38 - Pamit

1.9K 277 17
                                    

Setelah empat hari acara AOS. Chika selaku ketua panitia pelaksana, Alex dan Silfy dari OSA sempat di panggil ke ruang kepala sekolah untuk dimintai penjelasan mengenai penayangan almarhumah Arifa.

Seperti diketahui, mereka tidak mengetahui apa apa, kepala sekolah juga memahami hal itu. Pak Abraham kakeknya Violet selaku mantan direktur dan pemilik sekolah juga meminta keterangan dari kepala sekolah yaitu pak Arman. Lalu pak Arman menceritakan kejadian sebenarnya yang terjadi enam tahun lalu. Kakeknya Violet tidak terlalu mengetahui yang sebenarnya karena pada saat itu ia mempercayai semuanya kepada pak Arman dan pada saat itu kakeknya Violet juga sibuk mengurus bisnis dengan papanya Violet. Kakeknya Violet kecewa kepada pak Arman tetapi ia juga bisa memahami.

Lalu atas perintah pak Abraham dibuatlah sebuah foto dengan ukuran cukup besar untuk mengingat mendiang Arifa dan di pajang di dinding dekat piala piala dan penghargaan yang pernah di raih SHS.

Melly juga tidak pernah hadir ke sekolah setelah acara tersebut, sudah tiga hari ia tidak datang tetapi hari ke empat ini ia datang tanpa diketahui oleh guru guru dan para siswa.

Melly berada di ruangan kepala sekolah dan duduk di sofa ruangan tersebut dan tentunya ada pak Arman disana.

"Bu Melly yakin ingin berhenti bekerja di sekolah ini?" tanya Arman.

"Saya yakin pak,"

"Kenapa harus berhenti bu?"

"Saya rasa bapak tau alasan saya,"

"Itu sudah berlalu bu Melly, kinerja bu Melly bagus dan sayang jika bu Melly harus berhenti,"

"Saya ingin memulai hidup yang baru pak di Surabaya bersama bunda saya,"

Arman hanya menghela napas.

"Ya sudah kalau itu sudah keputusan bu Melly saya hanya bisa menghargai, semoga bu Melly bisa memulai hidup dengan ketentraman yang lebih baik lagi,"

"Amin,"

"Saya juga minta maaf telah merahasiakan fakta sebenarnya tentang Arifa kepada bu Melly ataupun keluarga,"

"Saya sudah bisa mengerti itu semua pak dan saya paham dengan posisi bapak pada saat itu, bapak hanya ingin menuruti permintaan Arifa untuk merahasiakan penyakitnya," kata Melly

"Iya bu Melly, sejujurnya saya bingung harus bagaimana, terlebih disaat saya mengetahui bu Melly mendaftarkan diri untuk bekerja di sekolah ini setahun setelah kejadian, saya pikir akan sangat baik bu bekerja disini, karna bisa membantu ibu mengingat akan Arifa,"

"Iya pak, saya sangat minta maaf karena saya telah berpikir buruk tentang bapak dan sekolah ini, sehingga saya memiliki dendam tersendiri. Pada waktu kejadian saya sedang berada di luar negeri ingin menyelesaikan study saya, hingga akhirnya saya mendapatkan kabar jika Arifa meninggal di kolam renang, saya ragu dengan itu mengingat Arifa adalah seorang atlet renang. Tapi saya tidak bisa hadir ke pemakaman nya, karena saya belum bisa pulang pada saat itu, bahkan di hari yang sama saya mendengar kabar duka lagi kalau ayah saya meninggal karena serangan jantung, akibat tidak bisa menerima kepergian adik saya. Bunda saya sampai sekarang sakit sakitan karena masih belum bisa mengikhlaskan kejadian ini. Setelah saya pulang ke Indonesia, saya pergi ke kamar Arifa, saya menangis dikamarnya karena saya merasa gagal menjadi seorang kakak untuk dia. Sampai akhirnya saya menemukan diary miliknya tentang ia dirundung di sekolah oleh teman temannya. Pada saat itu saya langsung berspekulasi jika Arifa sengaja menenggelamkan dirinya ke kolam renang karena ia tidak tahan di rundung, bahkan saya mengetahui jika tidak ada guru yang berada dipihaknya,"

Melly akhirnya mengeluarkan air matanya.

"Karena menurut saya juga tidak masuk akal jika Arifa meninggal tenggelam, makanya dengan diary itu saya merasa yakin kematian adik saya karena ia bunuh diri. Hingga saya dendam dan ingin menghancurkan sekolah ini. Tapi akhirnya saya mengetahui jika adik saya meninggal bukan karena ia bunuh diri, tapi memang karena kehendak tuhan dan saya sangat bersalah kepada diri saya karena melarang orang tua saya untuk melakukan autopsi terhadap Arifa, seandainya saya melakukan itu mungkin saya tidak akan ada dendam terhadap siapapun dan saya juga kecewa kepada diri saya sendiri, memikirkan bahwa adik saya memilih jalan kematian dengan bunuh diri padahal tidak sama sekali," kata Melly yang masih menangis.

VIOLET (END)Kde žijí příběhy. Začni objevovat