Masa Lalu Yang Kelam

360 53 19
                                    

Pembukaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pembukaan


"Mama sama Papa jangan berantem lagi. Vano takut ...."

Suara kecil Devano membuyarkan lamunan Yasa dan Nayla, dalam sedetik Nayla bahkan spontan menyingkirkan tubuh jangkung Yasa darinya. Menyeka air mata yang telah hampir mengering demi meyakinkan Devano di sebelah mereka.

"Maafin mama udah bikin Vano takut. Sekarang udah gak apa-apa, Van. Mama gak akan berantem lagi." Nayla mengusap kepala Devano.

"Beneran?"

Nayla mengangguk pelan. "Kalau gitu kita kembali ke hotel sekarang, ya. Om David lagi di jalan mau jemput kita," ajak Nayla.

Devano merengut, dia tampak tidak puas. Yasa sendiri geram nama itu disebut-sebut lagi oleh Nayla. "David? Jadi mereka ke sini sama David? Sialan!" Yasa berdeham, dia menekan kekesalan mendadak karena manusia itu.

Yasa tahu persis tujuan David sampai ke sini.

"Eh, sapa suruh pada pulang berdua? Emang lo anggep gue apa? Patung? Gue juga bisa nganterin lo berdua pulang! Lagian ngapain si tuh orang ngintilin lo mulu? Laki lo bukan, pacar lo bukan, harus banget gitu ngikut ke mana lo pergi?"

"Yas, please. Saya udah gak mau lagi debat sama kamu. David di sini juga ada urusan kerjaan," kata Nayla.

Yasa tersenyum miring. "Dih, alesan dia gak mutu," kata Yada. "Lo jangan geer, siapa juga yang ngajakin lo debat. Orang gue mau ngajak Vano ke rumah gue. Jarang-jarang kan, dateng ke sini?"

"Yas, maaf. Tapi-"

"Mauuuuu. Ikut Papa!" seru Devano keras.

Yasa tersenyum lebar. Hanya sekilas, takut kalau Nayla menyadari kesenangannya.

"Vano mau liat rumah Papa kaya apa. Apa lebih gede dari rumah Mama."

"Hohoho, jelas. Horang kaya!"

Devano tertawa kecil. "Papa lucu, ih. Lanjutin dong, Pa. Horang kaya raya gitu. Kalau nggak dilanjutin, ntar orang lain kiranya Papa horang kaya sapi."

Kali ini giliran Nayla yang tertawa ringan mendengar penuturan polos Devano juga mimik kesal Yasa atas kesalahan kecilnya.

"Ayo, pergi!"

Devano segera memungut remot kontrol dan mobil mainannya. Menuntun dua orang dewasa itu masuk dalam mobil dengan cepat.
***

"Huaaaaaa ... rumah Papa gede banget. Lebih gede dari rumah Mama malah!" Devano memuji, mata bulatnya menatap kagum ke arah dalam rumah yang amat besar baginya.

Begitupun Nayla yang juga dibuat takjub oleh pemandangan yang disuguhkan rumah ini. Perabotan dan semua isinya jelas sekali barang berkelas dan tidak ada yang murah. Dia tidak mengira Yasa akan memiliki rumah sebesar ini, padahal dalam kesehariannya, Yasa bahkan tak mempedulikan penampilan formal seperti apa.

Suami Bar-Bar Dokter CantikWhere stories live. Discover now