YOU ARE WHAT YOU EAT

115 19 1
                                    

Kemajuan yang dialami Beruk berlangsung pesat semenjak ia mengonsumsi jangkrik diam-diam. Ia mulai bisa berbicara. Dengan mudah mengulangi kata-kata yang diajari Atun dan guru di sekolah. Otaknya tiba-tiba berfungsi baik. Nalarnya berjalan diluar dugaan. Ki Kadrun di alam kubur pasti bangga.

Pelan-pelan anak-anak panti mulai berbicara dengannya. "Lu bisu pura-pura yak kemarin?"

"Krik krik krik." Jawab Beruk iseng.

Yang bertanya jadi kesal. "Lu orang bukan?"

"Bukan, kenapa?"

"Beruk lu yak?"

"Katanya sih itu namaku."

"Lu gak makan nasi yak?"

"Gak ada rasanya."

"Ya emang goblok. Nasi goreng baru ada rasanya."

"Ya udah, kapan-kapan aku minta Kak Atun bikini."

"Lu pernah mandi bareng Kak Atun yak?"

"Kenapa emang?"

"Teteknya gede?"

"Apaan tuh tetek?"

Si bocah usil yang bertanya itu namanya Jeki. Yang dulu membawa kotak jangkrik lalu jatuh. Jeki memberitahu apa itu tetek. Tapi Beruk tak bereaksi apa-apa. "Pak Sit yang pernah lihat. Punya fotonya juga."

"Anjing, beneran lu?"

Beruk mengangkat bahu.

Jeki sudah mau masuk SMP. Dia yang paling tua dari anak laki-laki di panti. Dia yang sering disuruh keluar beli ini itu oleh Pak Sit. Mendengar bahwa Pak Sit punya foto tetek Atun, dia jadi kepikiran untuk ngembat hape Pak Sit diam-diam. Jeki banyak menghabiskan waktu di peternakan jangkrik dan kebetulan Pak Sit juga sama. Dia yang membuat kotak-kotak jangkrik untuk dikirim ke toko burung mitra. Hape Pak Sit sering diletakkan begitu saja di meja.

Gara-gara informasi itu, Beruk jadi berteman dengan Jeki. Sekarang ia tidak lagi dikata-katai oleh anak panti lainnya. Kalau ada yang mengatainya, Jeki akan mencekik anak itu sampai terkencing-kencing. Lalu kencingnya dia lap ke anak itu. "Lu jangan ngata-ngatain Beruk kalau gak pengin gua buat muka lu kayak beruk beneran."

Beruk jadi ikut membantu di peternakan juga. Itu jadi keuntungan baginya karena bisa sembari ngemil jangkrik. Tentu dilakukan diam-diam. Pungut seekor demi seekor. Jangkrik begitu banyak, jadi hilang seekor dua ekor tidak akan kelihatan. Beruk melakukannya tanpa sepengetahuan Jeki.

Jeki kagum kalau Beruk lagi menirukan suara jangkrik. "Bisa mirip banget, sialan. Jago lu. Makan apa lu?"

"Makan jangkrik." Beruk berkata jujur. Nalarnya bermain, ia tahu pasti kalau Jeki pasti menganggapnya bercanda.

"Haha, doyan lu?"

Dari pertemanannya dengan Jeki, Beruk jadi bisa ketawa. Sedikit-sedikit, ia mengenal ekspresi.

Selain menirukan bunyi dari mulut, jentikan jari Beruk juga berbunyi seperti jangkrik. Krik krik krik. Ia gesekkan kaki juga bunyi krik krik. "Bukan orang lu. Lu jangkrik segede orang. Haha."

Dalam otak Beruk muncul pemahaman.

Suatu ketika ia sedang diajak pergi Jeki belanja logistik panti. Itu ketika Pak Sit memanggil Atun ke kantor. Di jalan Beruk melihat poster di tiang listrik bertuliskan You Are What You Eat. Sisanya entah apa bodo amat. Pelajaran Bahasa Inggris di sekolah membuat Beruk paham artinya. Kau adalah apa yang kau makan. Jadi... karena Beruk selama ini makan jangkrik ia bisa berbunyi seperti jangkrik.

"Jangkrik bukan teman. Jangkrik adalah makanan. Aku makan jangkrik, aku adalah jangkrik." Beruk mengangguk-angguk. Menyetujui pemikirannya. Jadi kalau ia mulai makan sesuatu yang lain, ia akan menjadi sesuatu itu. Beruk akan mencoba sesuatu yang lain.

"Eh lu bener gak bisa ngerasain apa-apa di lidah?" tanya Jeki.

Beruk mengangkat bahu.

"Nih cobain." Jeki memberikan sebutir cabai, menjejalkannya ke mulut Beruk. "Pedes gak?"

Beruk mengunyahnya dan menelan tanpa merasakan apa-apa. "Pedes tu apaan?"

Jeki susah menjelaskannya. Dia kasih tunjuk saja dengan memakan cabai sebutir juga. Lalu menunjukkan ekspresi muka kepedasan.

You are what you eat. Apakah Beruk akan jadi cabai kali ini? Beruk mengujicobanya dengan memasukkan jarinya tiba-tiba ke mulut Jeki.

"Anjing, apa-apaan lu? Najis." Jeki meludah-ludah.

"Pedes gak jariku?"

"Emangnya lu cabe? Cabe mah punya tetek. Kayak ono noh. Noh, namanya cabe-cabean." Jeki menunjuk cewek naik motor berbonceng tiga, pakaiannya ketat.

Beruk mengernyit. Ia baru sadar. Cabai itu sayuran. Bukan hewan. Kesimpulannya, you are what you eat tidak berlaku kalau objek makanannya bukan sesuatu yang hidup. Beruk mengangguk-angguk. Menyetujui pemikirannya.

You are what you eat. Beruk melihat jangkrik bisa melompat jauh dan tinggi. Maka ia menjajalnya di lapangan sekolah. Benar saja, Beruk bisa lompat tinggi dan jauh. Selagi lompat ia berbunyi krik krik krik.

Mulai sejak itu Beruk menjajal makan binatang-binatang kecil. Ia mulai dari serangga. Ia baca-baca buku di perpustakaan dan mengingat keunikan tiap serangga dan hewan lainnya. Ia memakan nyamuk, ia jadi doyan dengan darah. Ia bisa berdenging menyebalkan seperti nyamuk. Ia makan semut, ia jadi mengincar gula di dapur, meski tak bisa merasakan manis. Ia juga makan kecoak, kaki seribu, kelabang, laba-laba, kumbang, kepik, belalang, capung, walang sangit, tomcat, dan banyak lainnya. Tapi tetap, paling favorit dan suplainya tak habis-habis ya jangkrik.

Krik krik krik.

SANTAP - Sebuah Cerita Tentang MakanWhere stories live. Discover now