🍂11

7.7K 746 58
                                    

Vote and komen kalo udah baca ya❤

Happy reading
__________

Setelah memeriksa keadaan Bintang,  dokter itu mengajak Farhan untuk ikut keruangannya. Dan disinilah Farhan sekarang, duduk di hadapan dokter dengan perasaan campur aduk. Takut pemikirannya akan sama seperti pernyataan Dokter.

"Ini hasil ronsennya," ujar Dokter itu memperlihatkan hasil ronsen dada Bintang.

"Ada cairan yang entah sejak kapan sudah hampir memenuhi paru-parunya. Kondisi asma Bintang juga semakin buruk. Maaf karna kami telat mengambil tindakan. Karna kemarin-kemarin Bintang masih bisa dikatakan dalam keadaan baik-baik saja," ujar Dokter itu panjang lebar dengan helaan nafas bersalah.

Farhan menghembuskan nafas kasar, kedua tangannya saling meremat, bagaimana bisa bungsunya jadi seperti ini?

"Jika dibiarkan terlalu lama bisa saja mengakibatkan infeksi paru dan itu akan sangat membuat Bintang kesulitan dalam bernafas," ujar Dokter itu lagi.

"Lakukan apapun, saya ingin putra saya sembuh," ujar Farhan setelah lama terdiam.

"Baik, tindakan pertama adalah menyedot cairan di paru-paru nya. Tapi itu sedikit membuatnya sakit karna Bintang harus memakai ventilator, dan kami akan melubangkan di dadanya agar selang bisa masuk dan mepermudah penyedotan."

(Aku ngawur guys, maaf😓, ga ngerti aku yang kayak gitu)

Farhan mengangguk lemah, lagi?
Putra istimewanya harus merasakan sakit lagi, ayah macam apa dirinya yang tidak bisa menjaga anaknya. Bukankah dirinya sudah berjanji pada istrinya. Hati Farhan menjerit, sakit sekali rasanya mendengar pernyataan seperti ini.

"Lakukan apapun Dok, saya ingin putra saya sembuh," lirih suara itu menyiratkan sesal yang teramat dalam.

"Doakan yang terbaik, Pak, kami akan mengambil tindakan beberapa jam lagi karna Bintang juga baru sadar."

Farhan mengangguk lalu berdiri dari duduknya," saya permisi Dok."

Farhan keluar dari ruangan Dokter, langkahnya pelan dengan mata yang mulai berair. Bagaimana caranya menjelaskan pada bungsunya dan Langit. Lagi-lagi sakit yang harus mereka terima.

Farhan membuka pintu ruangan Bintang lalu berjalan mendekati kedua anaknya yang sedang berbicara, lebih tepatnya sih hanya Langit yang berbicara dan Bintang yang mendengar.

"Asik banget ceritanya," ujar Farhan membuat keduanya menoleh.

"Iya dong, Langit janji bawa Bintang ke pertandingan basket minggu depan." Semangat Langit.

Bintang tersenyum mengangguk, dan Farhan hanya bisa menatap sendu kedua putranya.

"Ayah kenapa?" tanya Langit saat menyadari raut wajah Farhan.

"Jangan minggu depan ya bang, tunggu adek sembuh dulu."

"Maksudnya?" tanya Langit bingung, kenapa? Bukankah adiknya hanya akan beberapa hari di sini.

Farhan menghembuskan nafas panjang, lalu getar suaranya mulai terdengar beriringan dengan menetesnya liquid bening dari matanya.

Langit terdiam mendengarnya. Apa lagi ini? Tidak cukup kah penderitaan Bintang selama ini? Kenapa harus adiknya lagi yang merasakan sakit?

Bintang? Anak manis itu hanya bisa menanggapinya dengan senyuman.
Senyuman yang selalu menghangatkan hati Farhan. Tapi tidak ada yang tau bahwa senyuman itu adalah luka.
Luka yang selalu Bintang pendam sendiri. Sedari kecil memang Bintang tidak pernah menampakkan lukanya. Hanya senyuman, yang org tau bahwa anak itu baik-baik saja.

"Maafin ayah." Farhan menangis, mengecup tangan kurus Bintang berkali-kali.

Bintang menggeleng sambil satu tangannya menghapus air mata Farhan. Senyum anak itu masih bertahan.

Tangan Bintang mulai bergerak bermain di udara, mengatakan sesuatu lewat isyaratnya.

"Ayah dan abang gak salah."

"Semua ini takdir."

"Bintang baik-baik aja yah."

Farhan mengecup kening Bintang, Langit menatap Farhan menunggu ayahnya mengartikan.

"Ayah dan abang gak salah, semua ini takdir. Bintang baik-baik aja." Getar suara Farhan masih sama.

"Maafin Langit," lirih Langit.

Tangan Bintang menggenggam jemari Langit, lalu tersenyum manis.
Adiknya setegar itu dengan keadaan.
Bagaimana bisa tuhan memberinya sakit seperti ini.

"Adek mau kan? Lakuin yang ayah bilang tadi?" tanya Farhan.

Bintang mengangguk, dirinya juga ingin sembuh meski semua harus dilewati dengan rasa sakit terlebih dahulu.

"Anak ayah kuat, istimewanya ayah Bunda," ujar Farhan mengusap surai Bintang.

"Istimewanya abang, janji harus sembuh biar bisa terus sama abang," ujar Langit menatap adiknya dengan lamat.

Bintang mengangguk, dirinya juga masih ingin bersama ayah dan abangnya. Langitnya sudah menerimanya bukan? Jadi Bintang ingin menghiasi langit dengan cahayanya.

"Adek harus istirahat, karna beberapa jam lagi akan di bawa Dokter."

Lagi, Bintang mengangguk. Membiarkan ayah dan abangnya mengambil tindakan apapun karna Bintang tau pasti itu yang terbaik untuk dirinya.

Bintang memejamkan matanya, rasa kantuknya hadir lagi saat Langit menepuk-nepuk bahunya pelan diiringi usapan lembut dikepala nya.
Bintang ingin setiap saat seperti ini. Merasakan hangatnya rengkuhan langit yang baru sesasat ia rasakan.

🍂🍂
C Y R


Ga bosen kan ?

See you next part👋❤

cahaya yang redupWhere stories live. Discover now