Awal

81 21 28
                                    

Lonceng sekolah di bunyikan, itu artinya 5 menit lagi semua siswa dan siswi sudah harus berada di kelas masing-masing namun tidak dengan Ara.

Gadis manis berkulit putih itu berlarian menuju halte bus, ini adalah hari pertama ia sekolah di sekolah barunya.

Ia melirik arloji yang melingkar di tangannya 07.25

"Ya Tuhan.. Sudah setengah delapan! Ga ada waktu lagi buat nunggu bus, semuanya pasti sudah ada di sekolah."

Akhirnya ia memutuskan untuk menyetop beberapa angkutan umum, namun tidak ada yang mau berhenti di depannnya.

"Hei!" Panggil seseorang yang mengenakan seragam yang sama dengannya.

Ara menoleh ke sebelahnya, dan kembali melihat sekelilingnya, tak ada orang...pria ini salah panggil kah?

Pria itu memperhatikan logo di seragam Ara "Lo mau ke S.M.A Harapan?" Tanya pria itu.

Ara yang tak mengenali pria itu menoleh ke sekelilingnya dan menunjuk ke arah dirinya sendiri, "g g-gggue?" Sahutnya.

"Iya... mau bareng gue ga?"

Ia memperhatikan laki-laki itu dari ujung rambut sampai ujung kaki  celananya sobek di lutut dengan baju yang keluar berantakan dan tak memakai dasi.

"Mau naik apaan? Lo aja ga bawa motor." Sahut Ara mendelik kesal, berbicara sama pria itu hanya akan membuang waktunya.

"Lagian Ara ga kenal lo siapa!" Ketusnya.

"Ikut gue." Pria itu menarik tangan Ara dan mengajaknya berlari melewati gang-gang kecil di jalanan itu.

Ara tersontak kaget ia otomatis ikut berlari ketika tangannya ditarik. "LO  SIAPA SIH! LEPASIN ARA!!" Ara meronta ronta untuk dilepaskan.

"LEPASIN ARA!! Lepasin gak? LEPASIN!!!!" Ara berusaha berteriak dengan kencang, membuat pria itu menghentikan langkahnya.

"Lo siapa sih! Ga kenal main narik tangan Ara aja, lo kira Ara apa?!"

"Jadi nama lo Ara?... Lo mau berangkat sekolahkan? Dari pada terlambat kita lewat sini aja." Jawabnya dan menarik lagi tangan Ara.

"Ara ga mau ikut! Lepasin!!" Sahut Ara sembari berusaha melepaskan tangan pria itu dari tangannya sendiri.

Pria itu memutar badannya dan menghela nafas berat, "tenang gue bukan orang jahat, gue siswa di sekolah itu." Sahutnya.

Ara memperhatikan lagi baik-baik pria di depannya, mana mungkin siswa seperti dia diterima di sekolah itu?

Ia melirik lagi arloji di tangannya, 07.28!

"Ayo ikut gue! Kita bisa di kunci di luar kalau belum sampai." Pria itu menarik Ara lagi dan berlari sekencang-kencangnya membuat Ara terpaksa harus mengikuti arahnya, tenaga pria itu cukup besar untuk menggenggam dan menarik Ara.

3 menit berlari Ara terlihat ngos-ngosan dan rambutnya berantakan, akhirnya mereka sampai di depan sekolahan.

"Pakk! Tunggu dulu jangan ditutup gerbangnya."  Kata siswa lain yang juga terlambat sepertinya.

"Sudah jam berapa ini? Seharusnya kalian datang lebih pagi!" Kata pak satpam itu.

Ara melihat ke sekelilingnya, ternyata ada banyak siswa yang terlambat.

Berikutnya datang 2 orang guru menghampiri satpam itu.

"Pak Jaka silahkan buka gerbangnya, dan kalian semua boleh masuk satu persatu."

Pak Jaka mengikuti arahan dari guru itu.

"Guru itu namanya Pak Andi, di sebelahnya Pak Jaka satpam sekolah ini, dan yang gendut itu Bu Desi." Kata pria yang tak jelas asal usulnya itu sambil merapikan baju yang keluar kanan kiri.

