3. Movie

2.1K 266 33
                                    

Setelah berkecimpung di dapur dengan Athanasia yang memperhatikannya dan berceloteh tanpa henti, akhirnya mereka berdua dapat duduk dengan makanan yang sudah Lucas buat berada di atas meja.

"Film apa yang akan kau tonton hari ini?" Lucas memotong telur mata sapi miliknya dan memasukannya ke dalam mulut.

Matanya masih mengawasi Athanasia yang kini menambahkan saus tomat di atas dua telur mata sapi miliknya. Gadis itu memang memiliki napsu makan yang besar, jadi Lucas sengaja menambahkan porsinya.

Lucas dapat melihat Athanasia mengerutkan keningnya, lalu mengetuk meja dengan ujung jari telunjuk berpikir. "Aku bingung. Apa kau ada saran?" Dia menatap Lucas dengan pandangan bertanya.

"Genre apa yang ingin kau lihat?" Lucas meraih roti panggang dengan tangannya, lalu memakannya perlahan. Lucas memang menyukai tekstur roti yang dipanggang hingga benar-benar kering.

"Romantis?"

Lucas mendengus bosan, "Tidak. Cari genre lain." Lucas berdiri dari kursi dan membawa piring kosong bekas makannya ke arah tempat pencuci piring. Setelahnya, dia meraih pisau buah dan membawanya kembali ke tempatnya semula.

Athanasia menatap Lucas, "Kau lupa? sahabatmu ini single selama hidupnya. Aku butuh stok romansa agar hidupku tidak melulu tentang membedah organ manusia."

Athanasia menghela napas. Sebenarnya dia sedikir heran. Sejak dia mulai sekolah di sekolah umum, dia jarang memiliki teman laki-laki. Sebenarnya ada beberapa anak laki-laki yang mengutarakan perasaan padanya, namun keesokan harinya mereka malah menjauhinya.

"Bagus, untuk apa menjalin hubungan dengan laki-laki lain?" Lucas meraih mangga di tempat buah-buahan, lalu mengupas kulitnya.

"Sebenarnya aku sedikir heran." Athanasia menusuk sosis bakar dipiringnya dengan garpu. "Setiap ada laki-laki yang mendekatiku atau menarik perhatianku, keesokan harinya pasti menghilang dari radar mataku." lalu memasukkannya dalam mulutnya.

Lucas menghentikan kegiatannya. Diam-diam menyeringai mendengar pertanyaan Athanasia yang sudah pasti dia ketahui jawabannya.

"Apa kau tahu sesuatu?"

Lucas menggedikkan bahu, "Mana kutahu, mungkin ayahmu yang sangat protektif itu melakukan sesuatu pada mereka."

Athanasia mengerutkan alisnya. Setelah memikirkannya, dia setuju juga. "Mungkin kau benar,"

Siapa lagi yang mampu melakukan hal seperti itu pada orang lain? mengingat teman laki-laki yang tetap berada di sekitarnya sampai saat ini adalah rekan kerja ayahnya. Jadi, mungkin orang-orang yang tidak memiliki hubungan dengan Claude akan menghilang begitu saja.

Athanasia tidak tahu bagaimana nasib mereka, dia berharap semoga ayahnya tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Mengigat Claude memang benar-benar tidak suka dia didekati oleh laki-laki manapun.

"Harusnya kau bersyukur karena dijauhkan oleh orang-orang tidak berguna seperti mereka." Suara Lucas terdengar seperti mengejeknya.

"Ini juga karenamu." Athanasia memasukkan kuning telur utuh ke dalam mulutnya. Merasakan sensasi nikmat saat kuning telur itu melebur di dalam mulutnya.

"Hm?"

Lucas mentap Athanasia seraya menaikkan keningnya, "Kau selalu berada disekitarku kemanapun aku berada. Mungkin mereka berpikir kau pacarku."

Benar, dari dulu memang Lucas selalu berada disekitarnya. Dari kecil mereka berdua memang tetangga, dan dia adalah satu-satunya teman yang dimiliki Lucas, begitupula sebaliknya. Ayahnya sudah mengenal laki-laki ini. Dibandingkan menganggap Lucas sebagai teman Athanasia, Claude lebih menganggap Lucas sebagai bodyguard putrinya.

"Perintah Yang Mulia tidak dapat ditolak." Lucas menyeringai.

Athanasia hanya menatapnya jengkel sebelum membawa piring bekas makannya ke arah wastafel. "Menyebalkan."

