Chapter 12

8 0 0
                                    

Akhirnya, permata super langka berhasil ia dapatkan. Rey akan membagi permata ini menjadi beberapa bagian sebelum menjualnya. Setelah ini ia bisa beristirahat, dan mengumpulkan permata-permata langka lagi untuk bahan pedang yang sesuai dengan bakat apinya.

Ia melepaskan masker tebal dan menghirup udara bebas dan segar di malam hari. Rey melihat masker khusus ditangannya, tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Sialan!" Rey berlari cepat kedalam goa.

Rey memang membeli 2 buah masker khusus. Namun, salah satunya rusak karena tak sengaja ia jatuhkan. Rey berencana akan memakai masker rusak, dan memberikan satunya ke Yurie. Tapi yang dipakai Yurie saat ini adalah masker rusak, tentunya ia tidak akan tahan dengan racun dalam goa.

Ditambah lagi, gadis cerewet itu tidak ada dibelakangnya. Kemungkinan-kemungkinan buruk tak bisa terlepas dari pikiran Rey. Kenapa Yurie tidak bilang dari awal?

Setelah berlari beberapa saat, akhirnya ia menemukan Yurie terkapar diantara bebatuan. Rey sangat lega ketika mengetahui sanderanya masih hidup. Ia menggendong Yurie dan keluar goa bersama.

***

Sekali lagi, Yurie terbangun dari tidur panjang di tempat asing. Atap yang terbuat dari kayu dengan jaring laba-laba menghiasi sudut atap. Badannya lemas tak bertenaga. Berapa lama ia tertidur?

"Kau bangun."

Suara serak khas Rey mengalihkan perhatiannya. Ia terlihat baik-baik saja seperti saat meninggalkan dirinya dalam goa. Yurie sangat kesal dan marah terhadap Rey, kalimat Rey merendahkannya masih terngiang-ngiang. Lalu lihatlah, lagi-lagi dirinya menjadi beban. Memang benar, laki-laki dan perempuan tak bisa menjadi sahabat karib. Sudah dipastikan, sang perempuan akan dianggap menjadi beban laki-laki.

Yurie tak merespon, ia berusaha duduk dan bersandar di kepala ranjang. Tapi untuk mengangkat tubuhnya saja dia tidak bisa, Yurie mengurungkan niat untuk duduk, dan menyelimuti dirinya dengan selimut.

Namun, Rey yang tanpa disuruh mengangkat tubuh Yurie dan membuatnya duduk bersandar di tumpukan bantal. Yurie mengambil segelas air dari meja kecil disampingnya dan meneguk habis air itu.

Tidak ada yang berbicara diantara mereka.

Yurie masih memikirkan mengenai misinya untuk pulang ke rumah menjadi Yurie yang sebenarnya. Mimpinya untuk bisa kuliah di luar negeri tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Ia sempat mengira dirinya akan mati dengan cepat di goa. Sayang seribu sayang ia masih hidup. Yurie tidak akan memberitahu Rey akan misinya ini. Dirinya akan segera mati sengaja atau tidak disengaja.

"Kita berada di Desa Daisy."

Yurie melirik pria disampingnya dengan malas, meminta untuk melanjutkan perkataannya. "Kau tertidur selama 3 hari. Prajurit istana masih memburu dirimu."

Rey memberi jeda sedikit. "Desa ini sudah jauh dari jangkauan kerajaan."

"Begitu," ucap Yurie lemah.

Rey keluar meninggalkan dirinya, dan kembali membawa semangkok bubur dan segelas air. Rey meletakkannya di meja dan melangkah pergi tanpa mengatakan apapun.

Yurie menatap malas makanan yang tersaji di meja. Jika dirinya mogok makan, apakah kematiannya bisa dipercepat?atau dengan menahan nafas, apakah dirinya bisa mati?

Yurie kembali berbaring dan menyelimuti dirinya dengan selimut sampai tak terlihat sehelai rambut pirangnya. Ia mencoba beberapa menahan nafas tapi rasa pusing dan wajah terasa sangat panas membuat dirinya tak tahan. Tubuhnya sudah sangat lemas, ia pasti akan mati hari ini, lalu terbangun di kamar kesayangannya.

Hari sudah semakin sore, ternyata usaha Yurie masih belum membuahkan hasil. Dirinya masih bisa merasakan sentuhan tangan di dahinya dan samar-samar suara pria tua menyapa lembut telinganya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Found You (Ice And Fire)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang