Siasat Sebenarnya

322 62 23
                                    

Pembukaan

“Seharusnya kamu gak datang ke rumah saya, Yas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


“Seharusnya kamu gak datang ke rumah saya, Yas. Liat kondisi kamu sekarang, bahkan buat duduk aja gak bisa. Gimana mau ngadepin ibu saya? Tolonglah sekali aja kamu dengerin nasehat orang. Saya bawel karena saya peduli sama kamu!” Nayla berbicara tegas pada seseorang yang duduk di sampingnya. Dia sangat risi melihat wajah pucat pria itu, tapi ucapan yang dilontarkan Nayla seolah masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.

“Justru karena gue sakit, gue pengen ada di deket lo. Lo kan, dokter. Kalau gue kenapa-napa bisa langsung ditanganin. Coba kalau gue sendirian di apartemen, gue mati nanti siapa yang bakal jadi pasangan lo di KUA? Kecuali kalau lo emang pengen gue mati terus nikah sama si kawat sendal jepit.”

“Kawat sendal jepit?”

“Iya … noh, yang katanya ngebet pengen nikahin lo. Tapi yang dia deketin emak lo. Ntar kalau lo ketemu sama dia, tanyain lagi dia mau ngajak nikah siapa?”

Nayla memijat pelipis pelan. Sepertinya memang sulit mengatur manusia sejenis Yasa, dia hampir frustrasi bagaimana cara menyusutkan niat pria itu hari ini.

Sesaat kemudian, ada panggilan masuk ke gawai milik Yasa. Pria itu segera mengangkatnya dengan seulas senyum. “Kenapa, Bi?”

“Begini, Pak. Tuan David sama ibunya udah dateng.”

“Oke. Makasih buat informasinya, Bi.” Yasa menutup panggilan. Dia menyandarkan kepla yang masih terasa sangat pening denga nyaman. Menunggu mereka tiba di rumah Nayla.

“Telepon dari siapa? Sampe senyum-senyum gitu.”

“Dari pengasuhnya Vano.”

“Kamu mau selingkuh sama pengasuhnya Vano?!”

Mata Yasa spontan melotot tajam. “Enak aja lo kalau ngomong!”

“Terus kenapa kamu nyimpen nomornya Bibi? Ada perlu apa? Kaya yang gak bisa hubungi aku sama Vano aja.” Nayla sedikit kesal, dia merasa diabaikan. Padahal dia adalah calon istrinya, tapi kenapa dia tidak tahu apa-apa soal kepentingan Yasa?

“Sensi banget si.” Yasa tersenyum. Dia mengusap lembut puncak kepala Nayla yang tengah menyetir sekaligus marah di sebelahnya. “Tenang aja. Gue kan, mau punya istri cantik, pinter masak, dokter pula. Manamungkin gue lirik cewe lain lagi. Lo gak usah khawatir.”

“Saya khawatir?” Nayla tersenyum miring. “Pikir-pikir dulu mau khawatirin kamu.”

Nayla tersenyum kecil. Anehnya, dia merasa tenang Yasa berkata demikian. Walau dia tahu, pria mana pun akan berkatia manis jika ada maunya.

***

“Hati-hati. Apa kamu masih kuat jalan?” tanya Nayla. Dia keluar lebih dulu dari dalam mobil. Dengan telaten tangannya siap memapah Yasa hingga ikut keluar dari sana.

Suami Bar-Bar Dokter CantikWhere stories live. Discover now