[30] Kemenangan Pertama

4.8K 491 204
                                    

Pemandu sorak yang bergosip menjadi diam. Kageyama mengerutkan bibir, melipat tangan di dada. Matanya memancarkan emosi samar. Apa dia begitu menyeramkan? Bukankah wajahnya terlihat cukup ramah? Dia selalu hormat pada senpainya, bagaimana bisa orang-orang begitu takut padanya.

Dia tiba-tiba menoleh. Pria di samping Kageyama sudah menahan tekanan kuat intimidasi dan ketika Kageyama melihat kearahnya. Dia sangat terkejut hingga menjatuhkan toa miliknya.

Melihat respon orang ini. Kageyama semakin marah. "Kenapa kamu begitu takut sialan?!"

Pria tadi semakin takut, tubuhnya gemetaran. Dia meninggalkan toa yang jatuh dan berlari menuju pintu keluar.

Kageyama. "........."

Sebagai gantinya, seorang pria muda tampan dengan wajah lembut masuk. Dia melihat sekeliling dan menemukan kursi kosong di samping Kageyama. Pria muda tampan itu mendekat dan duduk di samping Kageyama dengan tenang.

Kageyama memperhatikannya dan merasa tidak asing dengan wajahnya. Pria muda itu tiba-tiba menoleh padanya, berkata ramah. "Halo."

Tubuh Kageyama menegang, dia tidak biasa membalas sapaan orang lain. Mengingat perkataan para pemandu sorak, Kageyama seketika merasa dia punya kesempatan untuk membuktikan bahwa dia orang baik. Sudut mulutnya terangkat dan dia membuat senyum seramah mungkin. Namun berakhir membuat wajahnya lebih buruk dari boneka kutukan.

"Halo, selamat pagi." Kata Kageyama canggung.

Kerumunan yang tidak jauh dari Kageyama seketika merinding. Akan tetapi tidak ada perubahan dalam ekspresi pria muda itu. Dia hanya tertawa ringan.

"Selamat pagi." Pria muda itu membalas dengan senyuman. "Apa kamu menonton pertandingan temanmu?"

Melihat respon ramah orang di depannya. Kageyama menjadi senang dan santai. "Aku menonton pertandingan kekasihku."

Ada kejutan di mata pria muda itu, dia menoleh kearah lapangan. "Kekasihmu? Yang mana?"

"Yang itu." Kageyama menunjuk Hina yang sedang duduk di bangku cadangan. "Dia mengalami cidera beberapa saat lalu dan hanya akan bermain satu set hari ini."

Pria muda tampan tersenyum, mengangguk. "Aku tahu."

"Kamu tahu?" Kageyama terkejut.

"Natsume Hina itu adikku." Pria muda itu menjawab, dia melanjutkan. "Sedangkan namaku Natsume Takashi."

Kageyama sangat terkejut, dia sontak bangkit dan membungkuk pada Natsume. "Salam kenal, kakak!"

Natsume terdiam, detik berikutnya dia tertawa. "Santai saja, tidak perlu formal padaku."

Bahu Kageyama mengendur, dia duduk  kembali dan berkata canggung. "Namaku Kageyama Tobio. Aku tidak tahu kamu kakaknya, maaf jika aku sedikit tidak sopan."

Natsume tertegun, dia merasa remaja tinggi ini sangat lucu dan kaku. Meski begitu, tatapannya tidak munafik, melainkan tulus. Senyum Natsume perlahan mengendur, hatinya merasa simpati. Waktu satu tahun Hinata akan segera tiba, dan Kageyama akan merasakan kembali mimpi buruknya seperti musim dingin yang lalu.

Dia memandang Hinata di lapangan dengan perasaan rumit. Hinata diberi kesempatan terlahir kembali untuk menyelesaikan janjinya pada Kageyama. Namun dewa mempermainkannya dengan terlahir menjadi seorang wanita. Bila di pikir-pikir, mungkin keputusan Hinata menjalin hubungan dengan Kageyama agar mengaobati rasa kesepian dan traumanya, terlihat cukup bijak.

