[14]

3.2K 487 18
                                    

"Berkumpul!"

Suara Aki sensei menggelegar di seluruh antero lapangan indoor itu. Para siswa dari kelas 3-3 dan 2-1 berkumpul membentuk barisan didepan sang sensei.

"Aku akan memeriksa kehadiran, nama yang kupanggil angkat tangan. Mengerti?"

Kageyama sesekali melirik barisan di sampingnya, matanya menjelajah, mencoba mencari sosok gadis yang baru-baru ini berhasil memikat hatinya.

"Natsume Hina?" panggil sensei membacakan daftar hadir.

Gadis berkacamata mengangkat tangan, "Hina–chan sedang sakit sensei, dia di ruang kesehatan sekarang."

"Apaa? Hina–chan sakit?!" pekik Ryouta seketika membuat gadis berkacamata itu memukul kepalanya.

"Berisik Ryouta!" ketus sensei membuat pemuda itu bungkam seketika. Bibirnya mengerucut sebal, baginya tidak ada salahnya panik jika gadis yang disukai sedang sakit, kan?

"Yosh, Hina–chan sedang sakit, selanjutnya aku akan membacakan daftar hadir kelas 3-3."

Belum juga guru berperawakan jangkung dengan kumis tipis itu menyebut nama, Kageyama sudah lebih dulu mengangkat tangannya.

"Aku mau ke toilet." Ucap pemuda itu dengan wajah datar seperti biasa. Membuat sensei menghela napas berat.

"Kau ini!" desah Aki sensei kemudian melambaikan tangan isyarat menyuruh murid andalannya itu pergi. Kageyama membungkuk sekilas dan mengucap terima kasih. Ia berlari cepat keluar dari lapangan olahraga. Tanpa Kageyama sadari, Ryouta tengah menatap kepergiannya dengan wajah tidak suka.

×××××

"Mengingatkanku pada Hinata."

Manik caramel beberapa kali terkejap, ia diam sejenak mendengar ucapan Tsukishima. Kemudian pecah suara tawa dari mulut kecilnya. Tawa sumbang. Gadis itu menggaruk belakang kepalanya sambil melambai-lambaikan tangannya.

"Hinata? Siapa itu? Aku tidak kenal dengan pria pendek itu."

Satu alis Tsukishima terangkat, "kau tidak kenal tapi kau tahu Hinata pendek."

Tubuh gadis jejadian tersentak, ia mengerucutkan bibirnya, kesal lagi-lagi merasa kalah bila adu mulut dengan pemuda berkacamata itu.

Pemuda didepannya mendesah, "aku tidak tahu apa hubunganmu dengan Hinata, tapi kurasa tidak baik membicarakan orang yang sudah mati." Manik cokelat jerami pemuda jangkung itu menjelajah sekitar. "Mana sensei?"

Hinata menggedikan bahu dan menggeleng tanda tidak tahu. "Mungkin pergi ke luar."

"Orang bodoh pun tahu jika dia sedang keluar. Maksudku kemana?" imbuh Tsukishima Kei sarkas seperti biasa.

"MANA KUTAHU BAKA!" Semprot Hinata naik pitam. Bibir gadis itu mengerucut. "Walau begitu, dia cukup populer di kalangan gadis. Apa coba bagusnya lelaki bermulut garam itu?" racaunya bergumam.

Tsukishima yang mendengar racauan si gadis senja mendelik tidak suka, "kau bilang apa?"

"Tidak ada." Sahut Hinata dingin, tatapan gadis itu kemudian melembut. "Memang kenapa kau mencari sensei? Kau sakit?"

Tsukishima hanya diam, dia menarik lengan jaket klubnya. Seketika Hinata menjerit melihat luka besar di sekitar sikunya. Tsukishima menepuk kepala si gadis senja agar dia diam.

Love Sunshine (KageHina Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang