9. Crazy!

655 74 3
                                    

Sebuah bangunan terlihat megah dari luar. Hasil karya dari arsitek terkenal ini memang menyuguhkan pemandangan yang luar biasa megah jika hanya untuk hunian belaka. Dinding bercat putih dengan gaya modern ini memang menjadi rumah pribadi yang sudah ada sejak lama.

Sayangnya, rumah ini sangat jarang ditinggali oleh pemiliknya. Ia lebih memilih untuk tinggal disalah satu apartemen di pusat kota karena kesibukannya. Karenanya, yang menempati bangunan ini hanyalah beberapa pekerja yang bertugas membersihkan dan mengurus taman.

Mungkin, sebagian berpikir bahwa pemiliknya adalah pria tua yang kaya raya. Sayangnya, pemiliknya adalah pria dewasa muda yang namanya telah melejit karena sukses mencantumkan namanya dalam tabloid pengusaha muda.

"Apa kau sudah gila?!" teriakan keras terdengar nyaring dari dalam ruangan yang temaram. Cahaya hanya dihasilkan dari lampu pijar yang bahkan tidak cukup untuk membuat satu ruangan terlihat jelas.

Seorang laki-laki dengan malas menatap seseorang yang berlutut dihadapannya. Matanya yang hitam menatapnya dengan penuh kebencian. Sayangnya, itu tidak berpengaruh padanya.

"Tuan Lucas," seorang laki-laki dengan tubuh kekar menghampirinya. Lalu menyodorkan sebuah pistol hitam padanya.

Sebuah pistol bewarna hitam keabu-abuan bernama Glock 20 ini berpindah tangan. Senjata api yang memuat lima belas peluru 10mm yang mampu melesat dengan kecepatan 1600 kaki per detik ini dimainkan ditangannya dengan lihai.

"Gila! kau gila!"

Lucas mengangkat alisnya, menghentikan permainan pistol ditangannya. Lalu dia berdiri dari duduknya, mendekati sandra dengan langkah kaki ringan. Di dalam ruangan yang sepi, gesekan antara sepatu dan lantai membuat suasana menjadi menegangkan.

"Asal kau tahu, aku tidak gila." Lucas membungkukkan tubuhnya, lalu tersenyum miring. Merasa senang melihat ekspresi yang ditimbulkan lawan bicaranya.

"Jika kau tidak gila untuk apa kau menculikku?!" teriaknya lagi.

Laki-laki bersurai hitam dengan iris coklat ini menatap tajam ke Lucas. Sejujurnya tidak mengerti mengapa dia berakhir disini. Hal terakhir yang dia ingat adalah dia pulang setelah pergi pesta ke Burning Moon. Lalu dia tidak sadarkan diri setelah seseorang memukul kepalanya.

Dan disinilah dia.

Dalam keadaan kaki dan tangan terikat di dalam sebuah tempat temaran nan pengap yang tidak dia ketahui.

Lucas berdiri, lalu menatap tajam pada sosok dihadapannya. "Untuk apa?"

Lucas tertawa mendengar pertanyaan aneh yang terucap. Tidakkah dia mengerti alasan mengapa dia berada disini? Jika saat di Burning Moon dia tidak menyentuh pinggul Athanasia, tentu akhirnya akan berbeda.

"Tidak ada alasan. Kau hanya beruntung bertemu denganku." lanjutnya.

Lucas kembali duduk dikursi yang sebelumnya dia tempati. Tangannya yang memegang pistol dia arahkan pada kepala orang dihadapannya.

"Ap-apa yang ingin kau lakukan?" suara mencicit dengan nada keraguan terdengar seperti permohonan ditelingan Lucas.

"Menurutmu apa yang ingin kulakukan?" Lucas memiringkan kepalanya. Setelahnya, bibirnya menyeringai melihat sandranya ketakutan.

"Kau gila!"

"Karena kau tidak percaya aku tidak gila, jadi, anggaplah aku gila."

DOR!

Peluru melesat tanpa aba-aba. Memberikan tekanan pada setiap orang yang ada disana.

"Oh? meleset?" Lucas bertanya santai, namun bibirnya menyunggingkan senyum.

Obsession [Suddenly, I Became A Princess]Where stories live. Discover now