BIBIT REVOLUSI

92 15 0
                                    

Beruk sampai di panti. Ia telah menjelajah banyak tempat. Perjalanannya melenceng jauh. Agama dalam kepalanya mengajak berpetualang. Menyantap aneka hewan dan merasakan bagaimana ketakutan pada mata mereka sebelum rahang besi Beruk mencabik-cabik. Jiwa-jiwa hewan menyatu pada dirinya. Menjadikan Beruk, bukan lagi anak manusia. Sebelum sampai ke panti, ia melenceng jauh dulu ke kebun binatang. Ia menyelinap di antara kerumunan. Penyusup tanpa tiket. Ia mendambakan suatu waktu nanti bisa menyantap gorila atau gajah. Jantungnya berdebar menyaksikan kekuatan mereka. Di kebun binatang itu ia menyantap ular. Ia menyelinap dengan kemampuan kucing, dan mengeluarkan ular dari kotak kaca dan ia makan selayaknya makan mie ayam.

Setelah dari kebun binatang, Beruk jalan kaki santai tanpa henti sampai panti. Tak terasa baginya kakinya telah lecet-lecet. Beruk sampai di teras panti dan jatuh pingsan.

Ia hampir saja bernasib seperti anak-anak lain kalau tidak diselamatkan oleh Mbak Dok. Akhirnya Mbak Dok yang kena damprat Pak Yu dan Pak Sit. "Sekali lagi kau melindungi anak celaka ini, kau kupecat, akan kuracuni masakanmu."

Apa yang menimpa Bibi Hel membuat Pak Yu kalap murkanya. Dia menyalahkan anak-anak panti. Dikumpulkan semuanya di aula panti. Tangan menjulur ke depan lalu dipecut semua pakai penggaris besi panjang. Mbak Dok yang menyaksikan itu dari celah pintu teriris hatinya. Anak-anak itu tak bersalah.

"Kenapa tidak ada di antara kalian yang menjaga tenda Bibi Hel? Hah!"

Rasa-rasanya Mbak Dok ingin saja meracuni makanan buat Pak Yu dan Pak Sit. Lalu membebaskan anak-anak dari panti neraka ini. Tapi tak kunjung berani ia laksanakan. Ia masih punya hati nurani.

Setelah hukuman massal di aula, Pak Yu minta Jeki mengikutinya ke kamar.

Sementara tim pemburu tokek sudah diminta bekerja kembali oleh Pak Sit. Sebab dia menemukan titik di kampung yang banyak tokeknya. Dengan jari-jari memar mau patah, anak-anak memburu tokek lagi.

Anak-anak panti perempuan bergembira di kamar. Meski jari-jari mereka memar kayak mau patah juga, setidaknya sudah tidak ada Bibi Hel. Mereka membakar boneka beruang terbuat dari kumpulan jembut Bibi Hel sebagai perayaan. Ya, sebanyak itu mereka menemukan bulu jembut Bibi Hel di kamar mandi.

Pak Yu sibuk bolak-balik ke rumah sakit untuk menjaga Bibi Hel yang habis dioperasi penyambungan jari. Hanya beberapa jari saja yang berhasil disambungkan. Itu pun tidak bisa bergerak secara maksimal. Gara-gara itu dia harus merogoh kocek dalam demi biaya operasi. Dana yang telah dikumpulkan dari donasi bodong dan hasil penjualan tokek hampir ludes.

"Manusia serigala..." kata Bibi Hel dalam tidurnya. Dia gemetar ketakutan. Kejadian itu terulang-ulang dalam kepalanya. Dia mengejang nikmat lalu mengerang kesakitan. Setiap dapat mimpi itu, tangannya menuju selangkangan. Dan mimpi itu datang setiap malam.

Di kala menjaga, Pak Yu mengingat kembali kenapa dia bisa begitu permisif kepada adiknya. Ingatannya membawanya ke masa remaja. Masa-masa eksplorasi seksuil. Hel jadi objek eksplorasinya. Yang merenggut keperawanan Hel adalah Pak Yu sendiri. Dari situ, Hel selalu mengancam Pak Yu, kalau keinginannya tak dituruti maka Hel akan membocorkan rahasia itu.

Di kondisi Bibi Hel yang sedang kritis, Pak Yu berpikir ini adalah saat yang tepat untuk melenyapkan adiknya untuk selamanya. Kalau orangnya mati, rahasianya juga mati. Tapi dia tahu, tidak bisa melakukannya di rumah sakit. Pak Yu mengamati Bibi Hel ketika sedang bermimpi masturbasi sebelum diterkam manusia serigala. Dia memerhatikan Bibi Hel mendesah. Ada ingatan dorman yang bangkit. Tangan Pak Yu menggantikan tangan Bibi Hel mendarat di kemaluan. Tangan kiri Pak Yu menutup mulut Bibi Hel supaya erangan dan jeritannya terhalang, sementara tangan kanannya mengocok kemaluan Bibi Hel sampai terkencing-kencing.

Itu dia lakukan sampai Bibi Hel sadar. "Bawakan aku dildo. Kocok aku pakai dildo, jangan pakai tangan kotormu. Mungkin itu akan mengurangi mimpi burukku."

Rasanya Pak Yu ingin mencekik adiknya saat itu juga.

Bibi Hel menyimpan dildonya di kamar panti. Pak Yu mengambilnya dan membawanya ke rumah sakit. Tiap malam dia melayani adiknya menggunakan itu.

"Sial mimpi buruk itu tidak hilang-hilang. Coba pakai penismu."

Pak Yu terkesiap. Telah lama sekali semenjak penisnya masuk ke liang vagina.

"Lakukan atau kubocorkan?"

Pak Yu melakukannya.

"Payah, kok tidak bisa keras. Kok tidak kayak waktu itu? Jangan-jangan kau jadi homo ya sekarang? Ngacengnya sama cowok?"

Pak Yu mencekik adiknya. Tapi tidak sampai mati. "Aku tak segan untuk membunuhmu kalau kau terus kurang ajar seperti ini."

Bibi Hel batuk-batuk.

Dia dibawa pulang ke panti tak lama kemudian.

Kegembiraan anak-anak panti perempuan sirna segera. Bibi Hel hadir kembali dengan makian yang makin kencang. Dia membudak mereka untuk melayaninya setiap hari. Memandikan, menceboki, menyuapi, dan mengocoknya pakai dildo. Bahkan dia memaksa anak panti perempuan yang sudah cukup matang, yaitu Ainun, untuk menggunakan dildo ke kemaluannya sendiri. Ainun ketakutan, dia lari dari kamar Bibi Hel. Di matanya dildo adalah monster. Dia mau muntah ketika melihat temannya memasuk-keluarkan benda itu ke kemaluan Bibi Hel.

"Bagaimana kalau kita olesi balsem saja?" usul temannya.

"Itu ide bagus. Tapi aku tak mau disiksa lagi. Lebih baik jangan." Kata Ainun. Menutup mata.

"Kita hanya bisa terbebas dari neraka ini kalau mereka semua mati. Bibi Hel, Pak Yu, Pak Sit."

"Mari kita doakan saja. Doa anak yatim kan didengar."

Maka mereka semua berdoa khusyuk.

Mereka tak menyangka, yang merdeka dahulu adalah Jeki.

Suatu pagi yang gerimis, Jeki ditemukan tak bernyawadi taman. Tampaknya dia baru saja loncat dari lantai jemuran.

SANTAP - Sebuah Cerita Tentang MakanWhere stories live. Discover now