2. Morning

3K 311 61
                                    

Lucas menatap Athanasia yang tertidur dihadapannya dengan tangan yang masih membelai wajahnya lembut. Aura dominasi pada tubuhnya menguar diudara, membuat kamar bernuansa pastel itu tidak seperti biasanya.

Tiga puluh menit lalu, Lucas memang membawa Athanasia kembali ke dalam kamar gadis itu setelah cukup puas menyentuh, tanpa memberi tanda pada tubuh gadis yang kini berbaring dibawahnya.

Athanasia tinggal di lantai dua puluh tiga apartment milik keluarga Alger yang diberikan khusus untuknya. Posisi yang cukup tinggi untuk dapat melihat hiruk pikuk kota Seoul secara keseluruhan dari jendela besar di ruangan keluarga.

Awalnya, Athanasia tinggal sendiri. Tapi tiba-tiba Lucas datang dan menempati unit kosong disamping kamarnya. Entah bagaimana, keesokan harinya setelah dia pulang kerja, lobang sebesar pintu disisi tembok kamarnya terlihat saat dia membuka pintu kamar, menyatukan dua kamar dari unit berbeda.

Lucas menutup lubang itu dengan sebuah pintu yang berbentuk lemari kaca tidak tembus pandang yang dapat dipergunakan sebagai pintu rahasia. Lucas melakukan sendiri semua kegiatan ini, dia sama sekali tidak menggunakan jasa siapapun.

Awalnya Athanasia marah, karena dia merasa tidak memiliki privasi, bahkan di dalam kamarnya sendiri. Tapi Lucas berkelakar bahwa ini untuk kebaikannya, laki-laki itu mengatakan tidak akan mempergunakan pintu itu semaunya. Dia hanya akan mempergunakan pintu itu untuk hal darurat.

Dan terbukti. Sejak dia memasang pintu itu hingga saat ini, Lucas tidak pernah menggunakannya. Dia akan menggunakan pintu utama untuk berkunjung ke dalam unit apartemennya.

Sayangnya, yang Athanasia tidak tahu adalah, Lucas dapat melihat semua kegiatannya di dalam kamar dari sisi lain lemari kaca itu. Karena kaca itu dipesan khusus oleh Lucas agar salah satu sisinya dapat melihat apa yang terjadi disisi kaca lainnya, sedangkan satu sisi yang lain tidak dapat digunakan.

Athanasia tahu teman sejak kecilnya itu memang sedikit gila dengan membuat pintu tidak berguna di dalam kamarnya.

Lucas melakukan hal ini setelah laki-laki itu kembali dari perjalanan bisnisnya di Hongkong. Mungkin mengetahui kabar bahwa dia sudah lagi tidak tinggal dikediamannya, membuat Lucas menjadi khawatir jika dia hidup sendiri.

Sama halnya seperti Claude yang awalnya tidak mengizinkan. Terimakasih kepada Diana yang sudah dengan baik hati bersusah payah membujuk ayahnya yang berkepala batu itu.

Tentang Lucas yang membuat pintu di dalam kamarnya, Athanasia merahasiakannya dari siapapun. Sehingga hal ini tetap akan menjadi rahasia keduanya.

Lucas mengarahkan wajahnya pada sisi leher Athanasia, menenggelamkan wajahnya ke arah sana. Menyesap dalam-dalam aroma marfume mahal yang dikenakan Athanasia sebelum berangkat menuju rekan kerjanya di club.

Lucas melepaskan kedua tali dress hitam yang dikenakan Athanasia, membelai kulit putih mulus yang dimiliki gadis itu. Lucas menggunakan lidahnya untuk menjilat sisi leher Athanasia, tanpa membuat tanda disana.

Tangannya yang besar bergrilya menyusuri tulang selangka Athanasia perlahan. Merasakan tekstur kulit Athanasia, merekamnya dalam ingatan mengenai tubuh indah teman sejak kecil yang sudah dia klaim sebagai miliknya.

Lucas mengangkat kepalanya, menatap Athanasia yang mengernyitkan kening dalam tidurnya. Lucas mengarahkan tangannya pada kening Athanasia, lalu mengelusnya perlahan.

"Sayang sekali, sepertinya ini bukan waktunya." Suara Lucas mengalun rendah dalam senyap.

"Princess..." Lalu dia menyeringai.

***

Athanasia mengerjabkan matanya kala sinar matahari masuk melalui jendela di dalam kamar. Suara detik jam dinding terus terdengar melewati telinganya di dalam ruangan yang senyap ini. Tidak ada suara burung, ingatlah bahwa ini di dalam unit apartment lantai dua puluh tiga. Tidak ada ranting pohon tempat burung hinggap.

Obsession [Suddenly, I Became A Princess]Where stories live. Discover now