🍂03

9.2K 889 51
                                    

Vote and komen kalo udah baca ya❤

Happy reading
_____🍂🍂____

Tidak ada yang tau bagaimana takdir hidup seseorang, bahkan takdir diri kita sendiri. Semua terjadi tanpa kita minta. Tak sesuai dengan impian memang. Tapi ini lah hidup, Tuhan sudah merancang dengan baik setiap alur kehidupan hambanya.
Tugas kita hanya menjalani, mensyukuri, dan menta'ati.

Sama hal nya dengan Bintang.
Anak itu tidak meminta untuk dilahirkan dengan keadaannya sekarang. Tidak ingin sang Bunda pergi tapi apa dayanya, semuanya memang sudah menjadi takdirnya.

🍂🍂

Bintang mengerjab, netranya berusaha untuk terbuka lebar.
Setelah bisa, Bintang tertegun melihat dirinya berada di dalam ruangan kesehatan sekolah.
Bintang mencoba mengingat kejadian yang di alaminya tadi, seingatnya dirinya pergi ke toilet dan tiba tiba rasa sakit itu kembali menyiksanya sampai dirinya terjatuh dan Bintang tidak tau apa yang terjadi setelahnya.

Ya! Bintang punya imun yang lemah.
Mudah terserang demam, mudah sakit dan cepat lelah, anak itu juga punya asma bawaan dari lahir dan punya maag. Bintang lahir saat Nisa hamil usia 8 bulan. Tidak heran jika dirinya bisa tumbang kapan saja apalagi pagi tadi dirinya tidak sempat sarapan di kantin.

Bintang menerka-nerka siapa yang membawanya ke tempat ini.
Bukankah tadi tidak ada yang lewat seorang pun?
Apa mungkin ada murid yang melihatnya? Ntah lah, Bintang bersyukur setidaknya ada yang mau menolongnya.

Bintang mendudukan dirinya menghadap jendela yang sedikit terbuka, Bintang meringis pelan, seluruh badannya sakit saat bergerak membuat Bintang kesusahan mendudukkan badannya.
Setelah susah payah bergerak akhirnya Bintang menemukan posisi yang nyaman.
suasana di luar hujan membuat Bintang menyunggingkan senyum tipis. Dirinya ingin bermain hujan tapi dirinya juga takut akan hujan, Bintang menyukai hujan tapi bintang juga takut pada hujan. Karna setiap bermain hujan pasti asmanya akan kumat, dingin sedikit saja dirinya sudah susah bernafas.
Bintang termenung, kepalanya menunduk saat pusing kembali datang sampai bintang tidak menyadari kehadiran seseorang yang sudah berdiri di sampingnya sedang menatapnya dingin.

Suara helaan nafas kasar seseorang itu mengalihkan atensi Bintang. Bintang menoleh ke samping. Betapa terkejutnya Bintang saat mendapati Langit tengah menatapnya dengan tatapan tajam dan kedua tangan yang terkepal kuat.

"Kenapa gak bilang kalo lo sakit?" tanya Langit dengan penuh penekanan.

Bintang menunduk, tak berani menatap mata tajam sang abang.
Tangannya saling bertautan bahkan bahunya mulai bergetar.

"Bego! Tolol! Bangsat! Lo punya maag sialan!" bentak Langit.

"Lo bisa gak sih? Jaga diri lo sendiri hah!"

"Jangan nyusahin, ga guna lu hidup kalo bisanya cuma nyusahin."

Langit mengeram kesal melihat Bintang yang masih menunduk dengan bahu bergetar, ketakutan? Tentu! Mata Langit sangat tajam, badan Bintang masih lemas bahkam duduk saja harus bersandar pada dinding ranjang. Selain perut, dadanya juga ikut sesak tapi masih bisa Bintang tahan.
Bintang masih menunduk membiarkan sakitnya bermain.

"Bangun," ujar Langit.

Bintang mengangkat kepalanya memberanikan diri menatap manik tajam sang abang.

"Bangun bangsat!" bentak Langit.

