[9]

4K 502 53
                                    

Hinata berjalan gontai menuju lokernya, latihan voli hari ini cukup berat, pelatih menyuruh mereka melakukan serve seratus kali dan receive berjam-jam, sungguh baru kali ini ia merasa benar-benar lelah. Ternyata stamina dari tubuh laki-lakinya tidak berpindah ke tubuh ini.

Gadis itu melirik bagian bawahnya datar, "tubuh ini berat." Sejenak ia merasa kagum pada para teman-teman se-klubnya yang biasa membawa dua tonjolan dada itu walau berlari dan melompat kemana-mana.

Tidak disangka. Gadis itu langsung dimasukan ke jajaran tim inti walau baru seminggu latihan. Tidak aneh memang, walau terperangkap di tubuh wanita, dia tetaplah seorang Hinata Shoyou. Pelatih bahkan menyebut kemampuannya cukup bersanding dengan spiker kelas atas dari Shiratorizawa.

Ia bersyukur, walau staminanya terbatas, namun kemampuan dan refleknya masih sebagus saat menjadi pria.

Gadis itu melepas uwabakinya dan membuka loker. Matanya melihat dua kotak susu yang diselipkan di lubang sepatu. Hinata meraih satu kotak susu, menatap heran benda itu.

"Kalau tidak salah ini susu favorit kuso Kageyama."

Tubuhnya merinding begitu merasakan eksistensi lain di sekitarnya, Hinata merapal doa dalam hati berharap kali ini bukan hantu lagi, gadis itu menoleh patah-patah ke samping.

Mata caramel bertemu tatap dengan iris blueberry. Hinata terkejut begitu pula Kageyama yang ketahuan sedang mengintipnya dibalik lemari loker.

"Kageyama! Apa yang kau lakukan?! Kau membuatku terkejut, kupikir kau hantu," celoteh gadis itu lalu mengusap dadanya.

"Boke teme! Kau sebut aku hantu?!"

"Ya!" sahut gadis itu tidak mau kalah, "lagipula kenapa kau bersembunyi disitu?"

Kageyama mengalihkan wajah dengan bibir mengerucut.

"Jangan-jangan susu kotak ini, kau—"

Belum selesai Hinata berbicara, pemuda raven itu sudah membekap mulutnya, "berisik! Kalau kau tidak mau buang saja apa susahnya?!"

Hinata melepas paksa telapak tangan Kageyama dari mulutnya, ia menggembungkan pipi kesal, "aku kan tidak bilang mau menolaknya Bakageyama!"

Kageyama mengerling, "gomen," ucapnya dengan pipi merona.

Biner madu membulat, apa-apaan eksresinya. Ia tidak pernah menyangka Kageyama si setter jenius, raja lapangan atau apalah julukannya itu bisa malu-malu didepan seorang gadis.

"Kawaii," batin gadis itu.

"Terima kasih untuk malam itu. Berkat kau, aku jadi sedikit lebih tenang."

Hinata mendongak, menatap lamat-lamat wajah pria yang jauh lebih tinggi darinya itu, matanya seketika berbinar, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.

"Tidak perlu berterima kasih," Hinata meraih sekotak susu lagi dari lokernya lalu memberikannya ke Kageyama. "Untukmu."

"Tapi ini kan—"

"Aku tidak bisa menghabiskan keduanya, bantu aku."

Kageyama tidak menjawab. Ia mengambil sekotak susu dari tangan Hinata dan menusuk sedotan. Gadis didepannya cekikikan lalu menarik tangan Kageyama keluar gedung sekolah.

"Ayo pulang bersama Kageyama!" Ajak Hinata dengan tawa lebar.

Kageyama tidak melawan, ia membiarkan gadis didepannya menyeret lengannya. Senyum si gadis senja membuat dadanya menghangat, Kageyama menatap surai jingga yang terkibar angin itu lekat.

Love Sunshine (KageHina Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang