DIHAJAR SAMPAI JELEK PART 2

90 12 1
                                    

Beruk menghilang sampai berminggu-minggu lamanya. Ia tidak balik-balik ke panti. Gara-gara itu teman-temannya jadi kena getahnya. Panti tak ubahnya sebuah neraka. Tiap hari tiap jam tak dilewati tanpa hukuman fisik dan makian kasar. Anak-anak mulai gila. Jam-jam sekolah di luar jadi satu-satunya tempat teraman. Tempat mereka bisa waras dikit. Tapi di sekolah luar situ juga mereka dikata-katai oleh anak-anak normal dengan keluarga lengkap dan tinggal di rumah sendiri. "Tuh anak-anak panti ono noh, makin jelek aja mukanya. Anak-anak smurf apa gimana? Mukanya pada biru gitu."

Sedangkan anak-anak SD yang sekolah di panti, tiap jam mereka diawasi oleh Bibi Hel. Dan mereka sampai tak berani ijin keluar kelas untuk pipis. Jadinya mereka pipis di celana dan malah makin berabe urusannya. Sudah diomeli guru, selanjutnya kena amuk Bibi Hel. Dalam hati anak-anak, mereka menjerit, duh gustiiiii matiin aja Helah Jembut ini.

Mereka dikasih tahu kalau pulang sekolah harus langsung pulang. Kalau tidak, hukumannya akan jauh lebih berat. Meski tetap saja pulang tepat waktu juga merekan akan kena damprat dan tampolan di muka. Sampai jelek.

Anak-anak yang lebih tua. Jumlahnya ada enam, terdiri dari anak kelas 6 SD dan 1 SMP. Mereka diutus oleh Bibi Hel untuk mencari keberadaan Beruk. Beruk ini satu-satunya anak SD yang disekolahkan di luar. Sekolahnya menyatu dengan SMP. Yang jadi sasaran utama amukan Bibi Hel adalah Jeki, yang dikenal paling dekat dengan Beruk. Bibi Hel menjadikan Jeki sebagai ketua pencarian. Tiap sore jam lima mereka harus balik segera ke panti dan melaporkan hasil pencarian. Kalau tidak ketemu, akan kena hukuman. Mulut mereka dijejali kaos kaki yang di dalamnya ada kodok. Dan semakin hari semakin tak ketemu, semakin berat hukuman yang diterima.

"Saya tidak mau tahu, pokoknya temukan Beruk anjing sialan itu. Enak saja kabur tanpa tanggung jawab."

Udin menceritakan kejadian pagi waktu itu kepada teman-teman panti. Mereka justru kagum dengan tindakan Beruk, dan dalam waktu bersamaan mengutuknya karena malah membuat teman-teman sengsara. "Berani juga tuh si Beruk. Gak ada tukat-tukatnya."

"Gak ada urat takutnya dia tuh. Lahirnya kan dari batu. Mana takut dia sama Helah Jembut."

"Digebuk pake karung kodok. Wkwkwk. Terus dikencingin. Vandal berandal banget coy."

"Jek, lu yang ngajarin kayak gitu?" tanya Udin.

Jeki menepuk jidat. "Ya kagaklah. Mana berani wa kayak gitu."

"Iye, lu kan pengecut emang. Haha."

"Heh, berantem yuk."

Udin langsung berkacak pinggang. Di belakangnya sudah siap bala tentara mengangkat tinju.

"Oke oke, gak jadi. Wa bayangin aja berantemnya." Kata Jeki.

"Tapi, lu lu pada gak pada terisnpirasi apa dengan keberanian Beruk ngelawan Helah Jembut?" tanya Udin ke teman-teman sekamar.

Mereka saling pandang.

"Helo men, kita ini lagi ditindas habis-habisan. Dari Pak Yu, Pak Sit, sekarang Hela Jembut. Mereka gak ada bener-benernya. Okelah Pak Yu gak segila Pak Sit ama Hela Jembut. Tapi gak ada yang tahu kan? Si Pak Yu itu pedofil, dan doyannya cowok."

Semua kaget. "Tahu dari mana lu?"

"Gua ada buktinya. Tapi gak sekarang gua kasih tahu."

Jeki mencengkeram kepalanya.

"Anjing, parah, bener-bener gak ada benernya nih orang-orang yayasan." Kata teman yang lain.

"Makanya kita lawan balik yok. Kita tuntut hak-hak kita. Mereka tuh udah pantes masuk neraka. Hak kita sebagai anak yatim dimakan ama mereka."