Bintang menurut, mendudukkan dirinya dengan tegap. Bintang meringis pelan tapi masih bisa di dengar oleh Langit. Sakit itu masih belum hilang membuat Bintang sangat kesulitan untuk bergerak. Bintang berusaha sekuat tenaga sampai dirinya bisa turun dari bad.

"Pulang."

Hanya itu yang keluar dari bibir Langit sebelum pergi meninggalkan Bintang dan berjalan duluan.

Bintang masih beridiri di tempatnya, menahan sakit yang menjalar keseluruh tubuhnya.
hey! Bergerak sedikit saja sudah membuatnya kualahan ditambah nafasnya tercekat menahan sakit. Apalagi jika dia harus berjalan sampai parkiran.

Langit berhenti berjalan saat tidak mendengar suara langkah dari belakangnya, dan benar saja! saat Langit berbalik Bintang tidak mengikutinya

Langit membawa langkahnya kembali ke UKS, saat sampai di depan pintu Langit melihat Bintang bersandar di dinding sambil meremas kuat-kuat perut dan dadanya dengan keringat yang sudah membasahi seragam Bintang.

Langit menatap sosok lemah di depannya dengan tatapan yang sulit di artikan, entah lah! Langit benci sosok itu tapi hati kecil Langit juga tersirat rasa kasihan pada Bintang.

Kasihan,bukan sayang!

Langit menghembuskan nafas kasar lalu berjalan mendekati Bintang.
Berdiri membelakangi sosok lemah itu
Lalu berjongkok.

"Naik," titah Langit dingin.

Bintang tersentak. Matanya sudah meneteskan liquid bening karna tidak tahan lagi dengan sakitnya.
Bibir mungilnya bergetar menyunggingkan senyum tipis.

"Cepetan."

Bintang menurut, menumpukan seluruh badannya di punggung Langit.
Hangat, Bintang sangat merindukan momen ini dimana dia dan langit gendong-gendongan seperti adik abang lainnya.
Bintang mengalungkan tangannya di leher Langit, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher sang abang kemudian menumpahkan semua tangisnya. Bahagia dan sakit.

Langit tertegun saat merasakan hawa panas yang menjalar ke tubuhnya dari Bintang, Langit merasa pundaknya basah dan Langit sudah bisa menebak adik nya itu pasti sedang menangis.

Adiknya? Entah lah.

Langit larut dalam pikirannya sampai pegangan Bintang terlepas dari lehernya membuat Langit panik.
Adiknya pingsan.

🍂🍂

Langit duduk termenung di kursi taman rumah sakit, kepalanya terangkat menatap indahnya langit di atas sana.
Indah namun hampa sama seperti hidupnya, langit memejamkan matanya saat kepingan memori masa lalu bersama bundanya kembali menghatui pikirannya.

Langit berdecih, dia benci rumah sakit.
Setelah kepergian bundanya Langit tidak pernah lagi datang ke tempat mengerikan ini.
Tapi hari ini Langit harus kembali menginjakkan kaki di sini, Langit benci. Tempat ini mengingatkan nya kembali pada sosok bundanya.

Setelah merasa sedikit tenang, Langit kembali menuju ruangan dimana Bintang di rawat, anak itu masih belum sadar setelah pingsan di punggung Langit tadi. Untungnya ada anggota PMR yang melihat mereka dan membantu Langit membawa Bintang kerumah sakit.

Langit membuka pintu rawat Bintang.
Langit tidak mengerti dengan perasaannya. Bukankah dirinya membenci Bintang? Anak itu pembawa sial bukan?

Langit bingung antara hati dan pikirannya..

Langit kembali memejamkan matanya.
Setelah menghabiskan waktu 3 menit hanya untuk menatap wajah pucat Bintang, sangat mirib dengan bundanya.
Tangannya terkepal kuat dan liquid bening sudah mulai meluruh di pipinya.

🍂🍂
C Y R

vote and koment
Biar aku semangat buat up nya
🤗

See you next part
👋❤

cahaya yang redupWhere stories live. Discover now