Tadinya Lupin hendak langsung menyapa namun saat melihat tangan si pemuda melingkari pundak adiknya dengan begitu protektif, Lupin seketika mengernyit. Dia tak suka pemandangan di depannya.

     Menurut Lupin, Fero Gunaldi memang anak baik, dibandingkan si Kayro Hernandez. Akan tetapi Lupin tetap tidak menyukainya. Sederhana saja, karena bocah itu jelas-jelas naksir adiknya. Dan Lupin akan membenci semua lelaki yang berusaha mendekati Celinne. Bukankah salah satu fungsi Kakak laki-laki begitu? Menjadi musuh para pemuda di sekitar saudara perempuannya.

      Lupin memutuskan mengikuti kedua anak remaja itu dari belakang seraya mengamati. Tubuh Celinne tampak basah kuyup, seketika Lupin menggertakkan rahangnya keras. Adiknya kenapa bisa basah begitu? Tidak mungkin kan Celinne memutuskan berenang di siang hari bolong memakai busana lengkap?

    Begitulah pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran Lupin. Sampai dia tidak sadar ada seorang gadis sedang berusaha melintas cepat dari arah berlawanan. Kemudian.

      Brukk!!!

     Lupin terjatuh ke atas ubin keramik yang dingin. Seketika mengumpat. Sementara sosok di depannya buru-buru berdiri sembari memunguti barang-barangnya.

     "Nona, bukankah setidaknya anda harus minta maaf padaku?" sindir Lupin dengan suara bass dalamnya seraya bangkit berdiri. Lupin melepaskan kacamata hitamnya

     Hesti akhirnya berdiri tegak. Alih-alih minta maaf dia justru berujar. " Anda sendiri belum meminta maaf pada saya" tukasnya dingin.

     Lupin terkejut bukan main, baru kali ini ada orang selain Michael dan Celinne yang berani membalas ucapannya. Bahkan Ayahnya saja cenderung malas beradu pendapat dengannya. "Yang benar saja, apa ini tata krama anak zaman sekarang"

     "Yang benar saja, apa ini tata krama orang zaman dulu" balas Hesti. Tanpa ragu menatap tajam Lupin seraya mendekap erat buku-bukunya.

     Mulut Lupin membuka menutup, dia melongo. Pria itu melangkah mendekati Hesti perlahan sembari, sepasang netranya menangkap sosok gadis itu dalam retinanya. Hesti sendiri balas memandang sinis tepat ke pupil Lupin, berdiri tegak tanpa merasakan takut. Padahal sosok Lupin memiliki aura mengancam yang sangat kuat.

     Lupin begitu dekat dengan Hesti, bahkan terlalu dekat. Nyaris tak ada jarak diantara mereka. Uniknya, gadis itu tampak sangat tangguh, tidak terprovokasi bahkan merasa takut seperti yang dialami kebanyakan orang awam jika sudah berhadapan dengannya. Sepasang netra Lupin menelisik Hesti, dan gadis berwajah manis cantik khas suku Jawa tersebut balas melihatnya lekat-lekat.

    Wajah mereka begitu dekat, Lupin sadar tak mencium rasa gentar pada diri gadis didepannya. Hesti sendiri tampak acuh meski tengah dihadapkan pada sosok tinggi kekar yang nampaknya mampu melawan 10 orang penjahat seorang diri dalam sebuah pertarungan itu.

      Kemudian Lupin melakukan sesuatu, yang ia yakini bakal berhasil. Cara itu selalu bisa membuat wanita dari berbagai macam usia serta karakter untuk langsung luluh padanya. Ia tersenyum simpul, memperlihatkan dua lesung pada masing-masing sisi pipinya. "Sayang, apa ada yang bilang kalau kamu cantik saat marah"

    Reaksi Hesti selanjutnya membuat Lupin terkejut.

    Alih-alih merona, Hesti memutar bola matanya, tampak muak. "Terima kasih, Om. Saya tahu saya cantik, dan apa Om tahu, gaya Om sangat norak. Sori saya sibuk. Saya duluan" dan tanpa banyak bicara lagi Hesti berjalan sambil menabrak kasar bahu Lupin. Lalu pergi tanpa menoleh bahkan barang satu kali pun.

    Meninggalkan sosok Lupin yang bengong di dalam lorong lantai dasar lobi Asrama. Karena untuk pertama kalinya seorang Lupin Santoso ditolak mentah-mentah pesonanya, bahkan dipermalukan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 22, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BEAUTIFUL TWENTY : BEAUTIFUL SERIES SPIN OFFWhere stories live. Discover now