Kejujuran Itu Sulit ...

375 55 29
                                    

Pembukaan 🤗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pembukaan 🤗

"Papaaaa. Perut Vano sakit, Vano mau pulang. Pengen tidur di kamar, Vano nggak mau di sini. Di sini bau," kata Devano bersuara lemah. Dia menatap penuh permohonan kepada Yasa yang setia berdiri di samping tempat tidur pasien setelah Dokter memeriksanya.

Yasa terpaksa membawa Devano ke dokter terdekat karena anak itu tidak berhenti muntah saat menelan makanan yang diberikannya. Wajah Devano pucat, dia terus berkata akan ketakutannya terhadap kecelakaan yang menimpa seorang wanita di pinggir jalan hingga tewas.

Dokter mengatakan, Devano mengalami sedikit trauma setelah kejadian. Ingatannya akan banyak darah membuat perutnya mual dan muntah. Perlu pendampingan khusus serta pengalih perhatian agar Devano berhenti teringat kejadian tersebut. Dan Yasa merasa itu menjadi tanggungjawabnya penuh, karena dia anak itu sakit.

"Iya. Ayo, Vano bangun dulu. Papa anter pulang," kata Yasa seraya menggendong Devano dengan cepat.

"Saya kasih resep untuk mual dan demamnya, ya. Nanti Bapak tebus obatnya di depan. Semoga anak Bapak lekas sembuh."

Yasa tak menjawab. Dia meraih secarik kertas yang diberikan dokter lalu keluar untuk mendapatkan obatnya. Setelah menebus obat, Yasa kembali melangkah ke arah luar. Niatnya, dia akan mengantarkan Devano ke rumahnya langsung jika Nayla tidak datang menyusulnya ke tempat ini. Karena tadi dia sempat mengabari wanita itu tentang anaknya.

Akan tetapi, seorang wanita berambut hitam legam itu telah menunggu di luar. Yasa berusaha bersikap biasa ketika melangkah mendekati Nayla di sana.

Plak!

Yasa terdiam sejenak menerima tamparan keras di pipinya oleh wanita itu. Untung saja posisi Devano membelakangi Nayla, hingga dia tidak menyaksikan kelakuan ibunya.

"Astagfirullah, Nay! Kenapa kamu nampar dia? Apa salah Yasa sama kamu?" tanya Thea yang tiba-tiba datang dari arah belakang Nayla. Dia berhasil membuntuti kepergian Nayla sampai sejauh ini karena ingin bertemu orang yang sama.

Thea menahan tubuh Nayla yang menegang karena emosi. Namun, wanita itu masih bertahan dengan kemarahannya.

"Apa kamu belum puas bikin Vano sakit? Kenapa kamu belum pergi juga, huh? Pergi sejauh mungkin dari kehidupan Vano! Liat dia sekarang, apa ini yang kamu mau dengan menunda kepergian kamu," kata Nayla bernada sinis terhadap Yasa.

"Nayla! Kenapa kamu bicara kaya gitu sama Yasa? Itu kasar banget, Nay." Thea bersuara sedikit lebih keras kali ini. Dia tidak terima sekaligus bingung menghadapi situasi mereka berdua.

Galang dan Thea menunjukkan wajah heran saat Yasa menggendong anak kecil di tangannya. Seorang anak yang tidak mereka kenal, dan membuat mereka sulit menebak hal apa yang dihadapi Yasa dan Nayla.

Devano bergerak dan menoleh ke arah belakang. Dia sedikit mengernyit melihat Nayla di dekatnya dengan wajah marah.

"Lo tuh, kalau ngomong enak banget, ya. Maen jeplak aja, apa perlu gue sediain saringan buat mulut lo biar lembut dikit? Siapa elo berani ngatur-ngatur hidup gue? Lo samasekali gak berhak nentuin kapan gue pergi. Emangnya lo pikir gue mau kaya gini, hah? Coba ingetin siapa orang yang udah nyeret gue ke posisi ini? Kenapa? Lo udah kena amnesia sekarang?"

Suami Bar-Bar Dokter CantikWhere stories live. Discover now