Tapi semua itu hanya akan sia-sia, bila dalam kehidupan ini. Dia tidak bisa merelakannya pergi.

Natsume menghela napas. "Bagaimana kamu menyelesaikan ini, Hinata."

Set pertama berakhir dengan kemenangan Karasuno. Hinata bangkit dari kursinya untuk melakukan pemanasan ringan sebelum bertanding. Kapten datang menghampirinya, memperingatkan. "Hina, ingat untuk tidak memaksakan diri."

Hina menganggukan kepala. "Aku mengerti."

Hina mengeratkan tali sepatu dan berlari ke lapangan, dia menoleh kearah tribun untuk melambaikan tangan pada Kageyama ketika dia melihat Natsume di samping pria itu. Hina terkejut namun segera memasang senyum.

Pertandingan di mulai. Kakinya masih terasa tidak nyaman namun selama dia mengurangi pergerakan. Maka itu akan baik-baik saja. Tim lawan mengerutkan kening ketika melihat Hina berdiri di depan, mengambil posisi middle blocker.

"Aku belum pernah melihatnya."

Kapten tim lawan mengangguk. "Aku pikir dia anggota baru, tubuh pendek namun mengambil posisi sebagai middle blocker. Entah apa yang dipikirkan kapten Karasuno."

Peluit dibunyikan, serve pertama masuk dari Johzenji. Karena ini tim anak perempuan, Hina merasa pergerakan bola menjadi sangat lambat. Bola ditahan oleh Suyu, libero Karasuno dan diambungkan ke setter. Hina melihat ketiga blocker lawan berjaga dan berlari untuk mengacaukan mereka.

Setter terkejut dengan pergerakan Hina dan reflek melemparkan bola kearahnya dengan terburu-buru, bola itu tidak berhasil menyampai Hina dan akan jatuh. Hina bersikap tenang, mengulurkan tangan kirinya untuk memukul bola. Tim lawan terkejut dengan apa yang dilakukan Hina dan tidak sempat berbuat apapun ketika bola masuk dan jatuh ke daerah lawan.

Skor pertama dicetak.

Sudut bibir Kageyama terangkat. "Bagus."

Permainan terus belanjut, Hina memiliki kecepatan dan akurasi luar biasa. Hanya dalam lima belas menit, dia mencetak sepuluh poin dengan tangannya sendiri. Para penonton di tribun segera memperhatikannya.

"Gadis cantik itu hebat!"

"Lihat! Dia mencetak lagi."

Kapten Johzenji mulai panik, "Sial. Anak baru itu kuat." Dia menoleh kearah wing spiker yang akan mengirim serve dan membisikinya sesuatu. Wing spiker itu mengangguk mengerti.

Dia menatap ke seberang lapangan, memperhatikan posisi Hina dan melemparkan jump serve. Hina terkejut melihat bola melesat kearahnya, tangannya terulur namun terlambat. Hina maju, menghadang bola dengan tubuhnya ketika..

Dung.

Bola mengenai dadanya dan memantul keatas.

Semua orang. "......."

Hina tidak memperhatikan ada yang aneh dan hanya meringis, namun puluhan laki-laki yang melihat kejadian itu segera bersemu merah. Melihat banyak pria menatap kekasihnya dengan nafsu. Dia sangat marah, berdiri dan memukul pagar pembatas.

"Hina boge! Bodoh! Payah! Tangkap bola dengan tanganmu. Sialan!" Kageyama berteriak.

Hina terkejut dan seketika merinding. Kapan terakhir kali dia dimarahi seperti ini oleh Kageyama. Kesal dan malu, Hina mengerucutkan bibirnya tidak membantah.

Yah dia memang payah dalam receive.

Beberapa orang melirik Kageyama dan bergidik. Kasihan gadis cantik itu, memiliki kekasih yang sangat menakutkan seperti ini.

Bersambung....

Last update: 24/07/2020

Love Sunshine (KageHina Fanfiction)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora