[26]

2.9K 403 13
                                    

Tubuhnya terpaku di lantai namun kesadarannya masih terjaga. Suara orang-orang panik terdengar jelas walau matanya masih sulit terbuka. Serasa deja vu. Ia ingat pernah mengalami hal ini, saat tubuh kecilnya terpental usai tertabrak truk. Saat itu semua orang heboh, beberapa dari mereka saling sahut, saling menyuruh memanggil ambulan.

Dan yang membuat matanya terbuka saat itu adalah..

"Hinaa!!"

Suara Kageyama yang memanggilnya.

Kelopak mata perlahan terbuka, menampilkan pupil sewarna caramel. Orang pertama yang ia lihat adalah Tsukishima dan Takeda–sensei. Gurat wajah mereka menyiratkan kecemasan.

"Kau sudah sadar, bisa bergerak?" Tanya Takeda–sensei.

Ia mencoba menggerakan tubuhnya, semuanya normal kecuali kakinya. Kakinya kanannya tidak mau bergerak sekuat apapun ia mencoba. Menimbulkan rasa nyeri menyakitkan.

"Kakiku.." Hinata berujar lirih.

Ekspresi Takeda–sensei dan Tsukishima berubah pahit, mereka saling pandang beberapa saat sebelum membuang napas panjang.

"Maaf, aku tidak sengaja." Seorang siswa berdiri di sisi lapangan dengan wajah pucat. Ia berkali-kali membungkuk sambil terus meminta maaf.

"Temeeee!!"

Kageyama melesat hendak menyerang siswa tersebut. Kepalan tangannya terhenti lima centimeter didepan batang hidung siswa itu. Yamaguchi dan Ryouta mati-matian menahan tubuh Kageyama yang mengamuk. Sedangkan siswa yang nyaris diserang itu ambruk, tubuhnya gemetar usai menerima intimidasi setter Karasuno.

"Tenangkan dirimu senpai!" Seru Ryouta menahan pinggang Kageyama.

Yamaguchi menimpali. "Kau bisa dihukum bila memukulnya, jernihkan pikiranmu!"

Kageyama tidak mendengarkan, telinganya tuli mendadak. Ia emosi berat, itu terlihat dari napasnya yany naik turun. "Kubunuh kau jika sampai terjadi sesuatu pada Hina!"

Kindaichi dan Kunimi mengamati dari sisi lapangan lain, kejadian perkelahian tersebut cukup sulit dilewatkan sehingga mereka memutuskan enggan pulang dulu.

Kening Kindaichi berkerut. "Apa Kageyama tipe orang yang bisa mengamuk hanya karena wanita?"

Kunimi di sampingnya mengedikan bahu. "Entahlah."

Oikawa berjalan menerobos kerumunan orang yang menonton ajang perkelahian tersebut. Ia melipat tangan di dada melihat kouhai nya masih saja hendak memukul siswa yang tertuduh menjadi pelaku pendorongan Hinata.

"Hentikan Tobio!"

Seakan suara Oikawa mengandung sihir, Kageyama tiba-tiba diam walau wajahnya masih berang. Ia melirik Oikawa tajam.

"Bukan dia pelakunya." Ucap Oikawa memberi harapan pada siswa tertuduh tadi. "Dia murni terjatuh dan badannya tak sengaja menubruk punggung Hina–chan, nampaknya dia juga didorong seseorang entah secara sengaja atau tidak sengaja."

Tubuh Kageyama perlahan tenang membuat Ryouta dan Yamaguchi melonggarkan pegangannya.

"Daripada kau marah-marah, bukankah kau urusi gadis itu?" Tanya Oikawa membuat pupil Kageyama membola. Saking marahnya ia bahkan tidak peduli lagi dengan kondisi Hinata sekarang.

Kageyama segera mengedarkan pandangan ke tempat Hinata tadi terbaring. Ia tersentak begitu melihat gadis itu sudah menghilang dari sana. "Dimana?"

Takeda sensei menepuk pelan pundak Kageyama, ia tersenyum lembut. "Dia akan baik-baik saja, Tsukishima–kun sedang mengantarnya ke rumah sakit."

Love Sunshine (KageHina Fanfiction)Where stories live. Discover now