1 - Semoga Lancar

300 23 7
                                    

Pagi ini Ayu bangun pagi-pagi sekali, sejak semalam dia sudah membuat alarm agar tidak bangun kesiangan. Hari pertama sekolah harus berangkat pagi. Ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi Ayu.

Sejak jam 5 pagi Ayu sudah selesai mandi lalu dia bersiap-siap memakai pita yang dibelinya kemarin. Sesuai peraturan yang diumumkan, cewek harus dikucir dua dengan pita merah di kanan dan pita hijau di kiri. Sedangkan pita warna ungu dipasangan untuk tali papan nama.

Ayu sudah menyiapkan semua yang harus dibawanya, dia yakin bahwa tidak ada yang tertinggal. Ayu harus berangkat lebih cepat karena dia akan naik bus. Ayu sudah benar-benar bertekad untuk pura-pura tidak kenal dengan Alby, jadi dia harus berangkat ke sekolah sendiri tanpa tumpangan dari Alby. Sebenarnya Ayu mau menaiki motornya, tapi karena belum punya SIM, Ayu tidak berani mengendarainya sampai ke sekolah.

Tok tok tok

"Ayu, sarapan dulu. Itu Mas Alby udah sarapan."

Sejak kemarin memang Alby sudah meminta Ibunya untuk memasak lebih awal karena memang Ayu dan dirinya harus berangkat pagi beberapa hari ini. Iya, Alby memang mantan Ketua OSIS tapi masih jadi pengurus sekarang, jadi tidak lepas tangan begitu saja, karena sekalian bagi pengalaman dengan OSIS yang baru menjabat.

"Iya, buk. Sebentar." Ayu yang udah siap langsung menyemprotkan parfume ke tubuhnya dan memasukkan parfume itu ke dalam tas.

"Mas. Jam setengah 7 kan kumpulnya?" Tanya Ayu memastikan. Sedangkan Alby masih menyantap telur mata sapi setengah matang kesukaannya.

"Iya, sebelum setengah tujuh harus sudah sampai, biar ngga telat lo!"

"Bareng masmu aja, nduk. Biar ndak telat. Naik motor kan cepet." Saran Ibu yang sedang menyiapkan bekal makan siang untuk Ayu dan Alby.

"Ngga, buk. Ayu mau pura-pura ngga kenal Mas Alby."

"Adek durhaka lo!! Gue kutuk jadi batu!"

"Apa sih mas! Buk tuh lihat Mas Alby nyebelin."

"Alby... Jangan ganggu adekmu."

"Iya buk. Hahahaha"

Tanpa dijelaskan, Bu Nia, jelas sudah paham kenapa anak perempuannya itu lebih memilih pura-pura tidak kenal kakaknya sendiri.

Ada banyak kejadian tidak menyenangkan di masa lalu yang memang membuat Ayu lebih memilih untuk pura-pura tidak mengenal Alby, meski sebenarnya mereka berdua adalah adik dan kakak yang saling peduli.

"Ini kotak makan siangnya. Dihabisin. Terutama kamu, Ayu. Makan yang banyak kayak masmu itu lho selalu habis."

"Iya, Buk. Mas Alby kan emang doyan makan! Buk, doain hari ini lancar ya." Ayu memeluk ibunya yang meski belum mandi tapi sudah terlihat cantik itu.

"Buk, Alby berangkat dulu ya." Pamit Alby dengan mencium tangan Ibunya.

"Maaas! Tunggu. Nebeng sampai halte. Nanti dari halte Ai naik bus."

"Nyusahin lo!"

"Kaaan jahat!"

"Udah cepetan! Bawa helm tapi. Banyak polisi."

"Siap Bos."

Ayu memilih untuk nebeng kakaknya itu karena untuk jalan ke Halte juga cukup memakan waktu. Setidaknya halte menjadi batas melepas identitasnya sebagai adik seorang Alby Aksa Bramantya.

"Lo beneran ngga mau sampai sekolah?"

"Ngga mas. Sini aja. Kan udah gue bilang, mau pura-pura ngga kenal Mas Alby!"

"Beneran? Yakin?"

"Udah turutin aja kenapa sih! Jangan banyak tanya kayak wartawan."

"Iya iya! Udah langsung ke sekolah. Jangan sampai telat!"

Mas, I Love You !!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang