku abis, gada pulsa juga."

Hansol hela napas berat berusaha sabar. Akan tetapi jiwa mudanya gak bisa nyanggah emosional ini dengan rapi ketika dengus kesel; "Gabecus banget! Anjing!"—ke Seungkwan.

Kosan KejuKde žijí příběhy. Začni objevovat