18 - Kang Bucin

292 41 1
                                    

Siapin jiwa raga kalian buat baca part ini ya?

Jangan lupa kasih saran juga masukan ya. Menurut kalian part ini itu gimana gitu.

Jangan lupa vote dan comment-nya ya guys 😘

Oke cuss happy reading!

Apa yang dilakukan para lelaki saat tengah berkumpul ria? Bergosipkah? Atau apa? Kita bahkan tidak bisa menebaknya. Karena hanya mereka yang tahu apa yang akan mereka lakukan. Setiap lelaki berbeda, berbeda cara pemikiran juga tingkah laku maksudnya.

Disinilah para lelaki remaja itu berkumpul, di kamar si cuek, siapa lagi jika bukan Reynando Askara. Sesuai kesepakatan mereka di sekolah, mereka berakhir dengan menghabiskan malam ini untuk bermain Play stick.

"Wah, curang lo Bry! Masa gue kalah lagi sialan!" pekik Yuno sembari menggubrakan play stick-nya. Wajahnya terlihat merajuk seperti anak kecil.

"Huhuhuh! Lo emang gak bisa ngalahin seorang Bryan ea-ea asik!" Bryan menepuk-nepuk dadanya membanggakan diri.

"Kebetulan aja kali, gosah membanggakan diri macam tai lu!" Yuno mencebik kesal.

"Masa kebetulan tiga kali! Gak ada-gak ada." Bryan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ada buktinya 'kan, lo!" desis Yuno masih tidak terima.

Bryan memutar bola matanya malas. "Akui aja kekalahan lo wahai Saudagar!"

Yuno mengangkat telunjuk tangannya, memberi tanda tidak dan tidak. "Gue gak kalah! Karena lo cuma kebetulan saja."

"Mau seberapa kali gue bilang kalau ini bukan kebetulan, tapi karena gue emang jago," papar Bryan meyakinkan kemenangannya itu.

"Enggak! Lo cuma--"

"Iya aku juga sayang sama kamu, kok!"

Ucapan Yuno terhenti kala ia mendengar ucapan lebay ditelinganya. Begitupun Bryan, ia mengalihkan pandangnya pada si pelaku yang berucap lebay itu.

Gerry! Satu nama yang mewakili kelebayan yang hakiki. Yuno dan Bryan yang sedari tadi berdebat, lantas memandang datar Gerry yang tengah tersenyum-senyum tidak jelas di atas sofa dengan gawai yang menempel di telinganya.

Yuno dan Bryan saling melirik satu sama lain. Seakan memiliki pikiran sama persis, kedua tangan mereka sigap mengambil bantalan kursi dan melemparkannya pada Gerry secara sarkas.

"KENA LO MAKHLUK ALAY!"

"MATI LO BUCINERS!"

Sumpah serapah memenuhi gendang telinga Gerry. Membuat sang empu yang dibanting bantalan itu memutuskan panggilannya.

"Aku matiin dulu ya teleponnya, Yang. Ada kecoa ganggu soalnya."

"Iya Sayang, night too."

'Klik'

Telepon terputus. Gerry meletakan benda pipih miliknya itu diatas nakas. Lantas ia menatap kedua jomblo menghawatirkan itu dengan garang. Lalu melemparinya dengan bantalan kursi tadi.

"Eh, jomblo! Ganggu gue aja lo pada ya!" sentak Gerry tak terima.

"Lo yang ganggu gue!" jawab Yuno dan Bryan bersamaan. Kemudian mereka saling pandang dan bergidik ngeri melihat kekompakan mereka.

"Udah tahu gue jomblo, lo malah sayang-sayangan lagi, Pea!" desis Yuno tak terima itu.

"Gue eneg liat lo bucin terus, Ger." Bryan geleng-geleng kepala.

"Itu sih derita lo berdua para kampret! Napa lo jadi ganggu keharmonisan gue sama yang beb sih!" Gerry memutar bola matanya malas.

"Yang beb pala lo peyang! Emang yang beb lo itu siapa? Masih si Fania itu? Lebay amat!" ucap Yuno kesal seraya menimpuk lagi Gerry dengan bantalan kursi.

JELITA [Revisi]Where stories live. Discover now