***

"Ayo ke unitku." Lucas membawa semangkuk besar pop corn yang sudah dia buat di dapur Athanasia. Gadis itu walaupun tidak dapat memasak, tapi stok cemilannya sangat banyak.

Athanasia yang kini baru keluar dari kamar dengan handphone ditangannya menatap Lucas dengan senang. "Ayo,"

Di apartemen laki-laki ini memang memiliki ruang bioskop sendiri. Sehingga Athanasia lebih suka untuk menonton di dalam unit Lucas dibanding di apartemennya sendiri.

Hanya butuh semenit untuk sampai di depan pintu kamar Lucas. Karena memang letak pintu apartemen keduanya hanya beberapa meter jatuhnya. Sehingga ketika Athanasia keluar, pintu unit Lucas sudah terlihat.

Lucas mendekatkan wajahnya pada scan pupil mata yang berada di tepat di depannya. Setelahnya, warna mesin scan berubah menjadi hijau dan pintu terbuka dengan otomatis.

Ruangan dominasi abu-abu terlihat di depan mata. Desainnya tidak berbeda jauh dengan Athanasia, hanya perabatan rumahan di dalamnya lebih sedikit dibandingkan Athanasia.

Di samping ruangan, setelah melewati dapur dan kamar mandi, akan disugukan ruang santai dengan jendela kaca transparan beserta balkon yang menyuguhkan pemandangan kota Seoul. Dibagian kanan, terdapat dua pintu yang masing-masing merupakan kamar dan ruang menonton film. Sedangkan satu pintu disebelah kanan merupakan ruang kerja pribadinya.

"Kau punya film baru apa?" Athanasia membuka ruang menonton tanpa ragu. Ini sudah menjadi kebiasaannya sejak lama, dia sudah terbiasa dengan kediaman Lucas. Bahkan, saat laki-laki itu tidak di Seoul, dia memberikan kartu kunci apartment miliknya untuk dipergunakan dengan bebas.

Lucas mengikuti dari belakang, "Kau cari saja sendiri."

Ruangan kedap suara ini tidak terlalu besar, namun sangat besar jika hanya dua orang yang menonton. Di depan layar, hanya terdapat kasur hitam yang bagian sangga kepalanya dapat diubah posisi dengan bebas.

Lagipula, Lucas memang membuat ruangan ini untuk Athanasia. Dia tidak terlalu suka menonton film jika tidak menemani gadis itu. Harinya super sibuk mengurus saham dan investasi.

Dia meletakkan pop corn di meja yang terletak di bagian belakang kasur. Setelahnya, dia memposisikan bantal dengan nyaman dan meraih selimut yang berada di lemari kecil bagian depan ruangan, tepat disamping layar.

Memang sudah menjadi kebiasaan Athanasia untuk mengenakan selimut saat menonton film. Sementara menunggu film diputar, ruangan perlahan menjadi semakin dingin karena AC otomatis mulai mendeteksi keberadaan keduanya.

"Apa film yang kau pilih?" Lucas berbaring dengan nyaman dengan Athanasia dipelukannya.

"Kau akan tahu setelah melihatnya." Ucapnya seraya tertawa.

Film yang dimiliki Lucas sangat banyak. Kebanyakan memang bergenre romantis, dia benar-benar mengoleksi film untuknya. Bedanya, yang dikoleksi Lucas adalah dark romance atau kisah cinta penuh dengan obsesi. Bukan cinta dewasa normal yang biasa Athanasia tonton sendiri.

"Kenapa koleksi film milikmu banyak bertema kekerasan dan obsesi?" Athanasia meraih pop corn di atas kepalanya.

Athanasia kembali bersandar pada pundak Lucas. Sedangkan tangan Lucas perlahan menyelinap pada punggung Athanasia dan berakhir dipinggangnya.

Mata Lucas menatap gadis dipelukannya, "Menurutmu bagaimana?"

"Hmm?" Athanasia menatap Lucas, berpikir sejenak. "Karna laki-laki suka yang seperti itu?"

Lucas mengelus pinggang Athanasia pelan, "Benar, karena aku suka itu."

Athanasia tersenyum bahwa tebakannya benar. Yang tidak dia ketahui adalah, Lucas mengatakannya dengan intonasi yang berbada.

.

.

.

TBC

Obsession [Suddenly, I Became A Princess]Where stories live. Discover now