"Tapi kita cuman anak-anak, Din."

"Tapi kita lebih banyak coy. Gak usah takut. Beruk aja gak takut."

"Heh, Beruk bukan orang."

"Iya, dia kera sakti. Sun Bo Kong."

"Sun Go Kong, anjing."

"Bukannya Sun Go Kong, kera?"

Orasi yang awalnya menggebu-gebu berubah jadi gelak tawa. Jeki pun ngakak guling-guling. Pas kepentok tembok, dia garuk-garuk pantat dan kerasa perih.

Udin semakin yakin dia bisa mengerahkan anak-anak panti untuk melakukan perlawanan. Dia utarakan ide-ide untuk nge-prank Bibi Hel. Alat-alat dia yang siapkan. Teman-teman tinggal ikut ambil bagian. Suatu sore yang dia rencanakan, teman-teman pada naik ke lantai atas. Ember berisi kencing dan tahi kucing tinggal tuang ketika Bibi Hel lewat jalanan berbatu di taman panti. Tapi waktu dikomandokan oleh Udin, teman-teman ciut nyalinya. Jadi hanya Udin yang telanjur mengguyur Bibi Hel pakai air kencing (dua hari anak-anak kamar laki-laki kencingnya di ember) dan campuran tahi kucing.

"Bangsat. Lu kenapa pada cemen?" Udin frustasi. Bibi Hel ngamuk. Teman-temannya pada lari tunggang langgang turun ke kamar. Udin di atas, terpaku, teman-temannya tak bisa diharapkan. Kini perempuan neraka itu menjelma citah menaiki tangga ke lantai jemuran. Menjemput Udin. Tidak pakai umpatan lagi, Bibi Hel mukanya merah padam, menyeret Udin dengan menjewer telinga. Dibawa turun ke taman panti. Bibi Hel lalu memukul kentongan sebagai tanda agar anak panti berkumpul. Dia menyuruh anak-anak mengambil ember dari lantai atas yang isinya air kencing dan tahi kucing.

Udin pasrah. Sore itu dia dimandikan dengan air kencing dan tahi kucing. Lalu dicambuk pakai sabuk. Diinjak-injak. "Ada lagi yang mau macam-macam dengan saya? Tidak cukup kelakuan Beruk? Kalian mau menirunya? Saya pastikan hidup kalian benar-benar seperti di neraka."

Anak-anak membatin, ini bukan panti, ini memang neraka sejak awal. Kami hanya komoditi pengundang iba.

Udin babak belur sampai jelek. Mukanya menyerupai babon. Semenjak itu dia dijuluki Udin Babon. Ketika lukanya sembuh, mukanya tetap seperti babon, padahal sebelumnya mirip anak tikus.

Enam orang tetap disuruh mencari keberadaan Beruk. Hukuman yang diterima tiap sore karena tak berhasil menemukan Beruk semakin berat. Jari-jari mereka rasanya sudah patah karena dipukul pakai penggaris besi.

"Pas kita nyari Beruk, kita kabur aja yok. Gak usah balik ke panti kayak Beruk." Usul Udin Babon.

"Coy, ntar temen-temen kita yang lain yang jadi sasaran. Mereka masih anak-anak SD kelas kecil. Gak kasihan lu?" kata Jeki.

Udin Babon mendesah menyesal.

"Ini Beruk kalau berhasil kita temuin, bakal gua hajar duluan deh. Segininya bikin kita jadi sengsara." Keluh Udin.

"Katanya Beruk panutan lu. Gimana sih?"

Mereka tidak menemukan Beruk. Namun Beruk yang menemui mereka. Lebih tepatnya, Beruk menemui Jeki. "Ruk, panti makin parah. Makin kayak neraka. Plis lu balik. Kasian anak-anak tiap hari disiksa mulu gara-gara lu gak balik-balik. Udah pada jelek muka mereka. Gak ada yang berani berangkat sekolah. Mereka pada bolos. Termasuk gua." Jeki jalannya pincang mengangkang.

"Oke, gua balik buat tanggung jawab. Demi anak-anak yang lain." Kata Beruk.

Beruk dikawal pulang. Dan ada kejutan yang menanti di panti.

Selain Bibi Hel, Pak Sit sudah kembali, dan mereka berdua siap memberi perhitungan kepada Beruk.

Di ruang kantor Pak Sit, Beruk dihajar habis-habisan pakai sempoa.

SANTAP - Sebuah Cerita Tentang MakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang