17. Ibu?

33 4 7
                                    

"Anton," jawab Tante Intan yang membuatku terkejut.

Tidak-tidak, tidak mungkin!

"Kenapa, Her?" tanya Defan menyadari keterkejutanku.

"Ah, nggak apa-apa, Def, kita pulang sekarang, yuk, aku takut di marahin Ibu kalo pulang terlambat," ajakku untuk membuang jauh-jauh pikiran negatif ini.

"Kalian pulang duluan aja, Mama naik taksi mau ke rumah teman Mama dulu," ucap Tante Intan mengijinkan kami pulang lebih dulu.

Aku pun mengangguk, mencium punggung tangan beliau sebelum akhirnya mengucap salam dan benar-benar pergi dari situ bersama Defan, menuju mobil untuk kemudian beranjak ke rumahku.

***

Sesampainya di rumah, segera aku mengganti baju dan mengambil sapu untuk membersihkan rumah. Berharap Ibu 'tak akan marah jika menyadari aku sedikit terlambat pulang hari ini. Ya, untung saja dia berada di kamar sedari tadi.

Dimana Ayah? Aku 'tak melihat keberadaannya di setiap ruangan dalam rumah ini.

"Ayah dimana, Bu?" tanyaku pelan saat Ibu baru saja keluar dari dalam kamarnya.

Ibu menengok dengan tatapan datar, "Ayah ada tugas ke luar kota, dia berangkat 2 jam yang lalu."

Huh! Bahkan dia pergi 'tak bilang dan tidak berpamitan dulu denganku. Sudahlah, lagipula apa pentingnya aku dalam hidup beliau?

Lalu ada apa dengan Ibu? Jarang-jarang sekali dia bersikap biasa saja dan tidak memarahiku hari ini. Ah, aku bersyukur untuk itu. Setelah semua pekerjaanku selesai, segera aku beranjak untuk masuk ke dalam kamar, aku 'tak ingin mood Ibu berubah.

Tetapi baru beberapa langkah aku menuju kamar, terdengar suara seseorang sedang berbicara dari arah ruang keluarga, Ibu? Berbicara dengan siapa dia?

Dengan was-was aku menguping pembicaraannya, berharap Ibu sedang tidak berbicara dengan selingkuhannya. Dengan wajah sumringah dan gelagat seperti orang sedang jatuh cinta, harapanku pupus. Ternyata Ibu memang sedang berbicara dengan selingkuhannya.

[Tenang aja, dia sedang ada tugas di luar kota.]

[ .... ]

[Oke, jangan lupa jemput aku nanti malam, ya, Sayang.]

[ .... ]

Sambungan telepon pun terputus, cepat-cepat aku berbalik dan masuk ke dalam kamarku. Bu, sampai kapan kau akan terus mengkhianati Ayah?

***

Ponsel baruku berbunyi, layarnya menampakkan foto monokrom seorang lelaki bernama Defan.

[Ada apa, Def?] Tanyaku segera menjawab panggilan tersebut, sedikit ada kebahagiaan ketika aku bisa kembali menggunakan ponsel.

[Kamu boleh keluar nggak malam ini? Kita cari perlengkapan untuk tugas biologi. Aku baru inget kalo tugas itu dikumpul dua hari lagi.]

[Astaga, Def! Aku lupa kalau ada tugas itu.] Oh my God! Terlalu sering memikirkan berbagai masalah yang ada, diriku sampai lupa dengan tugas sekolah.

[Haha, makanya jangan banyak pikiran! Ya, udah, ah, kita cari malam ini aja, yuk, biar besok bisa langsung di kerjain.]

'Tak kujawab perkataan Defan. Segera aku ke luar dari kamar dan mencari keberadaan Ibu. Tidak ada! Ah, ternyata Ibu sudah pergi entah sejak kapan.

FIRST FRIEND AND FIRST LOVE (SUDAH TERBIT!!)Onde histórias criam vida. Descubra agora