"Dan mereka semua harus di sidak!" Perintah Pak Andi kepada Bu Desi dan Pak Jaka

Pak Jaka dan Bu Desi mulai menyidak satu persatu siswa yang datang, termasuk dirinya.

"Kamu? Murid baru?" Tanya Bu Desi sambil memperhatikan Ara dari atas sampai bawah.

"I-iiya maaf bu saya telat, tadi bangun kesiangan." Kata Ara menyerahkan diri kepada Neraka Surga itu.

Bu Desi hanya mengangguk pelan dan memberi aba aba masuk "silahkan." Sahutnya dingin.

Ara berjalan menuju kelasnya hari ini ia beruntung karena tak kena sidak oleh guru dan satpam itu.

Ia tersadar saat berjalan menuju ruang kelas. "Cowo tadi mana?" Gumamnya sembari melihat disekelilingnya tak ada pria itu.

"Bodo amat, paling juga kena sidak." Gumamnya dan melanjutkan langkahnya.

"ARA!" Teriakan seorang perempuan yang sedang berlari ke arahnya  itu berhasil menghentikan langkah kakinya.

Ia membalikkan badannya dan ia memperhatikan jelas gadis itu, "Cika?" Ara tersenyum lalu mereka berpelukan, "Gue seneng banget akhirnya ketemu lo disini." Kata gadis itu.

"Ara! Kenapa lo telat sih?" Tanya gadis yang bernama Cika itu.

Ara memperbaiki poninya yang berantakan akibat lari-larian tadi.

"Telat gara gara orang gila! Gegara mama papa pergi ke Australia dan Bang Janu cuti, Ara cari halte bus eh malah ketemu sama orang gila." Sahut Ara ia masih tak terima dengan kejadian tadi.

"Orang gila? Siapa?" Tanya Cika.

"Ada, eh ternyata lo sekolah disini?" Tanya Ara kepada Cika dan memperhatikan seragam Cika yang sama dengannya.

"Iyaa, lo pindah kesini ra? Akhirnyaaa kita satu sekolahan lagi ya!" Seru Cika, bagaimana ia tak senang bertemu Ara? Ara merupakan sahabat Cika sejak TK dan mereka satu sekolah terus, sampai akhirnya terpisahkan di S.M.A yang berbeda karena harus ikut ke daerah tugas ayahnya, dan tak disangka mereka bertemu lagi di sekolah yang sama.

Ara tersenyum senang, ia merangkul sahabatnya Cika dan berjalan menuju kelas.

Di lain sisi pria itu mencoba menerobos masuk gerbang sekolah, tanpa menghiraukan ketiga orang tua yang berdiri di hadapannya itu.

"Eitsss! Mau kemana kamu?" Tanya Bu Desi yang sedari tadi diam saja memperhatikan banyak muridnya yang telat, tidak dengannya.

"Mau masuk kelas bu." Sahutnya enteng.

"Mana dasi kamu? Celana kamu? Belum diganti juga...mau saya gantikan dengan rok?" Tanya Bu Desi guru itu tak enggan untuk memarahi siswanya dengan kata tajam bagi yang melanggar.

"Lupa bu, kemarin toko seragam tutup, ibu mau saya pakai celana jeans ke sekolah?" Tanya pria itu.

"PANJI!!!! Mulut kamu itu ya! ga pernah disekolahin? Ibu beri kamu hukuman hari ini berjemur di lapangan upacara sampai jam istirahat pertama selesai!" Kata Bu Desi dengan suaranya yang melengking sembari menjewer telinga pria itu.

"Apa?! Ampun Bu!!!, saya menyerah! baiklah besok akan saya ganti." Kata Pria itu, iya namanya adalah Panji, Panji Gautama, bad boy disekolah ini akan tetapi ia sangat cerdas di sekolah maka dari itu tak ada guru yang berani mengeluarkannya karena prestasi yang dimilikinya.

"Ga ada ampun buat kamu!"

"Ayo masuk!! Dan langsung berdiri di lapangan!" Perintahnya

Panji mengurut-ngurut telinganya menahan rasa sakit akibat jeweran maut Bu Desi, guru yang paling killer dan jutek sejagat raya di Harapan.

Ia berjalan menuju lapangan dan menuruti perintah Bu Desi.

Cermin RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang