5. Lucas

1.8K 213 28
                                    

Lucas berjalan santai memasuki sebuah menara bertingkat di Kota Seoul. Setelah mengantar Athanasia ke Rumah Sakit, Lucas memang langsung mengendarai Bugatti Veyron Mansory Vivere miliknya menuju tempat kerja. Kalau tidak salah, dia juga ada rapat pukul sebelas siang dengan beberapa rekan kerja yang juga merupakan pemilik saham.

"Selamat pagi, tuan Lucas."

"Tuan Lucas, selamat pagi."

Beberapa para karyawan yang melihat kesayangannya langsung menyapa seraya membungkukkan tubuhnya menghormati. Beberapa diantaranya menatapnya diam-diam mengamati wajahnya yang tampan. Mengagumi dalam hati seorang pengusaha muda yang diberkati dengan kehidupan istimewa.

"Lucas!" Seorang laki-laki yang berdiri di depan lift menatap Lucas yang berjalan kearahnya.

Memang di perusahaan ini, lift antara karyawan dan pemilik saham dipisah. Sehingga orang-orang yang tidak mengenali keduanya, akan mampu menyimpulkan bahwa mereka adalah petinggi perusahaan. Lagipula, siapa juga yang tidak tahu Lucas? Orang itu pantas dipecat karena tidak mengenali bos mereka sendiri.

"Erich?" Lucas mengangkat keningnya.

"Masih ingat denganku? lama tidak bertemu." Erich tersenyum kecil menyadari Lucas mengenalnya.

Tidak seperti Cabel yang tinggal di Korea lebih lama, Erich tinggal di mansion Ernst di Rusia dan baru minggu kemarin dia datang ke Korea karena permintaan kakaknya. Lagipula, dia bertemu dengan Lucas secara tidak sengaja saat laki-laki itu berkunjung ke Rusia bertahun-tahun Lalu bersama Cebel.

"Apa yang kau lakukan disini?" Lucas mengerutkan keningnya heran. Seingatnya dia tidak mengundang Erich ataupun Hal lain yang membutuhkan Erich disini.

"Menggantikan kakakku." Erich berucap santai. Bersamaan dengan itu, pintu lift terbuka dihadapannya. "Dia sakit, dan kebetulan aku ada di Korea." Lanjutnya. Sayangnya, ketika Erich di Korea, Cabel justru terbang ke Jepang. Untungnya saat ini dia sudah kembali.

Lucas menganggukkan kepala mengerti. Memang keluarga Ernst merupakan salah satu pemilik saham perusahaan. Biasanya Eugene Ernst yang akan datang jika rapat berlangsung, tidak pernah mengutus adik-adiknya atau bawahannya saat rapat besar seperti ini.

Satu-satunya pemilik saham yang tidak pernah hadir dalam rapat kerja adalah keluarga Alger. Jangan ditanya, jam terbang laki-laki itu sangat padat. Setelah perjanjian kerja sama antara mereka ditandatangani, Claude langsung pergi tidak lupa meninggalkan ancaman untuknya.

'Saham ini milik Athanasia. Jika saham putriku anjlok ditanganmu, yakinlah aku akan meratakan perusahaanmu.'

Saat ini pukul sembilan pagi. Para pekerja sudah mulai mengerjakan tugasnya sejak waktu kerja dimulai. Lorong yang awalnya ramai, kini meninggalkan ruang kosong. Dibeberapa ruangan, hanya terdengar suara ketikan tangan yang dihasilkan oleh beberapa orang di dalamnya.

Di sebuah ruang dilantai dua puluh lima dengan desain minimalis, Lucas duduk santai di atas kursi kebesarannya. Punggungnya dia sandarkan sedangkan tatapannya jatuh pada dua orang yang duduk santai di atas sofa. Salah satu diantaranya memainkan rubik, sedangkan sisanya mengangkat kakinya ke atas meja dengan laptop berlogo setengah apel dipangkuannya.

Pekerjaannya menumpuk di atas meja, namun entah mengapa rasanya malas sekali. Lucas menatap layar ponselnya yang hitam, tidak ada pesan apapun disana. Jarinya menyentuh layer ponsel dari jauh, lalu layar itu menyala menampilkan jam yang menunjukkan pukul sembilan pagi, masih lama sebelum rapat berlangsung.

Saat ini Athanasia sedang apa?

Lucas memiringkan kepala, lalu meraih handphonenya ke tangannya. Posisi duduknya yang semula bersandar malas kini tegak antusias dengan apa yang akan dia lakukan. Sebenarnya handphone miliknya dapat melakukan apapun yang dia katakana tanpa menyentuhnya, namun saat ini dua manusia yang seenak jidat masuk ke ruangannya membuat dia harus berhati-hati.

Obsession [Suddenly, I Became A Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang