19. Pizza

24 3 0
                                    

Kuin menghampiri teman temannya tapi ia ditarik oleh seseorang. Kuin berusaha memberontak tpi tenaganya tak cukup kuat.

Kuin dibawa ke taman belakang sekolah, kuin mengeluarkan handphone untuk meminta pertolongan.

Tapi handphone kuin dibanting oleh seseorang yg menarik kuin. Kuin hanya menunduk dan menahan air matanya.

Seseorang tersebut mencengkram pipi kuin, yg membuat kuin meringis kesakitan.

"Makin cantik ya lu." Ucap orang itu.

"Liann... sakit." Adu kuin

Yap orang tersebut adalah lian, mantan pacar kuin.

"Emang gua peduli hm?"

Kuin mengeluarkan air matanya bersamaan dengan lian yg makin kencang mencengkram pipi kuin.

Tibatiba ken datang, menepis tangan lian yg berada di pipi kuin. Ken meninju tulang rahang lian.

Kali ini emosi ken tidak bisa dikontrol, ia menghabisi lian.

Kuin bersembunyi dibelakang tubuh ken, ia menarik baju ken yg membuat ken menoleh kearah kuin.

"Udah, kasihan dia." Ucap kuin pelan

"Pergi lu dari sini, jangan pernah ganggu kuin!" Suruh ken kepada lian.

Lian pun pergi meninggalkan berdua, ken memeluk kuin erat. Ia sangat mengkhawatirkan bidadari kecilnya ini.

Kuin menangis di dekapan ken, pipi nya masih nyeri. Mungkin setelah ini ia akan trauma berkepanjangan.

Ken melepaskan pelukannya, ia menghapus air matanya, sesekali mengusap mata kuin.

"Udah ya jangan nangis, dia gabakal berani gangguin lu lagi." Ucap ken.

Ken mengambil handphone kuin yg dibanting oleh lian. Kuin mengelus elus handphonenya.

"Yahh pecah." Ucap kuin sedih.

"Gua panggil temen lu dlu ya."

Kuin menggeleng, ia mempoutkan bibirnya, "Ken disini aja, nanti klo gua di gituin lagi gimana?" Tanya kuin.

"Kuin, lu inget nomer temen lu?" Bukannya menjawab ken malah menanyakan nomer temennya kuin.

Kuin mengetikkan nomer dave di handphone kuin, karna memang kuin mengingat nomer dave.

Ken mulai menelepon dave, "Eh ini gua ken, kuin ada di taman belakang sekolah coba kesini."

"Ok." Jawab dave dan memutuskan sambungannya.

Ken duduk di samping kuin yg sedang memainkan jarinya, jujur badan kuin masih gemeteran.

"Kuin." Panggil dave setelah sampai disana. Teman teman kuin juga menghampiri kuin.

Kuin langsung memeluk dave erat, ia menangis lagi. Dave mengelus elus punggung kuin.

"Dia kenapa?" Tanya steve kepada ken.

"Lian." Singkat ken

"Lian?" Lolly mengangkat satu alisnya.

"Tadi setelah nyanyi kuin ditarik kesini sama lian, gua ikutin. Ternyata lian kasar sama kuin. Pipi kuin di cengkram sama dia, handphone kuin dibanting." Jelas ken.

Membuat yg lainnya geram, mereka semua mengepalkan tangannya. Begitupula dengan dave.

"Kuin, gua balik dulu ya. Gaada yg jaga kantin. Jangan nangis, jelek tau." Pamit ken.

"Eh."

"Apa?"

"Makasih udah jagain kuin." Ucap dave kepada ken.

Quinza's✔Where stories live. Discover now